Latest News

Rpp Teks Drama Kelas Xi Semester 2 Kd 3.18, 4.18, 3.19, 4.19


CONTOH RPP TEKS DRAMA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN



Sekolah/Satuan Pendidikan      :

Mata Pelajaran                         : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester                        : XI/4

Pertemuan Ke                           : 11,12,13, dan 14

Alokasi Waktu                           : 4 Pertemuan (4 X 4 Jam Pelajaran x 45 menit)

Materi Pokok                             : Membuat Teks Drama




A.     Kompetensi Inti

Tujuan pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi yang terdiri atas (1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3)  kompetensi pengetahuan pengetahuan, dan (4) kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap spiritual, “Menghayati dan mengamalkan fatwa agama yang dianutnya”; kompetensi sikap sosial, “Menghayati dan mengamalkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai)santun, responsif dan proaktif dan memperlihatkan sikap sebagai cuilan dari solusi atas banyak sekali permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta  dalam menempatkan diri  sebagai cerminan bangsa  dalam pergaulan dunia”,  dicapai melalui  pembelajaran tidak langsung  (indirect teaching), yakni keteladanan, pembiasaan,  dan budaya sekolah,  dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta  kebutuhan dan kondisi penerima didik.  Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dipakai sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan dan menyebarkan huruf penerima didik lebih lanjut.

KI 1 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,  prosedural, dan metakognitif menurut rasa ingin tahunya  perihal ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan,  dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah 

KI 2 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah aneh terkait  dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara berdikari serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan bisa memakai metoda sesuai kaidah keilmuan.


      B.  Kompetensi Dasar dan Indikator 


Kompetensi Dasar
Indikator
3.18  Mengidentifikasi alur cerita, babak demi       
         babak, dan konflik  dalam drama yang
         dibaca atau ditonton.
4.18  Mempertunjukkan salah satu tokoh
         dalam drama yang dibaca atau ditonton
         secara lisan.

·     Mendata alur, konfliks, penokohan, dan hal yang menarik dalam drama yang dipentaskan.
·     Memerankan salah satu  tokoh dalam naskah drama yang dibaca sesuai dengan tabiat tokoh tersebut.
·     Memberi tanggapan, serta memperbaiki hasil kerja dalam diskusi kelas.
3.19  Menganalisis isi dan kebahasaan drama
         yang dibaca atau ditonton.
4.19  Mendemonstrasikan sebuah naskah
         drama dengan memerhatikan isi dan
         kebahasaan.
·   Mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton.
·     Merancang pementasan dan mendemonstrasikan  drama sebagai seni pertunjukan dengan memperhatikan tata panggung, kostum, tata  musik, dan sebagainya.
·     Memberikan balasan terhadap pementasan drama kelompok lain.


   C.    Materi Pembelajaran


Drama:

·       Alur dalam drama

·       Babak dalam drama

·       Konflik dalam drama

·       Penokohan dalam drama


Drama:

·       Isi dan kebahasaan drama

·       Persiapan mementaskan drama.

·       Pementasan drama

  D.    Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran    

Pendahuluan: 4 X 10 menit

(Membangun Konteks)

1.  Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
2.  Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berafiliasi dengan  pembelajaran sebelumnya.
3.  Peserta didik mendapatkan informasi dengan proaktif  tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.  Peserta didik mendapatkan informasi tenting hal-hal yang Akan dipelajari dan dikuasai khususnya tentang pembelajaran teks drama.




          Kegiatan Inti: 4 X 150 menit

          (Menelaah Model)




1.  Peserta didik membaca 2 atau 3 teks drama yang bertema sama.
2.  Peserta didik mencermati struktur teks dari 2 atau 3 teks drama yang telah dibacanya.
3.  Peserta didik mencermati ciri kebahasaan yang dipakai dalam teks drama.
4.  Peserta didik mencermati isi pokok dalam 2 atau 3 teks drama.
5.  Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang  variasi struktur teks dari 2 atau 3 teks drama.
6.  Peserta didik mengajukan pertanyaan perihal ciri kebahasaan yang dipakai dalam 2 atau 3 teks drama.
7.  Peserta didik mengajukan pertanyaan isi pokok dari 2 atau 3 teks drama.
 8.  Peserta didik mengumpulkan informasi melalui telaah model teks drama.
 9.  Peserta didik melaksanakan penjabaran dan deskripsi kekerabatan antarkomponen yang ditemukan menurut telaah model teks
         
           (Mengkontruksi Terbimbimbing)
         10. Peserta didik menyimpulkan struktur teks drama.
         11. Peserta didik menyimpulkan ciri kebahasaan teks drama.
         12. Peserta didik menyimpulkan isi pokok dari 2 atau teks drama.
         13. Peserta didik mempresentasikan hasil pengamatan perihal struktur, ciri bahasa, dan isi pokok dari 2 atau 3 teks drama.







