Menganalisis Isi, Struktur, dan Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
A. Isi Teks Laporan Hasil Observasi
Laporan hasil observasi yakni isu atau informasi yang dibuat menurut pengamatan. Kosasih (2014:43) menyatakan bahwa teks laporan hasil observasi mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil pengamatan, bukan hasil imajinasi. Hal ini menegaskan bahwa yang diungkapkan dalam laporan hasil observasi yakni sesuatu yang terjadi.
Teks laporan hasil observasi disusun dengan struktur (a) pernyataan umum atau klasifikasi, (b) deskripsi bagian, dan (c) deskripsi manfaat. Pernyataan umum berisi pembuka atau pengantar hal yang akan disampaikan. Bagian ini berisi hal umum wacana objek yang akan dikaji, menjelaskan secara garis besar pemahaman wacana hal tersebut. Deskripsi per bab berisi klarifikasi detail mengenai objek atau bab yang diklasifikasikan. Deskripsi manfaat memperlihatkan bahwa setiap objek yang diamati mempunyai manfaat atau fungsi dalam kehidupan.
C. Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
1. Kata serta Frasa Verba dan Nomina
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang lebih banyak didominasi dipakai dalam sebuah teks laporan hasil observasi yakni verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang lebih banyak didominasi dipakai dalam sebuah teks laporan hasil observasi yakni verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
2. Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang dipakai sanggup berupa kata dasar atau kata bentukan. Kata dasar yakni kata yang belum menerima imbuhan, pemajemukan, atau pengulangan. Kata bentukan yakni kata yang telah menerima imbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan
pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang menerima proses pengimbuhan sanggup berubah jenis. Misalnya, kata berjenis verba sanggup menjelma nomina kalau menerima imbuhan. Contoh, kata “minum” (verba) menerima imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu kata dasar sanggup menjelma verba kalau menerima imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama sanggup menjelma nomina kalau diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an.
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang dipakai sanggup berupa kata dasar atau kata bentukan. Kata dasar yakni kata yang belum menerima imbuhan, pemajemukan, atau pengulangan. Kata bentukan yakni kata yang telah menerima imbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan
pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang menerima proses pengimbuhan sanggup berubah jenis. Misalnya, kata berjenis verba sanggup menjelma nomina kalau menerima imbuhan. Contoh, kata “minum” (verba) menerima imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu kata dasar sanggup menjelma verba kalau menerima imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama sanggup menjelma nomina kalau diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an.
3. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi
kalimat definisi, yaitu kalimat yang memakai verba definitif dan kalimat deskripsi, yaitu kalimat yang memakai verba sebagai deskriptif.
4. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat dalam sebuah teks sanggup dibuat hanya oleh satu klausa, yaitu bab kalimat yang mempunyai subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya mempunyai satu klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula sebagai kalimat tunggal.
Kalimat kompleks atau kalimat beragam yakni kalimat yang mempunyai dua atau lebih klausa. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau beragam setara dan kalimat kompleks atau beragam bertingkat. Kalimat beragam setara mempunyai dua klausa yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan kalimat beragam bertingkat mempunyai klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah fungsi utama suatu kalimat.