  14. Peserta didik mengerjakan latihan dan kiprah yang diberikan guru untuk menyebarkan kompetensi (seperti latihan kata, kalimat, dan paragraf) yang sesuai dengan jenis teks drama:
a. latihan kosa kata teknis, sinonim
b. latihan penulisan unsur serapan
c. latihan pengembangan teks drama
d. latihan pengembangan kekohesian

   15. Peserta didik berdiskusi dengan sahabat sebangku atau berpasangan untuk memilih topik dan menyusun kerangka karangan. Latihan pengembangan topik dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web) atau teknik lain yang sanggup digunakan.

          (Mengkontruksi Mandiri)




  16.  Peserta didik memilih topik teks drama dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web).
  17.  Peserta didik menyusun kerangka teks drama.
  18.  Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik yang telah dipilih.
  19.  Peserta didik menyusun teks drama berdasarkan kerangka yang telah disusun dengan memperhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI.
  20.  Peserta didik mempresentasikan teks drama yang telah disusun.
  21.  Peserta didik menanggapi teks drama.
  22.  Peserta didik merevisi teks drama berdasarkan masukan dari teman.
  23.  Peserta didik memasukkan lembar coretan kerja dan semua draf hingga draf final ke  bendel portofolio masing-masing.




Penutup: 4 X 20 menit



 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
 2. Peserta didik melaksanakan penilaian pembelajaran yang diberikan pendidik.
 3. Peserta didik saling memperlihatkan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran yang telah dicapai.
 4. Pendidik menutup pembelajaran dengan ucapan salam





         E.   Penilaian 


      KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)


Kompetensi Dasar
Indikator
3.18  Mengidentifikasi alur cerita, babak demi       
         babak, dan konflik  dalam drama yang
         dibaca atau ditonton.
3.19  Menganalisis isi dan kebahasaan drama
         yang dibaca atau ditonton.


·   Mendata alur, konfliks, penokohan, dan hal yang menarik dalam drama yang dipentaskan.
·   Mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton.




Penilain Proses
Penilaian Hasil
Penilaian proses aspek pengetahuan sanggup dilakukan semenjak acara menelaah Model dan mengonstruksi terbimbing.

Catatan terhadap penerima didik pada acara tersebut sanggup dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran: ketekunan, kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan.
Jenis    : Tulis
Bentuk : Uraian

Contoh instrumen:
a. Tuliskanlah alur teks drama yang Anda  baca!
b. Tuliskanlah konflik dalam teks drama yang Anda baca!
c. Tuliskanlah penokohan dalam teks drama yang Anda
    baca!
d. Tuliskanlah hal yang menarik dalam teks drama yang
    Anda baca!





       KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)


Kompetensi Dasar
Indikator
4.18  Mempertunjukkan salah satu tokoh
         dalam drama yang dibaca atau ditonton
         secara lisan.
4.19  Mendemonstrasikan sebuah naskah
         drama dengan memerhatikan isi dan
         kebahasaan.
·     Memerankan salah satu  tokoh dalam naskah drama yang dibaca sesuai dengan tabiat tokoh tersebut.
·      Memberi tanggapan, serta memperbaiki  
 hasil kerja dalam diskusi kelas.
·      Merancang pementasan dan
 mendemonstrasikan  drama sebagai seni  
 pertunjukan dengan memperhatikan tata
 panggung, kostum, tata  musik, dan
 sebagainya.
·      Memberikan balasan terhadap  
 pementasan drama kelompok lain.



Penilain Proses
Penilaian Hasil
Penilaian proses aspek pengetahuan sanggup dilakukan semenjak acara Mengonstruksi Terbimbing dan Mengonstruksi Mandiri.

Catatan terhadap penerima didik pada acara tersebut sanggup dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan kiprah (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan.
Jenis   :  Menulis
Bentuk:  Uraian

Contoh Instrumen
Susunlah teks skenareo drama menurut teks drama yang Anada dengan memerhatikan hal di bawah ini!
a.  Tentukan topik teks skenareo drama!
b.  Buatlah kerangka sesuai dengan struktur teks skenareo
     drama!
c.  Kembangkan kerangka tersebut menjadi teks skenareo
     drama dengan memerhatikan struktur teks, ciri
     kebahasaan, dan EBI!



Portofolio

Khusus untuk kompetensi menulis, penilaian mencakup proses dan produk yang tercakup dalam penilaian portofolio. Dokumen portofolio berisi:

(a)   draf final (produk) berbobot 40%;

(b)   bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;

(c)  bukti catatan perihal apa yang akan ditulis dan sumber penulisan berbobot 10%; dan

(d)   catatan reflektif berbobot 25%. 