Wayang
Wayang yakni seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya orisinil Indonesia. UNESCO, forum yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 memutuskan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut diadaptasi dengan penggunaan materi wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit binatang ternak, contohnya kulit kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang. Wayang golek adalah wayang yang memakai boneka kayu sebagai pemain drama tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang biar tetap dicintai, seniman menyebarkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, alasannya diperkirakan mempunyai umur paling renta yakni wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, serta diberi tangkai dari materi tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) yakni salah satu pertunjukan wayang yang diperankan eksklusif oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar yakni wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku Jawa yakni wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang memakai topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun ketika ini beragam, tidak hanya dipakai dalam kegiatan ritual, tetapi juga dipakai dalam kegiatan yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain yakni wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang terbuat dari kayu yakni wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak alasannya cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali pertama dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu yakni wayang klithik. Wayang klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih mirip wayang kulit. Akan tetapi, dongeng yang diangkat yakni dongeng Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu yakni wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Jenis wayang ini disebut suket karena wayang yang dipakai terbuat dari rumput yang dibuat mirip wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari banyak sekali fgur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian dongeng pewayangan kepada belum dewasa di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna. Wayang motekar yakni sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Namun, kalau wayang kulit mempunyai bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar memakai teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang tersebut memakai materi plastik berwarna, sistem pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud verbal kebudayaan yang sanggup dimanfaatkan dalam banyak sekali kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan alasannya isinya banyak memperlihatkan pedoman kehidupan kepada manusia. Pada kala modern ini, wayang juga banyak dipakai sebagai media informasi. Ini antara lain sanggup kita lihat pada pagelaran wayang yang disisipi informasi wacana kegiatan pembangunan mirip keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan. (Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut diadaptasi dengan penggunaan materi wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit binatang ternak, contohnya kulit kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang. Wayang golek adalah wayang yang memakai boneka kayu sebagai pemain drama tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang biar tetap dicintai, seniman menyebarkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, alasannya diperkirakan mempunyai umur paling renta yakni wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, serta diberi tangkai dari materi tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) yakni salah satu pertunjukan wayang yang diperankan eksklusif oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar yakni wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku Jawa yakni wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang memakai topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun ketika ini beragam, tidak hanya dipakai dalam kegiatan ritual, tetapi juga dipakai dalam kegiatan yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain yakni wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang terbuat dari kayu yakni wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak alasannya cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali pertama dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu yakni wayang klithik. Wayang klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih mirip wayang kulit. Akan tetapi, dongeng yang diangkat yakni dongeng Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu yakni wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Jenis wayang ini disebut suket karena wayang yang dipakai terbuat dari rumput yang dibuat mirip wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari banyak sekali fgur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian dongeng pewayangan kepada belum dewasa di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna. Wayang motekar yakni sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Namun, kalau wayang kulit mempunyai bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar memakai teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang tersebut memakai materi plastik berwarna, sistem pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud verbal kebudayaan yang sanggup dimanfaatkan dalam banyak sekali kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan alasannya isinya banyak memperlihatkan pedoman kehidupan kepada manusia. Pada kala modern ini, wayang juga banyak dipakai sebagai media informasi. Ini antara lain sanggup kita lihat pada pagelaran wayang yang disisipi informasi wacana kegiatan pembangunan mirip keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan. (Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
Contoh analisis struktur teks tersebut yakni sebagai berikut.
Bagian Struktur | Isi | Analisis |
Pernyataan umum atau klasifikasi | Wayang yakni seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya orisinil Indonesia. UNESCO, forum yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 memutuskan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). | Pernyataan Umum atau umum |
Deskripsi Bagian | Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, alasannya diperkirakan mempunyai umur paling renta yakni wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari materi tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit. Cerita yang biasanya dipakai yakni Ramayana dan Mahabharata. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya. Selain wayang purwa jenis wayang kulit yang lain yaitu: wayang madya wayang gedog wayang dupara, wayang wahyu, wayang suluh, wayang kancil, wayang calonarang, wayang krucil; wayang ajen; wayang sasak, wayang sadat, wayang parwa wayang arja, wayang gambuh, wayang cupak dan wayang beber yang ketika ini masih berkembang di Pacitan. | Deskripsi wacana salah satu jenis wayang |
Deskripsi Bagian | Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) yakni salah satu pertunjukan wayang yang diperankan eksklusif oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar yakni wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku Jawa yakni wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang memakai topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun ketika ini beragam, tidak hanya dipakai dalam kegiatan ritual, tetapi juga dipakai dalam kegiatan yang bersifat menghibur. | Deskripsi wacana salah satu jenis wayang |
Deskripsi Bagian | Selanjutnya, jenis wayang yang lain yakni wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Wayang ini disebut juga sebagai wayang thengul. Selain wayang golek Sunda, wayang yang terbuat dari kayu yakni wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak alasannya cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut pertama kali dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu yakni wayang klithik. Wayang klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih mirip wayang kulit. Akan tetapi, dongeng yang diangkat yakni dongeng Panji dan Damarwulan. Wayang lain yang terbuat dari kayu yakni wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen. | Deskripsi wacana salah satu jenis wayang |
Deskripsi Bagian | Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Disebut wayang suket karena wayang yang dipakai terbuat dari rumput yang dibuat mirip wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari banyak sekali figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian dongeng pewayangan kepada belum dewasa di desa-desa Jawa. | Deskripsi wacana salah satu jenis wayang |
Deskripsi Bagian | Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastik berwarna. Wayang motekar yakni sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Akan tetapi, kalau wayang kulit mempunyai bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar memakai teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna warni penuh. Wayang motekar ditemukan dan dikembangkan oleh Herry Dim sehabis melewati eksperimen lebih dari delapan tahun (1993 – 2001). Wayang tersebut memakai materi plastik berwarna, sistem pencahayaan teater modern, dan layar khusus. | Deskripsi wacana salah satu jenis wayang |
Deskripsi Manfaat | Semua jenis wayang di atas merupakan wujud verbal kebudayaan yang sanggup dimanfaatkan dalam banyak sekali kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan alasannya isinya banyak memperlihatkan ajaran-ajaran kehidupan kepada manusia. Pada kala modern ini, wayang juga banyak dipakai sebagai media informasi. Ini antara lain sanggup kita lihat dari pagelaran wayang yang disisipi informasi wacana kegiatan pembangunan mirip keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya. Yang terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan. | Manfat wayang |
Analisis Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
1. Kata serta Frasa Verba serta Nomina
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang lebih banyak didominasi dipakai dalam sebuah teks laporan hasil observasi yakni verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
Untuk memahami hal tersebut, siswa harus mengetahui perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk morfem atau morf bebas, yaitu satuan bahasa terkecil (dapat mempunyai arti maupun tidak) yang bersifat bebas. Frasa merupakan unsur yang lebih luas, yaitu kelompok kata nonpredikatif, hanya menduduki satu fungsi dalam sebuah kalimat.
Perhatikan teladan identifikasi kata benda dan frasa benda dalam teks berjudul Wayang
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang lebih banyak didominasi dipakai dalam sebuah teks laporan hasil observasi yakni verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
Untuk memahami hal tersebut, siswa harus mengetahui perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk morfem atau morf bebas, yaitu satuan bahasa terkecil (dapat mempunyai arti maupun tidak) yang bersifat bebas. Frasa merupakan unsur yang lebih luas, yaitu kelompok kata nonpredikatif, hanya menduduki satu fungsi dalam sebuah kalimat.
Perhatikan teladan identifikasi kata benda dan frasa benda dalam teks berjudul Wayang
Paragraf | Kata | Frasa |
I | wayang | seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya orisinil Indonesia |
sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia | ||
sebuah warisan mahakarya dunia yang | ||
UNESCO | lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB |
b. Verba
Paragraf | Kata | Frasa |
I | adalah | sudah membagi |
menetapkan | ||
disesuaikan |
Berdasarkan analisis kata dan frasa sanggup dinyatakan bahwa pada paragraf pertama teks di atas banyak dipakai frasa nomina. Sementara itu, frasa verba pada paragraf pertama teks di atas hanya ada satu, sedangkan yang lainnya berupa kata. Dengan demikian, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek pada paragraf pertama teks di atas banyak memakai frasa, sedangkan predikat banyak memakai kata.