Sikap

       Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran atau di luar pembelajaran dengan melalui observasi dengan mengisi jurnal.

Contoh format dan pengisian lembar pengamatan guru mata pelajaran

Nama Satuan pendidikan           :

Tahun pelajaran             :

Kelas/Semester                         :

Mata Pelajaran                          : Bahasa dan Sastra Indonesia



No.
Waktu
Nama
Kejadian/ Perilaku
Butir sikap
Positif/ Negatif
Tindak Lanjut
1.
1 Mei 2018
Karimah
Memainkan HP ketika berdiskusi  tentang struktur teks drama.
disiplin
-
Dipanggil dan disuruh menganalisis teks drama yang lain
2.
2 Mei
2018
Asih
Mengerjakan kiprah dengan serius, sempurna waktu, dan hasilnya sangat baik
Tanggung jawab
+
Diberi kebanggaan atau apresiasi


Pedoman Penskoran 

a. Pengetahuan
Soal
Aspek yang Dinilai
Skor
1
a.    Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan sangat tepat
4
b.    Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan tepat
3
c.    Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan kurang tepat
2
d.   Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan tidak tepat
1

Soal
Aspek yang Dinilai
Skor
2
a.       Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan sangat tepat
4
b.      Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan tepat
3
c.       Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan kurang tepat
2
d.      Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan tidak tepat
1

Soal
Aspek yang Dinilai
Skor
3
a.       Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan sangat tepat
4
b.      Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan tepat
3
c.       Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan kurang tepat
2
d.      Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan tidak tepat
1

Soal
Aspek yang Dinilai
Skor
4
a.         Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan sangat tepat
4
b.        Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan tepat
3
c.         Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan kurang tepat
2
d.        Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan tidak tepat
1
          Keterangan

         Nilai = Perolehan skor     
                    Jumlah soal 
     Contoh
     Nilai =  10  x 100 = 83,33
                   12 
b. Keterampilan

Bait
Aspek yang Dinilai
Skor
1
a.       Peserta didik memilih topik skenareo teks drama sangat sesuai isi teks
4
b.      Peserta didik memilih topik skenareo teks drama sesuai isi teks
3
c.       Peserta didik memilih topik skenareo teks drama kurang sesuai isi teks
2
d.      Peserta didik memilih topik skenareo teks drama tidak sesuai isi teks
1
2
a.       Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama sangat lengkap dan sangat sesuai dengan topik
4

b.      Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama lengkap dan sesuai dengan topik
3

c.       Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama kurang lengkap dan kurang dengan topik
2

d.      Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks
1
3
a.       Peserta didik menulis skenareo teks drama sangat sesuai dengan kerangka,  struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
4

b.      Peserta didik menulis skenareo teks drama sesuai dengan kerangka,  struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
3

c.       Peserta didik menulis skenareo teks drama kurang  sesuai dengan kerangka,  struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
2

d.      Peserta didik menulis skenareo teks drama tidak sesuai dengan kerangka,  struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
1
          
Nilai = Perolehan skor                     
                     Jumlah kreteria/soal           
Contoh:
          Nilai  =  11   x 100  = 91,66                      
                        12

6.   Pendukung Pembelajaran (Alat, Media, Bahan, Sumber)

      1. Penyajian komputer (laptop) dengan jadwal powerpoint.

2. Bahan bimbing otentik teks drama (hasil penelitian atau media massa).

3. Buku teks dan buku ensiklopedia.

4. Teks/buku skenareo drama perpustakaan sekolah.

5. Internet. 




Mengetahui,                                                                     ....................., .........

Kepala................                                                               Guru Mata Pelajaran,






.............                                                                                 ..............

                                               



LAMPIRAN

MATERI PEMBELAJARAN TEKS DRAMA

Kompetensi Dasar

Pengetahuan
Keterampilan
3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik  dalam drama yang dibaca atau ditonton
4.18  Mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau ditonton secara lisan
3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton
4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan


A.    Contoh Teks Drama

Mengapa Kau Culik Anakku

Karya Seno Gumira Aji Darma


BABAK PERTAMA


Jam Westminter berdentang 10 kali

Dari jendela tampak bulan separuh

SEGALANYA HITAM DI PANGGUNG ITU. LANTAI HITAM, LAYAR HITAM, SEGALANYA HITAM – BAHKAN JUGA MEJA DAN KURSI. SEGALANYA MEMANG HITAM, TAPI DUA SOROT LAMPU PUTIH MASING-MASING MENERANGI BAPAK DAN IBU. MEREKA SUDAH BERUSIA PARUH BAYA, SEKITAR 50 AN. BAPAK MENGENAKAN KAOS OBLONG PUTIH DAN SARUNG. IBU MENGENAKAN KAIN DAN KEBAYA SUMATERA.


BAPAK BERSANDAL KULIT SILANG, IBU BERSELOP TUTUP. BAPAK MENONTON TV. IBU MEMBACA BUKU. BAPAK MEMENCET REMOTE KONTROL. BERDECAK-DECAK SEBAL, LANTAS MEMATIKANNYA. SUASANA SEPI.


MUSIK BLUES FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT. LAMPU TERANG.


BAPAK           :Bu….

IBU                  :Ya….

BAPAK           :Baca buku apa sih?

IBU                  :(Sambil membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror

BAPAK           :Apa katanya?

IBU                  :Baru juga mulai baca. Belum tahu isinya. Habis diajak ngomong terus sih!

BAPAK           :Yah, di sampul belakang kana da kecapnya.

IBU                  : (Melihat sampul belakang) Apa ya katanya?(Membaca) Buku ini perlu dibaca penduduk Negara-negara yang akan hancur, alasannya yaitu dalam masyarakat ibarat itu kendali aturan sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Setiap orang berbuat seenak perutnya sendiri dan memaksakan kehendaknya dengan teror . itulah gunanya buku ini: Cara Melawan Teror. Perlu dibaca oleh mahasiswa, aktifis, wartawan, penasehat aturan dan banyak sekali profesi yang rawan terror. Buku ini juga berkhasiat bagi siapa saja yang merasa perlu lebih siap melawan teror.

BAPAK           :Untuk apa kau baca itu?

IBU                  :Lho, bapak ini bagaimana sih?

BAPAK           :Bagaimana apa?

IBU                  :Baru setahun kok sudah berusaha lupa.

BAPAK           :Apa?

IBU                  :Keterlaluan

BAPAK           :Ada hubungannya dengan buku itu?

IBU                  :Ya terang dong!

BAPAK           :Ca-ra-me-la-wan-te-ror. Apa yang kulupakan ya?

IBU                  :Pikir sendiri

BAPAK           :Aku malah inget yang lain.

IBU                  :Apa?

BAPAK           :Buku itu menyatakan seakan-akan Negara kita sudah hancur.

IBU                  :Memang sudah hancur, bagaimana!

BAPAK           :Begitu ya bu?

IBU                  :Wah, saya nggak mau jadi analis politik amatiran. Bapak saja yang ngomong.

BAPAK           :Aku juga bergotong-royong tidak tahu apa-apa, bu!

IBU                  :Tapi yang satu itu dihentikan lupa.

BAPAK           :Apa?

IBU                  : (Hanya melihat ke arah Bapak)

BAPAK           :Tidak boleh lupa?

IBU                  :Tidak boleh.

BAPAK           :Kalau lupa?

IBU                  :Kalau bapak lupa, artinya sengaja melupakannya. Itu juga berarti bapak ikut berdosa.

BAPAK           :Waduh, menyangkut dosa lagi! Gawat sekali rupanya. Aku paling malas  berdosa.

IBU                  :Paling malas berdosa!?

BAPAK           :Iya.

IBU                  :Ah, yang bener….

BAPAK           :Iya! Kamu tidak percaya?

IBU                  :Kayaknya bapak selalu lupa deh dengan dosa-dosa bapak yang terbesar. Toh semua itu saya bisa maafkan. Tapi tidak untuk yang satu ini.

BAPAK           :Aneh. Aku bisa lupa dosa-dosaku. Tapi yang satu ini dihentikan lupa. Kalau  lupa, itulah dosa yang terbesar.

IBU                  :Makanya, jangan berlagak pikun

BAPAK           :Jadi, apa?

IBU                  :Lho!

BAPAK           :Aduh! Manusia itu kan pelupa Bu! Masa saya dihentikan lupa!?

IBU                  :Yah, insan pelupa, insan cepat lupa, apalagi yang menyangkut dosa.

BAPAK           :Gawat-gawat sekali. Apa yang kulupakan selama ini?

IBU                  :Oalah pak, pak. Kita memang tidak pernah membicarakannya selama ini. Tapi itu tidak berarti kita boleh melupakannya.

BAPAK           :Wah, apa ya? Kamu bilang tadi, ada hubungannya dengan cara  melawan teror

IBU                  :Sebetulnya bapak inget.

BAPAK           :Tidak. Aku sungguh-sungguh lupa.

IBU                  :Gawat.

BAPAK           :Apa ya? Kenapa begitu gawat?

IBU                  :Karena melupakannya yaitu dosa besar.

BAPAK           :Kita harus mengingatnya?

IBU                  :Ya.

BAPAK           :Kita harus membicarakannya?

IBU                  :Ya. Kalau perlu sengaja memperingatinya.

BAPAK           :Tidak mikul dhuwur mendem jero? Melupakan yang jelek mengingat yang baik?

IBU                  :Nggak usah!

BAPAK           :Waduh! Gawat!

IBU                  :Kenapa?

BAPAK           :Aku tidak ingat

IBU                  :Jadi, semuanya ini ada hubungannya dengan terror!

BAPAK           :Terror!

IBU                  :Ya! Terror!

BAPAK           :Te-ror….

IBU                  :Ya. Te-ror….

BAPAK           :Te-ror-te-ror-te-ror….hmmm….

IBU                  : (Melihat dengan wajah kesal)

BAPAK           :Aku belum ingat apa yang ada hubungannya dengan kita. Tapi kalau mendengar kata itu, saya jadi ingat apa yang terjadi pada zaman geger-gegeran dulu itu.

IBU                  :Itu juga belum lama.

BAPAK           :Tapi semua orang sudah lupa.

IBU                  :Pura-pura lupa.

BAPAK           :Buku sejarah saja tidak mencatatnya.

IBU                  :Itu dia. Dosa orang lain dicatat besar-besaran. Dosa sendiri menguap entah kemana.

BAPAK           :Hmmm. Rumit ya Bu?

IBU                  :(Berdiri, berjalan ke jendela)

Sebetulnya tidak. Semuanya jelas. Siapa yang bisa melupakannya? Aku masih kecil waktu itu. Malam-malam semua orang berkumpul. Mereka membawa golok, clurit, pentungan dan entah apa lagi. Mereka mengepung rumah itu selepas tengah malam. Mereka berteriak-teriak, alasannya yaitu yang dicarinya naik ke atas genteng. Orang itu lari dari atap satu keatap lainnya ibarat musang. Kadang-kadang ia jatuh, merosot. Orang-orang mengejarnya juga ibarat nengejar musang. Aku masih inget bunyi gedebugan di atas genteng itu. Orang-orang mengejar dari gang ke gang, suaranya juga gedebukan. Mereka berteriak-teriak sambil mengacungkan parang. Orang itu lari. Terpeleset, hamper jatuh ke bawah, merayap lagi. Sampai semua daerah terkepung. Orang itu terkurung….



BAPAK           :Sudahlah bu! Sudah lebih dari tiga puluh tahun.

IBU                  :Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya alasannya yaitu bencana yang dialami orang itu, tapi apa yang dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat ia dikejar ibarat musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari atas genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di bawah menunggunya dengan parang.

BAPAK           :Bu!

IBU                  :Orang-orang itu menghabisinya ibarat menghabisi seekor musang. Orang itu digorok ibarat binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi saya tidak bisa melupakan sinar matanya yang ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin sesudah tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang segala?

BAPAK           :Untuk apa kau mengingat-ingat ini semua?

IBU                  :Itulah pertanyaanku juga. Untuk apa? Tapi saya tidak sengaja mengingat-ingat. Aku ingat begitu saja. Kenangan itu melekat ibarat lintah. Dia lewat ibarat kenangan.

BAPAK           :Kenangan buruk.

IBU                  :Mimpi buruk

BAPAK           :Sejarah

IBU                  :Itulah ia pak. Sejarah. Sejarah itu ada. Hidup terus hingga hari ini.

BAPAK           :Waktu

IBU                  :Waktu itu saya tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika hingga di kelas, saya Cuma mencium basi bau darah. Darah orang-orang yang disiksa menyiprat di tembok, papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang bergerombol, berteriak-teriak, mencari orang-orang yang diburu.

BAPAK           :Waktu

IBU                  :Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita kini mengulanginya?

BAPAK           :Satria!

IBU                  :Itulah. Bapak ini belum begitu bau tanah kok sudah berusaha pikun. Tidak baik begitu pak. Kalau kita melupakan kekejaman, kita akan mengulanginya.

BAPAK           :Aku Cuma ingat bagaimana orang-orang menjauh ketika semua itu menimpa kita. Orang yang malang malah dijauhi. Ada yang bilang. “Sorri saya gres menelpon sekarang, ini pun dari telepon umum, alasannya yaitu saya takut teleponku disadap, saya harap semuanya baik-baik saja. Sorry, saya takut, saya punya anak kecil soalnya” hmmmh. Saudara-saudara menjauhi semuanya. Takut, ibarat kita ini punya penyakit sampar.

IBU                  Habis begitu memang begitu caranya menilai. Pikiran kok dianggap menyatu dengan darah.

BAPAK           :Cara berpikir apa itu ya?

IBU                  :Cara berpikir orang bego!

            BAPAK           :Bego tapi berkuasa.

            IBU                  :Begitu berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai pikiran, dan sangat tersinggung kalau orang berpikir lain.

BAPAK           :Sangat tersinggung.

            IBU                  :Sangat tersinggung. Maka mengamuklah dengan pentungan,     penangkapan,penculikan dan penganiayaan.

BAPAK           :Kekuasaan yang kerdil.

IBU                  :Kerdil.

BAPAK           :Kerdil.

TELEPON BERDERING. BAPAK MENGANGKAT TELEPON

BAPAK           :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa. Selamat malam.

IBU                  :Terror lagi?

BAPAK           :Bukan. Memang salah sambung.

IBU                  :Dulu Satria sering diteror lewat telepon

BAPAK           :Ya, saya tahu. Aku juga sering diteror, dikira Satria.

IBU                  :(setelah jeda) Ah, Satria. Satria….

LAMPU MEREDUP


B.     Pengertian Teks Drama

            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama mempunyai beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan tabiat melalui tingkah laris (akting) atau obrolan yang dipentaskan. Kedua, dongeng atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Di samping itu drama sanggup didefinisikan sebagai seni yang menggarap lakon-lakon mulai semenjak penulisannya hingga pementasannya yang membutuhkan ruang, waktu, dan khalayak. Pengertian drama juga sanggup dibedakan  menjadi dua.Pertama, drama sebagai text play atau naskah karya sastra milik pribadi, yaitu naskah bacaan milik penulis drama yang masih membutuhkan pembaca dan  perlu  digarap  yang  baik  dan  teliti  jika  ingin  dipentaskan. Kedua, drama sebagai  teater atau pementasan yaitu seni kolektif atau pertunjukan yang siap dipentaskan sehingga berfungsi sebagai tontonan pertunjukan.


C.     Ciri-ciri Teks Drama

1.      Fungsi

Teks drama berfungsi untuk menghibur. Hal tersebut selaras dengan definisi drama yang pada jadinya teks tersebut akan dipentaskan. Salah satu pola  drama yang berfungsi menghibur yaitu Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika.   Selain itu drama sanggup juga berfungsi untuk kritik sosial, contohnya mengkritik kebijakan pemerintah. Hal tersebut sanggup dilihat dalam drama berjudul Mengapa Kau Culik Anakku karya Seno Gumira Ajidarma

2.      Struktur


3.      Prolog yaitu kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu. Pada teks drama di atas prolog sanggup dilihat pada kutipan berikut ini.

MUSIK BLUES FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT. LAMPU TERANG.

a.      Dialog

·         Orientasi sesuatu dongeng memilih agresi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam cuilan utama dongeng tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibentuk dalam dongeng itu. Pada teks drama di atas orientasi sanggup dilihat pada dialog

BAPAK          :Bu….

IBU                 :Ya….

BAPAK          :Baca buku apa sih?

IBU                 :(Sambil membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror

·         Komplikasi atau cuilan tengah cerita, menyebarkan konflik. Sang pendekar atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara ia dan tujuannya, ia mengalami aneka kesalahpahaman dalam usaha untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.

                        BAPAK           :Sudahlah bu! Sudah lebih dari tiga puluh tahun.

           IBU                   :Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya alasannya yaitu bencana yang dialami orang itu, tapi apa yang dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat ia dikejar ibarat musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari atas genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di bawah menunggunya dengan parang.

                        BAPAK           :Bu!

           IBU                   :Orang-orang itu menghabisinya ibarat menghabisi seekor musang. Orang itu digorok ibarat binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi saya tidak bisa melupakan sinar matanya yang ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin sesudah tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang segala?



·         Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa- apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut titik puncak (turning point). Pada titik puncak itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu dongeng tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.

                      TELEPON BERDERING. BAPAK MENGANGKAT TELEPON

                      BAPAK             :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa. Selamat malam.



b.      Epilog yaitu kata-kata penutup yang berisi kesimpulan atapun amanat      tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalam atau tokoh tertentu.


4.      Kebahasaan

                  Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog.  Oleh alasannya yaitu itu, kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa obrolan atau tuturan eksklusif para tokohnya.  Adapun kalimat- kalimat tidak eksklusif ada pula pada cuilan prolog dan epilognya. Drama pun memakai kata ganti orang ketiga pada cuilan prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim dipakai yaitu mereka. 

                  Lain halnya dengan cuilan dialognya, yang kata gantinya yaitu kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga dipakai kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada pola teks drama di atas bahwa kata-kata ganti yang dimaksud yaitu aku, kita,  Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, obrolan dalam teks drama sering kali memakai kosakata percakapan, ibarat oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan  juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Selain itu, teks drama mempunyai ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1.      Banyak memakai kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).  Contoh: sebelum, sekarang, sesudah itu, mula-mula, kemudian.

2.      Banyak memakai kata kerja yang menggambarkan suatu bencana yang terjadi, ibarat menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

3.      Banyak memakai kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh:  merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami

4.      Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggabarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
            

D.  Prosedur Pembelajaran

1.      Mengidentifikasi Alur Drama

Alur dalam drama merupakan cuilan dari struktur komplikasi.Pada sruktur komplikasi inilah muncul permasalahan, konflik yang jadinya memunculkan perumitan dilema (klimaks) yang nantinya akan menuju peleraian pada sruktur resolusi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengidetifikasi drama

·           Membaca dan mencermati teks drama Mengapa Kau Culik Anakku?

a.     Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada teks drama tersebut. Permasalahan sanggup ditemukan pada kutipan berikut.

                        BAPAK           :Untuk apa kau baca itu?

                        IBU                  :Lho, bapak ini bagaimana sih?

                        BAPAK           :Bagaimana apa?

                        IBU                  :Baru setahun kok sudah berusaha lupa.

b.      Mengidentifikasi konflik yang ada pada teks drama tersebut.

                        Konflik sanggup ditemukan pada kutipan berikut .

IBU                  :Gawat.

BAPAK           :Apa ya? Kenapa begitu gawat?

IBU                  :Karena melupakannya yaitu dosa besar.

c.       Mengidentifikasi titik puncak permasalahan (perumitan) yang terdapat pada teks drama tersebut.

Klimaks (perumitan) terdapat pada kutipan berikut.

BAPAK           :Bu!

IBU                  :Orang-orang itu menghabisinya ibarat menghabisi seekor musang. Orang itu digorok ibarat binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi saya tidak bisa melupakan sinar matanya yang ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin sesudah tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang segala?


2.      Mempertunjukkan tokoh dalam kutipan drama

            BAPAK             :Cara berpikir apa itu ya?

            IBU                    :Cara berpikir orang bego!

            BAPAK            :Bego tapi berkuasa.

          IBU                   :Begitu berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai   pikiran, dan sangat tersinggung kalau orang berpikir lain.


Lafal yang diucapkan pada ketika memerankan tokoh Ibu harus terang pada ketika mengucapkan  kata pikiran dan berpikir sangat penting untuk diperhatiakan  karena berkaitan dengan kejelasan makna suatu kata. Berdasarkan pola tersebut  lafal yaitu cara seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa.

Intonasi yang dipakai pada kalimat Bego tapi berkuasa.adalah intonasi dengan maksud kekecewaan. Berdasarkan pola tersebut Intonasi yaitu naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya harus memakai intonasi yang berbeda.

            Nada/tekanan yang dipakai pada kalimat Cara berpikir apa itu ya?         Adalah nada tinggi alasannya yaitu merupakan kalimat tanya. Berdasarkan pola tersebut Nada/tekanan yaitu kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat

                  Ekspresi yang muncul pada kalimat Bego tapi berkuasa adalah ekspresi kekecewaan dan kekesalan. Ekspresi yang muncul ketika berdialog itulah yang disebut mimik. Berdasarkan uraian tersebut mimik yaitu ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan. Gerak-gerik yaitu banyak sekali gerak pada anggota tubuh atautinggah laris seseorang dalam menyatakan maksud tertentu. Bentuknya, misalnya, anggukan kepala, menggit jari. 
           

3.      Menganalisis isi dan kebahasaan drama

a.       Menganalisis isi drama

      Bercerita perihal apakah drama “Mengapa Kau Culik anakku” karya Seno Gumira Ajidarma di atas? Jawaban atas pertanyaan tersebut mengarah pada isi atau tema drama tersebut. Adapun yang dimaksud dengan tema yaitu gagasan umum dalam suatu drama yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau penonton. Tema juga sanggup diartikan sebagai inti atau wangsit dasar sebuah drama. Dari wangsit dasar itulah kemudian drama itu terbangun. Tema  merupakan pangkal tolak pengarang atau sutradara  dalam merangkai dongeng yang diciptakannya.

      Jika menyidik dari penggalan teks drama Mengapa Kau Culik Anakku berikut ini akan nampak terlihat isi drama tersebut.


BAPAK    :Yah, di sampul belakang kana da kecapnya.

IBU           : (Melihat sampul belakang) Apa ya katanya?(Membaca) Buku ini perlu dibaca penduduk  negara-negara yang akan hancur, alasannya yaitu dalam masyarakat ibarat itu kendali aturan sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Setiap orang berbuat seenak perutnya sendiri dan memaksakan kehendaknya dengan teror . itulah gunanya buku ini: Cara Melawan Teror. Perlu dibaca oleh mahasiswa, aktifis, wartawan, penasehat aturan dan banyak sekali profesi yang rawan terror. Buku ini juga berkhasiat bagi siapa saja yang merasa perlu lebih siap melawan terror.
     

Berdasarkan penggalan teks drama tersebut terlihat pada kalimat Buku ini perlu dibaca penduduk  negara-negara yang akan hancur, alasannya yaitu dalam masyarakat ibarat itu kendali aturan sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Dari pernyataan tersebut sanggup dianalisis bahwa  drama tersebut mengangkat tema politik. Teks drama tersebut menceritakan keadaan politik dan bencana kekerasan yang terjadi pada tahun 1965 dan seterusnya dimana tidak ada kejelasan hingga ketika ini. Dan hingga ketika ini pun politik negara ini masih carut marut.

b.      Manganalisis Aspek Kebahasaan

Langkah-langkah menganalisis aspek kebahasaan

Untuk lebih jelasnya cermati dan perhatikan penggalan teks drama Mengapa Kau Culik Anakku berikut in

      BAPAK           :Bu….

      IBU                  :Ya….

      BAPAK           :Baca buku apa sih?

                        IBU                  :(Sambil membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror

      BAPAK           :Apa katanya?

      IBU                  :Baru juga mulai baca. Belum tahu isinya. Habis diajak ngomong  terus sih!

      BAPAK           :Yah, di sampul belakang kana da kecapnya.


Aspek kebahasaan yang terdapat pada penggalan drama tersebut


No
Aspek Kebahasaan
Contoh kalimat

1
Kalimat tanya
Buku baca apa sih?
2
Percakapan sehari-hari
Oh, ini buku baru
3
Petunjuk laku
(Sambil membaca sampulnya)
4
Kalimat langsung
Yah, di sampul belakang kena da kecapnya.
5
Kata sapaan
Bu...


Aspek kebahasaan yang lain sanggup dicermati pada penggalan berikut ini

            BAPAK           :Kita harus membicarakannya?

        BU                   :Ya. Kalau perlu sengaja memperingatinya.

BAPAK           :Tidak mikul dhuwur mendem jero? Melupakan yang jelek mengingat yang baik?

IBU                  :Nggak usah!

            BAPAK           :Waduh! Gawat!

   Aspek kebahasaan yang terdapat pada penggalan tersebut

No
Aspek Kebahasaan
Contoh
1
Kata Ganti
Kita harus membicarakannya?
2
Kata Kerja Mental (Menyatakan sesuatu yang dipikirkan)
Melupakan yang jelek mengingat yang baik?

3
Kalimat Seru
Nggak usah!


Selain aspek kebahasaan yang telah di sebutkan di atas, masih ada aspek kebahasaan yang lain, sanggup dicermati pada penggalan teks drama berikut ini!

IBU                  :Waktu itu saya tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah.   Ketika hingga di kelas, saya Cuma mencium basi bau darah. Darah orang-orang yang disiksa menyiprat di tembok, papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang bergerombol, berteriak-teriak, mencari orang-orang yang diburu.

BAPAK           :Waktu

IBU                              :Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita kini  mengulanginya?

BAPAK            :Satria!


                Aspek kebahasaan yang terdapat pada penggalan tersebut
            

No
Aspek Kebahasaan
Contok
1
Konjungsi keterangan waktu
Waktu itu saya tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah.   Ketika hingga di kelas, saya Cuma mencium basi bau darah.
2
Kata sifat
Begitu buruk. Begitu mengerikan.


Analisis kebahasaan teks drama yang terdapat pada Mengapa Kau Culik Anakku  adalah kalimat tanya, kalimat percakapan sehari-hari, petunjuk laku, kalimat langsung, kata sapaan,kata ganti, kata kerja mental, kalimat seru, konjungsi keterangan waktu dan kata sifat.

4.      Mendomenstrasikan Drama

            Mementaskan drama yaitu mengaktualisasikan segala hal yang ada di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang mayoritas dalam memerankan drama ialah obrolan antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain.

            Paad ketika melaksanakan obrolan maupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/ pesan. Sebelum memerankan drama, acara awal yang dilakukan yaitu membaca dan memahami naskah drama.

(Endah Nurshinta)     

BACA JUGA
  
RPP DAN MATERI PEMBELAJARAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI (SMA/SMK)

1.       RPP TEKS PROPOSAL (KD 3.12, 4.12, 3.13, 4.13)


2.       RPP TEKS KARYA ILMIAH (KD 3.14, 4.14, 3.15, 4.15)


3.       RPP TEKS RESENSI (KD 3.16, 4.16, 3.17, 4.17)


4.       RPP TEKS DRAMA (KD 3.18, 4.18, 3.19, 4.19)


5.       RPP TEKS ULASAN BUKU FIKSI (KD 3.20, 4.20)



         


0 Response to "Rpp Teks Drama Kelas Xi Semester 2 Kd 3.18, 4.18, 3.19, 4.19"

Total Pageviews