2. Afiksasi
Sebuah kata dalam teks sanggup berupa kata dasar atau kata turunan. Kata turunan terbentuk melalui afiksasi, yaitu proses pengimbuhan. Suatu kata yang melalui afiksasi bisa saja berubah jenis. Sebagai contoh, suatu jenis verba suatu ketika muncul sebagai nomina dengan hanya menambah atau mengubah imbuhan. Suatu kata dasar sanggup menjelma verba kalau diberi imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar
yang sama sanggup menjelma nomina kalau diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an. Berikut yakni teladan afiksasi:
Sebuah kata dalam teks sanggup berupa kata dasar atau kata turunan. Kata turunan terbentuk melalui afiksasi, yaitu proses pengimbuhan. Suatu kata yang melalui afiksasi bisa saja berubah jenis. Sebagai contoh, suatu jenis verba suatu ketika muncul sebagai nomina dengan hanya menambah atau mengubah imbuhan. Suatu kata dasar sanggup menjelma verba kalau diberi imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar
yang sama sanggup menjelma nomina kalau diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an. Berikut yakni teladan afiksasi:
No. | Kata | Jenis | Imbuhan | Kata Dasar |
1. | disebut | verba | di- | sebut |
2. | menakutkan | verba | me(N)-kan | takut |
3. | kemampuan | nomina | ke-an | mampu |
4. | getaran | nomina | -an | getar |
5. | menyusui | verba | me(N)-i | susu |
6. | berasal | verba | be(R)- | asal |
7. | mengisap | verba | me(N)- | isap |
8. | menggigit | verba | me(N)- | gigit |
9. | gigitan | nomina | -an | gigit |
10. | penelitian | nomina | pe(N)-an | teliti |
3. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi
Kalimat definisi yakni kalimat yang memakai verba definitif dan kalimat deskripsi yakni kalimat yang memakai verba sebagai deskriptif.
Contoh kalimat definisi yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi berjudul Wayang adalah sebagai berikut.
a. Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya orisinil Indonesia.
b. Wayang golek adalah wayang yang memakai boneka kayu sebagai pemain drama tokoh.
c. Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan wayang yang diperankan eksklusif oleh orang.
d. Wayang suket merupakan tiruan dari banyak sekali figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket).
Kalimat deskripsi yang terdapat dalam teks tersebut yakni sebagai berikut.
a. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari materi tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
c. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang memakai topeng.
d. Selain wayang golek Sunda yang terbuat dari kayu ada juga wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak alasannya cirinya mirip dengan wayang golek.
Kalimat definisi yakni kalimat yang memakai verba definitif dan kalimat deskripsi yakni kalimat yang memakai verba sebagai deskriptif.
Contoh kalimat definisi yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi berjudul Wayang adalah sebagai berikut.
a. Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya orisinil Indonesia.
b. Wayang golek adalah wayang yang memakai boneka kayu sebagai pemain drama tokoh.
c. Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan wayang yang diperankan eksklusif oleh orang.
d. Wayang suket merupakan tiruan dari banyak sekali figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket).
Kalimat deskripsi yang terdapat dalam teks tersebut yakni sebagai berikut.
a. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari materi tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
c. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang memakai topeng.
d. Selain wayang golek Sunda yang terbuat dari kayu ada juga wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak alasannya cirinya mirip dengan wayang golek.
4. Kalimat Simpleks dan Komples
Kalimat dalam sebuah teks sanggup dibuat hanya oleh satu klausa, yaitu bab kalimat yang mengandung subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya mempunyai satu klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula sebagai kalimat tunggal.
Berikut yakni teladan kalimat simpleks dengan bermacam pola:
Berikut yakni teladan kalimat simpleks dengan bermacam pola:
Kalimat kompleks atau kalimat beragam yakni kalimat yang mempunyai dua atau lebih klausa. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau beragam setara dan kalimat kompleks atau beragam bertingkat. Kalimat beragam setara mempunyai dua atau klausa ganda yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan kalimat beragam bertingkat mempunyai klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah fungsi utama suatu kalimat. Fungsi-fungsi utama dalam dalam kalimat beragam setara membentuk induk kalimat atau klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat, yaitu yang mengikuti konjungsi subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat. Kalimat beragam setara biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi koordinatif (setara), sedangkan kalimat beragam bertingkat biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi subordinatif (bertingkat).
Cermatilah teladan kalimat kompleks di bawah ini!Rujukan
Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
BACA MATERI PEMBELAJARAN LENGKAP TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KLIK /search?q=materi-pembelajaran-teks-laporan-hasil
0 Response to "Menganalisis Isi, Struktur, Dan Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi"