RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah/Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XI/4
Pertemuan Ke : 8, 9, dan 10
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (3 X 4 Jam Pelajaran x 45 menit)
Materi Pokok : Membuat Teks Resensi
A. Kompetensi Inti
Tujuan pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi yang terdiri atas (1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3) kompetensi pengetahuan pengetahuan, dan (4) kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap spiritual, “Menghayati dan mengamalkan aliran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap sosial, “Menghayati dan mengamalkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai)santun, responsif dan proaktif dan memperlihatkan sikap sebagai belahan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yakni keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi akseptor didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dipakai sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan dan membuatkan karakter akseptor didik lebih lanjut. KI 1 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ihwal ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 2 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah absurd terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan bisa memakai metoda sesuai kaidah keilmuan. | |
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.16 Membandingkan isi aneka macam resensi untuk menemukan sistematika sebuah resensi. 4.16 Menyusun sebuah resensi dengan memerhatikan hasil perbandingan beberapa teks resensi. | · Menentukan persamaan dan perbedaan isi dan sistematika beberapa resensi. · Menyusun sebuah resensi buku dengan memperhatikan kelengkapan unsur-unsurnya. · Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi resensi hasil kerja dalam diskusi kelas. |
3.17 Menganalisis kebahasaan resensi setidaknya dua karya yang berbeda. 4.17 Mengkonstruksi sebuah resensi dari buku kumpulan dongeng pendek atau novel yang sudah dibaca. | · Mengidentifikasi kebahasaan resensi. · Mengonstruksi sebuah resensi dari buku kumpulan cerpen atau novel. · Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi resensi hasil kerja dalam diskusi kelas. |
C. Materi Pembelajaran
Resensi:
· isi dan kebahasaan dalam resensi;
· membuat resensi;
· unsur-unsur resensi; dan
· sistematika resensi.
Resensi:
· unsur-unsur kebahasaan resensi; dan
· merekonstruksi resensi.
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan: 3 X 10 menit (Membangun Konteks) 1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan. 2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berafiliasi dengan pembelajaran sebelumnya. 3. Peserta didik mendapatkan informasi dengan proaktif ihwal keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 4. Peserta didik mendapatkan informasi tenting hal-hal yang Akan dipelajari dan dikuasai khususnya tentang pembelajaran teks resensi | ||||||
Kegiatan Inti: 3 X 150 menit (Menelaah Model) | ||||||
1. Peserta didik membaca 2 atau 3 teks resensi yang ertema sama. 2. Peserta didik mencermati struktur teks dari 2 atau 3 teks resensi yang telah dibacanya. 3. Peserta didik mencermati ciri kebahasaan yang dipakai dalam teks resensi. 4. Peserta didik mencermati isi pokok dalam 2 atau 3 teks resensi. 5. Peserta didik mengajukan pertanyaan ihwal variasi struktur teks dari 2 atau 3 teks resensi. 6. Peserta didik mengajukan pertanyaan ihwal ciri kebahasaan yang dipakai dalam 2 atau 3 teks resensi. 7. Peserta didik mengajukan pertanyaan isi pokok dari 2 atau 3 teks resensi. 8. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui telaah model teks resensi. 9. Peserta didik melaksanakan pembagian terstruktur mengenai dan deskripsi kekerabatan ntarkomponen yang ditemukan berdasarkan telaah model teks 10. Peserta didik menyimpulkan struktur teks resensi. 11. Peserta didik menyimpulkan ciri kebahasaan teks resensi. 12. Peserta didik menyimpulkan isi pokok dari 2 atau teks resensi. 13. Peserta didik mempresentasikan hasil pengamatan ihwal struktur, ciri bahasa, dan isi pokok dari 2 atau 3 teks resensi. | ||||||
(Mengonstruksi Terbimbing) | ||||||
14. Peserta didik mengerjakan latihan dan kiprah yang diberikan guru untuk membuatkan kompetensi (seperti latihan kata, kalimat, dan paragraf) yang sesuai dengan jenis teks resensi: a. latihan kosa kata teknis, sinonim b. latihan penulisan unsur serapan c. latihan pengembangan teks resensi d. latihan pengembangan kekohesian 15. Peserta didik berdiskusi dengan sobat sebangku atau berpasangan untuk menentukan topik dan menyusun kerangka karangan. Latihan pengembangan topik dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web) atau teknik lain yang sanggup digunakan. (Mengonstruksi Mandiri) | ||||||
16. Peserta didik menentukan topik teks resensi dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web). 17. Peserta didik menyusun kerangka teks resensi. 18. Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik yang telah dipilih. 19. Peserta didik menyusun teks resensi berdasarkan kerangka yang telah disusun dengan memperhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI. 20. Peserta didik mempresentasikan teks resensi yang telah disusun. 21. Peserta didik menanggapi teks resensi. 22. Peserta didik merevisi teks resensi berdasarkan masukan dari teman. 23. Peserta didik memasukkan lembar coretan kerja dan semua draf hingga draf final ke bendel portofolio masing-masing. | ||||||
Penutup: 3 X 20 menit | ||||||
1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Peserta didik melaksanakan penilaian pembelajaran yang diberikan pendidik. 3. Peserta didik saling memperlihatkan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran yang telah dicapai. 4. Pendidik menutup pembelajaran dengan ucapan salam | ||||||
E. Penilaian
KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.16 Membandingkan isi aneka macam resensi untuk menemukan sistematika sebuah resensi. 3.17 Menganalisis kebahasaan resensi setidaknya dua karya yang berbeda. | · Menentukan persamaan dan perbedaan isi dan sistematika beberapa resensi. · Mengidentifikasi kebahasaan resensi. |
Penilain Proses | Penilaian Hasil |
Penilaian proses aspek pengetahuan sanggup dilakukan semenjak kegiatan menelaah Model dan mengonstruksi terbimbing. Catatan terhadap akseptor didik pada kegiatan tersebut sanggup dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran: ketekunan, kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan. | Jenis : Tulis Bentuk : Uraian Contoh instrumen: a. Tuliskan persamaan isi beberapa resensi yang Anda baca! b. Tuliskan perbedaan isi beberapa resensi yang Anda baca! c. Tuliskan persamaan sistematika beberapa resensi yang Anda baca! d. Tuliskan perbedaan sistematika beberapa resensi yang Anda baca |
KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)
Kompetensi Dasar | Indikator |
4.16 Menyusun sebuah resensi dengan memerhatikan hasil perbandingan beberapa teks resensi. 4.17 Mengkonstruksi sebuah resensi dari buku kumpulan dongeng pendek atau novel yang dibaca. | · Menyusun sebuah resensi buku dengan memperhatikan kelengkapan unsur-unsurnya. · Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi resensi hasil kerja dalam diskusi kelas. · Mengonstruksi sebuah resensi dari buku kumpulan cerpen atau novel. · Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi resensi hasil kerja dalam diskusi kelas. |
Penilain Proses | Penilaian Hasil |
Penilaian proses aspek pengetahuan sanggup dilakukan semenjak kegiatan Mengonstruksi Terbimbing dan Mengonstruksi Mandiri. Catatan terhadap akseptor didik pada kegiatan tersebut sanggup dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan kiprah (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan. | Jenis : Menulis Bentuk: Uraian Contoh Instrumen Susunlah resensi buku yang Anada baca dengan memerhatikan hal di bawah ini! a. Tentukan topik teks resensi. b. Buatlah kerangka sesuai dengan struktur teks resensi. c. Kembangkan kerangka tersebut menjadi teks resensi dengan memerhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI. |
Portofolio
Khusus untuk kompetensi menulis, penilaian mencakup proses dan produk yang tercakup dalam penilaian portofolio. Dokumen portofolio berisi:
(a) draf final (produk) berbobot 40%;
(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;
(c) bukti catatan ihwal apa yang akan ditulis dan sumber penulisan berbobot 10%; dan
(d) catatan reflektif berbobot 25%.
Sikap
Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran atau di luar pembelajaran dengan melalui observasi dengan mengisi jurnal.
Contoh format dan pengisian lembar pengamatan guru mata pelajaran
Nama Satuan pendidikan :
Tahun pelajaran :
Kelas/Semester :
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
No. | Waktu | Nama | Kejadian/ Perilaku | Butir sikap | Positif/ Negatif | Tindak Lanjut |
1. | 17 April 2018 | Lentera | Memainkan HP ketika berdiskusi tentang struktur teks resensi. | disiplin | - | Dipanggil dan disuruh menganalisis teks resensi yang lain |
2. | 18 April 2018 | Tatik | Mengerjakan kiprah dengan serius, tepat waktu, dan hasilnya sangat baik | Tanggung jawab | + | Diberi kebanggaan atau apresiasi |
Pedoman Penskoran
b. Pengetahuan
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
1 | a. Peserta didik menuliskan persamaan isi beberapa resensi dengan sangat tepat | 4 |
c. Peserta didik menuliskan persamaan isi beberapa resensi dengan tepat | 3 | |
d. Peserta didik menuliskan persamaan isi beberapa resensi dengan kurang tepat | 2 | |
e. Peserta didik menuliskan persamaan isi beberapa resensi dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
2 | a. Peserta didik menuliskan perbedaan isi beberapa resensi dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik menuliskan perbedaan isi beberapa resensi dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik menuliskan perbedaan isi beberapa resensi dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik menuliskan perbedaan isi beberapa resensi dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
3 | a. Peserta didik munuliskan persamaan sistematika beberapa resensi dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik munuliskan persamaan sistematika beberapa resensi dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik munuliskan persamaan sistematika beberapa resensi dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik munuliskan persamaan sistematika beberapa resensi dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
4 | a. Peserta didik munuliskan perbedaan sistematika beberapa resensi dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik munuliskan perbedaan sistematika beberapa resensi dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik munuliskan perbedaan sistematika beberapa resensi dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik munuliskan perbedaan sistematika beberapa resensi dengan tidak tepat | 1 |
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
Contoh
Nilai = 10 x 100 = 83,33
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b. Keterampilan
Bait | Aspek yang Dinilai | Skor |
1 | a. Peserta didik menentukan topik teks resensi sangat sesuai isi teks | 4 |
b. Peserta didik menentukan topik teks resensi sesuai isi teks | 3 | |
c. Peserta didik menentukan topik teks resensi kurang sesuai isi teks | 2 | |
d. Peserta didik menentukan topik teks resensi tidak sesuai isi teks | 1 | |
2 | a. Peserta didik menyusun kerangka teks resensi sangat lengkap dan sangat sesuai dengan topik | 4 |
b. Peserta didik menyusun kerangka teks resensi lengkap dan sesuai dengan topik | 3 | |
c. Peserta didik menyusun kerangka teks resensi kurang lengkap dan kurang dengan topik | 2 | |
d. Peserta didik menyusun kerangka teks resensi tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks | 1 | |
3 | a. Peserta didik menulis teks resensi sangat sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 4 |
b. Peserta didik menulis teks resensi sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 3 | |
c. Peserta didik menulis teks resensi kurang sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 2 | |
d. Peserta didik menulis teks resensi tidak sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 1 |
Nilai = Perolehan skor
Jumlah kreteria/soal
Contoh:
Nilai = 11 x 100 = 91,66
12
F. Pendukung Pembelajaran (Alat, Media, Bahan, Sumber)
1. Penyajian komputer (laptop) dengan jadwal powerpoint.
2. Bahan didik otentik buku rensesi (hasil penelitian atau media massa).
3. Buku teks dan buku ensiklopedia.
4. Teks Referensi buku di perpustakaan sekolah
5. Internet.
Mengetahui, ....................., .........
Kepala................ Guru Mata Pelajaran,
............. ..............
LAMPIRAN MATERI
TEK RESENSI
Kompetensi Dasar
Pengetahuan | Keterampilan |
3.16 Membandingkan isi aneka macam resensi untuk menemukan sistematika sebuah resensi | 4.16 Menyusun sebuah resensi dengan memerhatikan hasil perbandingan beberapa teks resensi |
3.17 Menganalisis kebahasaan resensi setidaknya dua karya yang berbeda | 4.17 Mengkonstruksi sebuah resensi dari buku kumpulan dongeng pendek atau novel yang sudah dibaca |
A. Contoh Teks
Kita telah mengenal aneka macam jenis karya tulis baik yang ilmiah maupun nonilmiah. Salah satunya ialah resensi. Apakah resensi itu, apa manfaat atau fungsinya, bagaimana strukturnya, serta bagaimana kaidah kebahasaannya.
Coba perhatikan contoh teks berikut.
Contoh teks resensi 1
The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia
Judul : The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia Penulis : Michael Blanding Penerbit : Elex Media Komputindo Terbit : 2011 Halaman : 420 Halaman Harga : Rp. 99.800 |
Korporasi raksasa yang populer diseluruh dunia selalu mempunyai dua wajah yang bertolak belakang. Di satu sisi ia sanggup tampil cantik, namun di sisi lain ia mempunyai wajah jelek yang selalu ingin dirahasiakan.
Begitu juga dengan perusahaan minuman ringan bersoda The Coca Cola Company. Perusahaan yang telah populer diseluruh dunia ini dilaporkan mempunyai sejumlah problem yang selama ini tidak diketahui oleh publik.
Buku yang ditulis oleh Michael Blanding ini menjelaskan bagaimana kemajuan perusahaan yang berdiri pada tahun 1892 itu bukan semata-mata lantaran kehebatan produknya, namun lantaran iklan.
Iklan Coca Cola yang begitu hebat telah membentuk aneka macam gambaran ihwal Coca Cola. Tak ayal lagi, Coca Cola tidak hanya sekadar merk yang mendunia, namun juga sebuah kultur.
Buku yang ditulis oleh Michael Blanding ini menjelaskan bagaimana kemajuan perusahaan yang berdiri pada tahun 1892 itu bukan semata-mata lantaran kehebatan produknya, namun lantaran iklan.
Iklan Coca Cola yang begitu hebat telah membentuk aneka macam gambaran ihwal Coca Cola. Tak ayal lagi, Coca Cola tidak hanya sekadar merk yang mendunia, namun juga sebuah kultur.
Sebagai sebuah kultur Coca Cola menjadi belahan dari keseharian, terutama orang-orang Amerika. Konsumsi Coca Cola pun menjadi sebuah simbol ataupun identitas masyarakat Amerika.
Hasilnya, lingkar pinggang orang Amerika kian membesar. Penelitian memperlihatkan bahwa minuman soda yang ditambahkan pada porsi setiap kali makan, akan menambah kemungkinan kegemukan sekitar 60 persen (hal. 90).
Di samping itu, Coca Cola pun telah masuk dalam dalam ritus-ritus keagamaan dan praktik budaya. Masyarakat yang hidup di perbukitan Chiapas Highlands, Meksiko, misalnya, kini telah melibatkan “si kaleng merah” dalam ritual-ritual keagamaan, ia menjadi belahan dari pemujaan.
Hal ini memperlihatkan bagaimana Coca Cola telah mengubah kode-kode dalam praktik ritual. Ia telah menjungkirbalikkan nilai-nilai otentik budaya lokal. Jika memang Coca Cola concern dengan keberlangsungan budaya lokal, seharusnya ia sanggup mengendalikan ini.
Persoalan yang harus dihadapi Coca Cola ialah problem pelanggaran hak-hak asasi buruh. Ini terjadi di Columbia. Di negara ini sejumlah masalah yang berakhir pada kematian buruh pabrik Coca Cola, beberapa kali terjadi.
Tuntutan buruh untuk memperoleh hak-haknya ternyata tidak selalu mendapat respon positif. Bahkan Dalam buku ini disampaiakan justru perusahaan yang berusaha untuk menghancurkan serikat pekerja yang menuntut hak-haknya.
Malah, dilukiskan dalam buku ini adanya kemungkinan disewanya tentara bayaran untuk menghentikan gerakan serikat pekerja. Di negeri yang sama juga dilakukan montaje judicial atau jebakan pengadilan terhadap para pencetus serikat pekerja.
Masalah lain yang terus menyudutkan Coca Cola ialah pencemaran lingkungan. Dari India dilaporkan bahwa perusahaan minuman bersoda itu telah mencemari lingkungan. Mereka membuang limbah pabrik dengan seenaknya.
Limbah pabrik itu telah memperburuk kondisi lingkungan. Bahkan hewan-hewan peliharaan mati lantaran meminum air dari sungai yang tercemar. Keinginan untuk mengubah keadaan ini juga tidak kunjung muncul.
Catatan lain ihwal buku ini ialah, adanya ketidakberimbangan dalam menampilkan fakta mengenai Coca Cola. Hasilnya, buku ini terkesan sebagai black campaign terhadap perusahaan asal Amerika Serikat itu.
Hasilnya, lingkar pinggang orang Amerika kian membesar. Penelitian memperlihatkan bahwa minuman soda yang ditambahkan pada porsi setiap kali makan, akan menambah kemungkinan kegemukan sekitar 60 persen (hal. 90).
Di samping itu, Coca Cola pun telah masuk dalam dalam ritus-ritus keagamaan dan praktik budaya. Masyarakat yang hidup di perbukitan Chiapas Highlands, Meksiko, misalnya, kini telah melibatkan “si kaleng merah” dalam ritual-ritual keagamaan, ia menjadi belahan dari pemujaan.
Hal ini memperlihatkan bagaimana Coca Cola telah mengubah kode-kode dalam praktik ritual. Ia telah menjungkirbalikkan nilai-nilai otentik budaya lokal. Jika memang Coca Cola concern dengan keberlangsungan budaya lokal, seharusnya ia sanggup mengendalikan ini.
Persoalan yang harus dihadapi Coca Cola ialah problem pelanggaran hak-hak asasi buruh. Ini terjadi di Columbia. Di negara ini sejumlah masalah yang berakhir pada kematian buruh pabrik Coca Cola, beberapa kali terjadi.
Tuntutan buruh untuk memperoleh hak-haknya ternyata tidak selalu mendapat respon positif. Bahkan Dalam buku ini disampaiakan justru perusahaan yang berusaha untuk menghancurkan serikat pekerja yang menuntut hak-haknya.
Malah, dilukiskan dalam buku ini adanya kemungkinan disewanya tentara bayaran untuk menghentikan gerakan serikat pekerja. Di negeri yang sama juga dilakukan montaje judicial atau jebakan pengadilan terhadap para pencetus serikat pekerja.
Masalah lain yang terus menyudutkan Coca Cola ialah pencemaran lingkungan. Dari India dilaporkan bahwa perusahaan minuman bersoda itu telah mencemari lingkungan. Mereka membuang limbah pabrik dengan seenaknya.
Limbah pabrik itu telah memperburuk kondisi lingkungan. Bahkan hewan-hewan peliharaan mati lantaran meminum air dari sungai yang tercemar. Keinginan untuk mengubah keadaan ini juga tidak kunjung muncul.
Catatan lain ihwal buku ini ialah, adanya ketidakberimbangan dalam menampilkan fakta mengenai Coca Cola. Hasilnya, buku ini terkesan sebagai black campaign terhadap perusahaan asal Amerika Serikat itu.
Contoh teks resensi 2
Judul : Pantai dan Kehidupannya Pengarang : Edy Karsono Penerbit : PT. INDAHJAYA Adipratama Tahun terbit : Cetakan I thn 1996 Cetakan V th 2003 Kota terbit : Bandung Jumlah halaman : 64 |
Edy Karsono ialah pengarang dari buku berjudul Pantai dan Kehidupannya yang mengungkapkan bahwa pantai itu keuntungannya bukan hanya sebagai tempat berekreasi, banyak sekali manfaat-manfaat pantai yang sangat penting bagi manusia. Contohnya saja dalam bidang ekonomi, pantai sangat bermanfaat bagi penduduk sekitarnya untuk mencari nafkah sebagai nelayan. Selain sebagai mata pencaharian, pantai juga banyak sekali makhluk hidup yang hidup di sana yang memilki aneka macam manfaat yang beragam. Misalnya burung-burung maritim yang bisa diambil telur dan dagingnya. Siput, udang, lokan, tiram, dan remis untuk dimakan atau dijual ke pasar. Anjing maritim yang bisa dimanfaatkan dagingnya untuk dimakandan bulunya untuk materi pakaian orang-orang kaya di kota-kota besar.
Buku ini juga bukan hanya sekedar menjelaskan manfaat-manfaat pantaisaja, melainkan buku ini juga menjelaskan ihwal bagaimana sejarahnya pantai,apa saja tragedi yang sanggup terjadi di pantai, mengapa pantai harus dijaga kelestariannya, dan juga contoh-contoh negara yang menyalahgunakan pantai. Sehingga menimbulkan pantai dan makhluk hidup di sekitarnya menjadi terganggu. Selain itu pula, buku ini juga menceritakan aneka macam macam binatang dan tumbuhan yang hidup di pantai, mulai dari kebiasaannya, caranya hidup dan mencari makan,caranya menghindari pemangsanya, dan lain-lain hal yang sanggup kalian pelajaridari buku ini.
Buku ini juga menjelaskan dalam bentuk kalimat yang tidak terlalu rumit sehingga simpel dipahami oleh pembacanya. Walaupun disajikan dalam kalimat simpel yang sederhana, buku ini tidak menyajikan gambar-gambar berwarna melainkan hitam-putih saja namun relevan dengan topik yang dibicarakan dan cukup memberi gambaran informasi yang jelas. Itulah yang menimbulkan buku ini terasa sedikit membosankan, namun sangat berkhasiat bagi kita.
(+)
- Informatif, lengkap, dan logis
- Menggunakan kalimat yang sederhana sehingga memudahkan yang membacanya
- Terdapat gambar yang relevan
(-)
- Desainnya tidak menarik
- Gambar yang disajikan tidak berwarna
Demikianlah artikel ihwal contoh resensi buku terlengkap yang kami sanggup dari aneka macam sumber buku. Dari keseluruhan dongeng atau resensi buku diatas apabila dibaca dengan seksama, banyak sekali pesan dan amanat dari penulis yang sangat berarti dan besar sekali manfaatnya.
Contoh teks 3
1. Identitas buku Judul buku : Hujan Kepagian Pengarang : Nugroho Notosusanto Penerbit : Balai Pustaka Tahun Terbit : 2011 Jumlah Halaman : vi+62 halaman |
2. Pembuka Resensi
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri atas 6 buah cerita. Cerpen tersebut mengisahkan ihwal kesaksian ihwal revolusi kemerdekaan. Perlu diketahui bahwa tidak banyak karya sastra menampilkan kisah-kisah di revolusi, yang kisahnya dialami sendiri oleh pengarangnya. Perang yang diceritakan dalam cerpen tidak hanya dilihat dari sudut insiden yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya. Dalam buku Hujan Kepagian ini juga bisa dilihat banyak sisi yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri juga terlibat eksklusif dalam usaha kemerdekaan ketika menjadi anggota tentara pelajar.
3.Jenis Buku
Pada buku Hujan Kepagian merupakan dongeng nonfiksi lantaran pengarang mengisahkan kesaksian ihwal revolusi kemerdekaan yang telah dialami oleh pengarang itu sendiri.
4.Keunggulan Isi Buku
· Organisasi Buku :
Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat menarik. Dalam buku ini antara satu peristiwa dengan insiden lainnya terdapat keterkaitan sehingga bisa menarik pembaca.
· Isi Buku :
Dilihat dari isinya ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk dibaca.
· Bahasa :
Dilihat dari segi bahasa yang dipakai pengarang sederhana, akan tetapi memikat. Kalimat- kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga simpel dipahami.
5. Kelemahan Isi Buku
Kelemahan buku ini ialah kebiasaan pengarang memakai beberapa kosakata Belanda,sehingga pembaca kurang memahami arti kata tersebut.
6. Nilai Buku
Hal yang perlu kita petik dari buku kumpulan cerpen ini ialah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci dan tulus. Kita berjuang dengan hati yang tulus untuk mempertahankan kehidupan bernegara dan berbangsa Indonesia.
Kesimpulan : Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik, lantaran buku ini menceritakan kesaksian ihwal revolusi kemerdekaan. Dan hanya sedikit karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi yang dialami oleh si pengarang. Selain itu, buku ini juga memilliki amanat yang mengajak kita generasi muda untuk tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dan selalu berbuat baik.
Identitas peresensi: Ni Luh Junia Purnami
Contoh teks 4
1. Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Penerbit : PT Bentang Pustaka Halaman : x + 292 Halaman Cetakan : ke-14, januari 2008 ISBN : 979-3062-92-4 |
2. Pratinjau
Buku ini sanggup dikatakan buku yang luar biasa hasil karya Andrea Hirata seorang penulis buku ternama. Hal yang luar biasa bisa kita lihat dari penyampaian alur dongeng dan juga gaya bahasa yang ditulis dengan sangat baik. Gaya bahasa ini bisa dikemas sangat baik dari awal hingga selesai cerita. Jika ditinjau dari unsur intrinsiknya bisa dibilang novel ini tanpa celah. Di setiap insiden dalam buku ini Andrea sanggup menggambarkan karakteristik dan juga deskripsi yang sangat kuat pada setiap karrakter yang ada. Bahasa yang dipakai dalam buku ini pun sangat menarik, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang sangat luas. Novel ini memperlihatkan kekayaan bahasa sekaligus juga keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah yang saintifik, humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang halaman buku novel ini. Mulanya, dongeng ini lebih bernuansa komikal dengan latar kenakalan dewasa . Canda tawa khas siswa Sekolah Menengan Atas sangat kental dalam novel ini. Namun jikalau lebih dalam menjelajahi setiap makna kata akan terasa betapa kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya. Terlebih ketika Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidup yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea berhasil kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang risikonya sanggup berhasil mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
Tidak hanya bicara masalah mimpi novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang luar biasa. Walaupun dalam keterbatasan sang ayah terus menerus mendukung mimpi anaknya. Keadaan ini menciptakan dongeng dalam buku novel ini semakin seru dan juga mengharukan. Seorang ayah yang sangat sabar dan juga anaknya yang sangat menghormati ayahnya menjad penyempurna dalam buku novel ini menciptakan novel ini sangat layak untuk dibaca dan kaya akan pesan pesan moral
3. Kelebihan dan Kelemahan
1) Kelebihan
Kelabihan dari novel ini bisa dilihat dari dari segi kekayaan bahasa dan kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam dongeng hingga mencicipi tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan Andrea memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang sangat berkelas. Andrea juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan yang ada, sehingga pembaca akan selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan daripada novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang menempel dalam karakter tersebut begitu kuat.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tidak punya kelemahan. Hal ini disebabkan lantaran penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik jikalau ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
4. Nilai Buku
Nilai Moral
Nilai moral yang terdapat pada novel ini terasa sangat kental. Sifat-sifat yang ditunjukkan tiap karakter memperlihatkan rasa humanis yang tinggi dalam diri seorang dewasa dalam menyikapi kerasnya kehidupan ini.
Nilai Sosial
Nilai sosial dalam novel ini sangat menonjol. Hal itu dibuktikan rasa setia mitra yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih sanggup saling membantu satu sama lain.
Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga terasa sangat kental terasa. Adat kebiasaan sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar terang di novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara terang tergambarkan. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini mencar ilmu dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang menciptakan novel ini begitu kaya.
B. Pengertian Teks
Beberapa teks yang dicontohkan di atas ialah contoh teks resensi. Coba perhatikan secara cermat, amatilah, dan diskusikanlah teks tersebut. Selanjutnya rumuskan pengertian resensi.
Resensi berasal dari Bahasa Latin yaitu revidere atau recensie (Belanda) yang artinya ialah menimbang, melihat kembali, atau menilai.
Dalam KBBI, resensi ialah ulasan dari sebuah buku. Kaprikornus resensi merupakan ulasan singkat/tulisan mengenai isi suatu buku, novel, majalah, drama ataupun film yang biasanya disiarkan oleh media-media sosial. Orang yang melaksanakan resensi disebut peresensi. Orang yang melaksanakan resensi harus objektif.
Tujuan meresensi buku antara lain mengajak para pembaca untuk berdiskusi lebih lanjut ihwal masalah yang diangkat dalam buku, memperlihatkan pemahaman dan informasi terhadap buku, memperlihatkan pertimbangan kepada pembaca, dan memperlihatkan tanggapan /informasi atas pertanyaan yang sering dilontarkan pembaca terhadap buku. Berikut ialah ciri-ciri teks resensi.
C. Ciri-ciri Teks
1. Fungsi
Beberapa manfaat resensi buku atau novel adalah:
a. Sebagai materi pertimbangan dan memperlihatkan gambaran secara umum kepada pembaca ihwal suatu karya dan untuk mensugesti mereka atas karya tersebut.
b. Merupakan sarana atau media promosi buku biar dikenal masyarakat.
2. Struktur
a. Judul resensi
Judul resensi merupakan identitas suatu karya tulis sama halnya dengan judul
buku. Contoh: The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan
Favorit Dunia
b. Identitas buku, meliputi: judul buku, nama pengarang, nama penerbit, ketebalan buku, tahun terbit, dan nomor edisi.
Contoh: 1. Identitas buku
Judul buku : Hujan Kepagian Pengarang : Nugroho Notosusanto Penerbit : Balai Pustaka Tahun Terbit : 2011 Jumlah Halaman : vi+62 halaman |
c. Pendahuluan , berisi latar belakang pengarang, keahlian, sikap-sikap, dan karya-karya yang dihasilkan olehnya. Biasanya kita bisa menemukan informasi mengenai pengarang pada belahan awal atau selesai pada buku.
Edy Karsono ialah pengarang dari buku berjudul Pantai dan Kehidupannya yang mengungkapkan bahwa pantai itu keuntungannya bukan hanya sebagai tempat berekreasi, banyak sekali manfaat-manfaat pantai yang sangat penting bagi manusia. Contohnya saja dalam bidang ekonomi, pantai sangat bermanfaat bagi penduduk sekitarnya untuk mencari nafkah sebagai nelayan. |
d. Inti/isi resensi, berisi ulasan utama ihwal buku/novel.
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri atas 6 buah cerita. Cerpen tersebut mengisahkan ihwal kesaksian ihwal revolusi kemerdekaan. Perlu diketahui bahwa tidak banyak karya sastra menampilkan kisah-kisah di revolusi, yang kisahnya dialami sendiri oleh pengarangnya. Perang yang diceritakan dalam cerpen tidak hanya dilihat dari sudut insiden yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya. Dalam buku Hujan Kepagian ini juga bisa dilihat banyak sisi yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri juga terlibat eksklusif dalam usaha kemerdekaan ketika menjadi anggota tentara pelajar. |
e. Keunggulan , berisi ulasan ihwal kelebihan buku.
4.Keunggulan Isi Buku · Organisasi Buku : Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat menarik. Dalam buku ini antara satu peristiwa dengan insiden lainnya terdapat keterkaitan sehingga bisa menarik pembaca. · Isi Buku : Dilihat dari isinya ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk dibaca. · Bahasa : Dilihat dari segi bahasa yang dipakai pengarang sederhana, akan tetapi memikat. Kalimat- kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga simpel dipahami. |
f. Kekurangan, berisi ulasan yang berkaitan dengan kelemahan-kelemahan buku.
5. Kelemahan Isi Buku Kelemahan buku ini ialah kebiasaan pengarang memakai beberapa kosakata Belanda,sehingga pembaca kurang memahami arti kata tersebut. |
g. Penutup, berisi simpulan/pandangan penulis atas buku atau novel.
Kesimpulan : Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik, lantaran buku ini menceritakan kesaksian ihwal revolusi kemerdekaan. Dan hanya sedikit karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi yang dialami oleh si pengarang. Selain itu, buku ini juga memilliki amanat yang mengajak kita generasi muda untuk tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dan selalu berbuat baik. |
Gambar Struktur Teks Resensi
3. Kebahasaan
No. | Aspek Kebahasaan | Contoh dari Teks |
1. | Menggunakan kata-kata baku | |
2. | Menggunakan kata-kata denotatif | |
3. | Menggunakan konjungsi | a. penyebaban: : Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik, karena buku ini menceritakan kesaksian ihwal revolusi kemerdekaan. b. penerangan: Hal yang perlu kita petik dari buku kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci dan tulus. c. penguatan: Adat kebiasaan sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar terang di novel ini. |
4. | Bersifat subjektif | Pada dasarnya novel ini hampir tidak punya kelemahan. Hal ini disebabkan lantaran penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik jikalau ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu. Limbah pabrik itu telah memperburuk kondisi lingkungan. Bahkan hewan-hewan peliharaan mati lantaran meminum air dari sungai yang tercemar. Keinginan untuk mengubah keadaan ini juga tidak kunjung muncul. |
D. Prosedur Pembelajaran
1. Membandingkan isi aneka macam resensi untuk menemukan sistematika sebuah resensi
Seperti halnya teks pada umumnya bahwa setiap teks niscaya mempunyai sistematika masing-
masing. Untuk bisa membandingkan dua resensi yang berbeda terlebih dahulu kita harus
memahami isi dan strukturnya. Hal-hal yang bisa kita jadikan teladan perbandingan adalah
struktur kedua teks yang meliputi;
a. judul resensi;
b. identitas buku yang diresensi;
c. pendahuluan (yang berkaitan dengan kepengarangan);
d. inti/isi resensi;
e. keunggulan buku;
f. kekurangan buku; dan
g. penutup.
Dari ketujuh hal tersebut, belahan yang paling mayoritas ialah belahan inti/isi resensi.
Cermatilah contoh resensi berikut.
3.2.Identitas Buku a. Judul Buku : Sisi Cinta Sissy b. Jenis Buku : Fiksi c. Pengarang : Lusi Wulan d. Penerbit : Puspa Swara, Anggota IKAPI e. Cetakan : I- Jakarta, 2006 f. Halaman Buku : 160 halaman g. Panjang dan Tebal Buku : 20 cm ; 0,5 cm h. Jenis Kertas : Quarto i. Harga Buku : Rp 24.900,00 | SISI CINTA SISSY |
3.3. Isi Resensi a. Susunan Penyajian Novel yang berjudul Sisi Cinta Sissy ini dalam penyajiannya sudah cukup baik sebagai bacaan para remaja. Dimulai dari pembukaan dongeng hingga epilog dongeng sudah baik lantaran dari satu dongeng ke dongeng lainnya tidak bertele-tele atau menyambung. Dan uniknya lagi pengarang sanggup mengajak pembaca untuk berfikir selesai dari dongeng novel itu. b. Gaya Bahasa Pengarang memakai bahasa yang tidak baku supaya masyarakat umum, khususnya para dewasa simpel mengerti dari isi novel ini. Dan terdapat bahasa Inggris. c. Hal-hal yang menarik dari novel Novel ini bisa menarik perhatian para pembaca.Dari setiap belahan dongeng ke belahan dongeng yang lain bisa menciptakan ingin tau para pembaca dan para pembaca ingin cepat menuntaskan membaca novel ini dan mengetahui selesai cerita. d. Kelemahan Novel • Isi dongeng dari novel ini tidak tepat (jalan dongeng agak rumit ) lantaran pengarang tidak menuntaskan selesai dari dongeng sehingga para pembaca harus memikirkan selesai dongeng novel ini sendiri. • Terlalu banyak bahasa asing • Harga novel terlalu mahal e. Kelebihan Novel • Cover (sampul) novel sangat menarik • Kertas novel memakai kertas quarto • Perwatakan tokoh simpel dimengerti • Menceritakan kehidupan para dewasa sekarang Menurut kami, novel ini tidak patut untuk dibaca/ dimiliki lantaran isi dongeng dari novel ini tidak tepat (jalan dongeng agak rumit) dan selesai dari dongeng novel ini tidak selesai sehingga pembaca harus menebak-nebak selesai dongeng itu sendiri. 3.4. Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik A. Unsur Instrinsik 1. Tema : Percintaan 2. Alur : Maju Mundur 3. Bahasa : Bahasa Indonesia tidak baku dan Bahasa Asing 4. Penokohan a. Sissy Bandel : Oya, dan sepeti biasa Mama titip pesan ke kau supaya nurut sama kakaknya dan papanya, kerja yang benar, jangan nakal kayak yang sudah-sudah dan jangan pacaran melulu..” ujar Dira nyengir. (hal Banyak kebijaksanaan : Sekali lagi namanya juga sekantor, biar selihai bagaimanapun menghindar-hindar,tetap aja ada kemungkinan ‘kepergok’ (hal 13) Periang : “Dan kau wanita, tanpa ragu jongkok di tepi jalan, memberi ucapan terima kasih dengan sangat tulus…, dan sangat riang…, tidak perlulah dianggap sebagai hutang. (hal 23) Lucu : Oya, satu lagi yang menggemaskan dari diri perempuan itu, celotehnya yang lucu dan apa adanya….(hal 58) b. Ronana Latah : Ronana yang latah ikutan mengelus-elus jidatnya yang mulus-mulus aja tidak ada benjol, hanya sedikit kerut imbas dari penuaan dini. (hal 5) Genit : Iiiiih… Ronana genit!” seru Sissy dengan menggandakan gaya centil Ronan. (hal 5) c. Dira Usil : “Siapa yang bilang kau goblok…, penyalit menahun… hihihi…” celetuk Dira asal. (hal 9) Tegas : “Ingat Sy, jangan hingga timbul gosip atau apalah yang tidak mengenakkan di kantor ini ihwal salah satu dari kita. (hal 15) Emosi : Baginya, Rizal selalu sanggup memberinya ketenangan, sementara dirinya ialah orang yang simpel meledak. (hal 46) d. Sebastian Baik : “Tanpa menunggu tanggapan Sissy yang tak berkedip mendongakkan wajah tinggi sekali, laki-laki ini eksklusif ikut jongkok dan mencoba menarik sepatu Sissy yang terjepit.(hal10) Perhatian : “Obatnya diminum dulu ya, biar sakitnya agak reda” ucap Sebastian sambil menyodorkan obat dan air putih kepada Sissy. (hal 19) Kalem : Sebastian menjawab kalem, menenangkan Dira yang super heboh. (hal 20) 4Ramah : Novi blak-blakan kepada Sebastian, lantaran Sebastian selalu bersikap simpatik dan ramah kepadanya. (hal 56) e. Melviana Tomboi : “Hahaha… syukurin! Makanya, udah ditolongin tuh bilang terima kasih, jangan malah ngibrit, coy!” komentar Melvi, sepupu Sissy yang tomboi. (hal 14) f. Wiwid Usil : “Wah belum seminggu kerja bareng, sudah ada panggilan kesayangan nih,” celetuk Wiwid dari belahan HRD, sobat terdekatnya di kantor, sambil cengar-cengir. (hal 15) Kalem : “Kenapa kau ini?” Wiwid bertanya kalem, lengkap dengan logat Jawanya. (hal 24) g. Eva Tukang gosip: Bersamaan dengan itu, Eva, cewek yang hobi membicarakan ‘sosok menonjol’ dimanapun dan kapanpun sejauh matanya bisa memandang. (hal 23) h. Pak Sadewo Otoriter : Ketika papnya menyetujui mereka, keadaan tidak bertambah lebih baik. Banyak syarat dan tuntutan atas dirinya. (hal 29) i. Rizal Perhatian : Rizal mengelus punggung Dira menenangkan pacarnya itu. (hal 45) j. Tobias Petualang : Tentunya ia berkeliling ke aneka macam tempat di tanah air hingga ke negara-negara lain. (hal 39) Usil : “Ayolah…wajahmu itu nggak bisa berbohong, Sissy sayang… Aku nggak bisa tidur kalau pulang wajahmu masih ibarat ini.” (hal 41) k. Novi Ingin tahu : “Hah, mereka ngapain aja?” Novi menjadi tertarik kalau membicarakan pegawai keren ibarat Sebastian. (hal 51) l. Alex Suka hura-hura: “Itu memang ulah Alex. Orangnya suka hura-hura. (hal 30) m. Mama Perhatian : Mama khawatir lihat Dira kuyu ibarat itu. (hal 69) Baik : “Sudahlah Sy. Mama hidup hanya untuk kalian, jadi yang menjadi masalah kalian, otomatis menjadi masalah mama juga.” (hal 72) 5. Amanat • Sayangilah dirimu, beri ia kesempatan untuk menjadi yang semestinya ia inginkan. Life is nothing but being yourself. • Terkadang cinta tidak harus memiliki • Pilihan itu segala ada tetapi siap atau tidak kita menanggung resiko dari pilihan yang kita buat itu, lantaran kadang kita dihadapkan pada pilihan yang terlalu sulit 6. Setting a. Tempat : kantor, rumah Sissy, tepi jalan, kantin, lobi, rumah Dira, rumah Sebastian, hotel, coffe shop, cafe, stasiun, restoran, pantai, tempat Semanggi, dapur, studio, lapangan, dan galeri b. Waktu : pagi, siang, sore, dan malam c. Suasana : sepi, ramai, sedih, gembira, takut, panik, haru, dan tegang 7. Sudut Pandang : orang pertama B. Unsur Ekstrinsik 1. Sosial Agama Dilihat dari segi nama, pengarang merupakan seorang muslim 2. Sosial Ekonomi Keadaan ekonomi pengarang tergolong menengah ke atas lantaran dilihat dari segi dongeng yang ada dalam novel. Disamping itu, gaya bahasa yang dipakai juga memperlihatkan status sosialnya. 3. Sosial Budaya Pengarang merupakan seorang yang tekun bekerja. Pengarang menempatkan karirnya diposisi pertama tapi itu didukung oleh papa dan mamanya. 4. Biografi Pengarang Lusi Wulan. Cewek 26 tahun, single, breakable (!), dan sedang mengalami a quarter life crisis. Berangan-angan menghabiskan malam dengan menulis dan menatap bintang di Bali Selatan (masih ada bintangkah di sana?). Tumbuh di Malang, kemudian pindah ke Yogya. Karier menulisnya dimulai awal 2004 ketika kepala nyut-nyut kalau tidak bisa menulis. Lumayan, juara 2 di sebuah lomba menulis fiksi eksklusif didapatnya. Kepercayaan dirinya terus naik hingga novel keduanya terpilih untuk diterbitkan. Saat ini, bekerja di perusahaan swasta dan getol mengumpulkan duit untuk rencana hidup terbesarnya…sedikit bersenang-senang dan membangun imajinasi di atas kenyataan untuk terus bikin kepala nyut-nyutan. 6. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Novel ini berisikan ihwal dongeng seorang cewek yang mengasihi seorang perjaka alias atasannya sendiri. Mereka berdua menjalin cinta tanpa ada yang tahu (backstreet). Lama-kelamaan mereka berdua ingin jujur kepada semua orang terutama kepada ayah si cewek dan risikonya ayahnya menyetujui kekerabatan mereka. Cerita dalam novel ini memperlihatkan gambaran ihwal betapa pentingnya restu orang bau tanah di dalam suatu hubungan. Ini merupakan permasalahan kehidupan cinta anak dewasa sekarang. 4.2 Saran 1. Redaktur Penerbit seharusnya mengadakan launching kumpulan novel-novel terbaru karya satrawan muda biar lebih dikenal masyarakat 2. Pengarang • Pengarang seharusnya mencantumkan data diri lengkap biar pembaca simpel memahami latar belakang kehidupan pengarang • Pengarang seharusnya memperjelas selesai dari dongeng novelnya supaya lebih dimengerti oleh pembaca 3. Pembaca • Pembaca supaya mau membaca dan memahami maksud dari isi dongeng dari pengarang • Pembaca dituntu untuk mengambil segi positif yang ada di dalam novel 7. DAFTAR PUSTAKA Wulan, Lusi. 2006. Sisi Cinta Sissy. Jakarta: Puspa Swara 8. RESENSI KARYA SATRA “ Sisi Cinta Sissy ” |
Setelah mencermati teks resensi di atas, coba bandingkan dengan salah satu contoh teks yang dicontohkan di depan. Selanjutnya, jawablah pertanyaan berikut.
1. Bagaimana penulisan judulnya?
2. Adakah perbedaan dalam menuliskan identitas buku?
3. Bagaimana perbedaan penulisan pendahuluannya?
4. Bagaimana cara menguraikan inti/isi resensinya?
5. Bagaimana peresensi mengungkapkan keunggulan dan kelemahan dalam resensi tersebut?
No. | Unsur/struktur | Sisi Cinta Sissy | Resensi Pembanding |
1. | Judul resensi | ||
2. | Identitas buku | ||
3. | Pendahuluan | ||
4. | Inti/isi resensi | ||
5. | Keunggulan | ||
6. | Kekurangan/kelemahan |
- Menganalisis kebahasaan resensi setidaknya dua karya yang berbeda
Cermati contoh resensi berikut dan analisislah aspek kehasaannya. Aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam resensi mencakup hal-hal berikut.
a. Pemakaian kata (baku dan tidak baku).
b. Penerapan struktur kalimat.
c. Penggunaan konjungsi.
d. Penggunaan kata denotatif
Metamorfosis Judul : Metamorfosis Judul Asli : Die Verwandlung Penulis : Franz Kafka Penerjemah : Juni Liem Penerbit: Homerian Pustaka Cetakan : I, Des 2008 Tebal : 154 hlm ”Suatu pagi Gregor Samsa terbangun dari mimpi buruknya, ia menemukan dirinya telah menjelma seekor kutu besar yang menakutkan.” Demikian kalimat pembuka dari Metamorfosis (1915), sebuah novella muram yang ditulis oleh Franz Kafka (1883-1924) salah satu penulis asal Jerman yang paling kuat dalam kurun ke 20 . Tiba-tiba saja Gregor Samsa terputus hubungan dengan masa lalunya sebagai manusia. Sesuatu yang diluar kebijaksanaan terjadi pada hidupnya. Bukan mimpi melainkan kenyataan. Walau cara berpikirnya masih manusia, namun fisiknya berubah bentuk menjadi seekor kutu besar. Sebelum berubah wujud Gregor Samsa ialah seorang salesman kain yang merupakan tulang punggung keluarganya. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya, dan Gretta, adik kandungnya. Karenanya ketika ia berubah wujud, ia tak sanggup lagi bekerja sehingga kondisi keuangan keluarganya menjadi terganggu. Tak hanya itu Gregor menjadi terasing di tengah keluarganya sendiri. Ia menjadi tersisihkan, terpenjara dalam kamarnya sendiri. Ia kini menjadi obyek yang memalukan bagi keluarganya. . Bahkan ayahnya sendiri selalu memandangnya dengan jijik bahkan berusaha untuk membunuhnya. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan wujud itu menciptakan Gregor tertekan, ruang gerak dan perilakukanya menjadi ibarat seekor serangga, merayap di dinding, di langit-langit, sembunyi disela-sela perabot kamar, kebiasaan makannyapun mulai berubah, ia kini lebih menyukai makanan-makanan sisa dibanding kuliner segar. Walau ia bisa mendengar dan memahami apa yang diatakan keluarganya, ia tak bisa lagi berkomunikasi dengan keluarganya. Tak ada yang mempedulikannya lagi kecuali Gretta dan ibunya yang masih memperhatikannya dengan memberi makan dan memindahkan beberapa perabot kamarnya biar Gregor lebih leluasa bergerak. Sebulan sudah Gregor berubah wujud dan terpenjara dalam kamarnya. Karena Gregor tak bisa bekerja, maka ketika keluaranya kehabisan uang, mereka tetapkan untuk menyewakan beberapa kamar di apartemen mereka pada tiga orang lelaki. Semenjak itu kehidupan keluarga Gregor menjadi layaknya pembantu lantaran mereka harus menyediakan kuliner dan beberapa keperluan dari penyewa kamar. Namun sayangnya ketenangan ketiga penyewa kamar keluarga Gregor terusik ketika sebuah insiden menciptakan Gregor tergerak untuk keluar dari kamarnya dan fisiknya terlihat oleh ketiga laki-laki tersebut. Hal ini menciptakan mereka menjadi ketakutan dan mumutuskan untuk tak lagi menyewa kamar keluarga Gregor. Kejadian ini tentu saja menciptakan ayah Gregor geram dan berniat membunuhnya, dengan melempar Gregor dengan apel. Salah satu apel bersarang dalam tubuhnya hingga membusuk dan menciptakan Gregor menderita kesakitan. Ia kembali terkurung dalam kamarnya. Peristiwa ini pula merupakan titik balik bagi keluarga Gregor untuk segera melupakan bahwa Gregor tolong-menolong masih hidup, hal ini terungkap ibarat yang dikatakan Gretta pada ayahnya : “Ayah harus sanggup melupakan bahwa pandangan gres bahwa itu ialah Gregor..Bagaimana mungkin itu Gregor? Jika itu ialah Gregor, ia harus melihat dari dahulu bahwa tak sanggup insan hidup dengan binatang ibarat itu…Kita tak mempunyai saudara laki-laki lagi, tapi kita sanggup mengingat ia di dalam hidup kita dengan hormat.” (hal 137). Dilupakan oleh keluarganya sendiri menciptakan hati Gregor semakin pedih, Sebagai insan ia telah mati. Dan Gregor dengan sisa-sisa kekuatannya mencoba bertahan, namun hingga berapa usang Gregor si kutu besar itu bisa bertahan sendirian tanpa seorangpun yang mempedulikannya ? Metamorfosis banyak dianggap sebagai kisah yang simbolik dengan berbagai interpretasi. Soal menjadi mahluk apa tolong-menolong si Gregor ini sendiri menjadi banyak perdebatan, ada yang menyampaikan kecoak, serangga, kutu, dll. Memang Kafka sendiri tak memperlihatkan deskripsi detail ibarat apa wujud Gregor yang telah berubah. Bahkan untuk keperluan sampul bukunya pun ia menyurati pada penerbitnya bahwa mahluk tersebut tidak untuk digambar. Lalu bagaimana pula dengan klarifikasi logis mengapa Gregor bisa berubah wujud? Kafka memang tak sedang menciptakan kisah fiksi ilmiah, jadi jangan harap kita akan menemukan tanggapan atas perubahan wujud Gregor. Dalam novelnya ini Kafka tampak lebih mengutamakan penggambarkan kondisi psikologis yang dialami Gregor dibanding menjelaskan mengapa insiden abnormal ini bisa terjadi. Sastrawan Rusia Vladimir Nabakov, penulis novel "Lolita", juga mengatakan, "Barang siapa melihat `Metamorfosa` lebih dari sekedar fantasi ilmu serangga, saya anggap pembaca itu telah berhasil." Nah, jadi apa yang bisa kita peroleh dari novel pendek ini ? Tentunya pembaca mempunyai interpretasi masing-masing dari apa yang dibacanya. Dalam Metamorfosis Kafka menggambarkan betapa egoisnya insan sekalipun itu berada dalam lingkungan keluarga sendiri. Ketika Gregor berubah wujud, begitu cepat keluarganya melupakan jasa Gregor yang telah menjadi tulang punggung perekonomian keluarganya. Gregor kini dianggapnya sebagai benalu dalam keluarga, padahal sebelumnya keluarga Gregorlah yang menjadi benalu dalam hidup Gregor. Kafka juga berbicara mengenai bagaimana kedekatan dan cinta dari orang-orang yang kita sayangi bisa berubah ketika kita mengalami ‘perubahan’. Memang Kafka memperlihatkan contoh esktrim dengan mengubah Gregor menjadi binatang. Namun dalam kenyataannya mungkin suatu ketika kita mengalami perubahan dalam kehidupan yang diakibatkan lantaran kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam karier, kejatuhan dalam dosa, dan lain-lain. Hal itulah yang menciptakan kita menjadi seperti Gregor. Dari sosok yang diandalkan, dibutuhkan, dan tiba-tiba menjadi pribadi yang diasingkan, dibenci, lantaran tak lagi sesuai dengan harapan orang-orang yang sebelumnya mengasihi kita. Kisah Gregor dalam Metamorfosis (Die Verwandlung dalam bahasa Jerman), adalah novella karya Franz Kafka yang paling populer selain The Trial dan The Castle. Kalau tidak salah Metamorfosis pernah dua kali diterjemahkan di Indonesia oleh dua penerbit yang berbeda (Bentang Pustaka dan Aksara). Dan kini novella ini diterjemahkan dan diterbitkan oleh Homerian Pustaka dengan cover yang menawan. Namun sayangnya ada yang tak konsisten antara terjemahan dengan cover, pada isi buku ini wujud Gregor diterjemahkan sebagai kutu besar, sedangkan di gambaran cover terjemahannya yang Nampak ialah wujud kecoak. Dari segi terjemahannya, di halaman-halaman awal hingga pertengahan saya tak menemui kesulitan untuk memahami novella ini, namun di bagian-bagian berikutnya saya mulai sulit untuk memahami apa yang dimaksud dalam kalimat- kalimatnya. Setelah saya konfirmasikan ke beberapa mitra yang telah membacanya, ternyata merekapun mengalami hal yang sama. Mungkin di cetakan- cetakan berikutnya karya ini bisa diedit lagi biar terjemahannya lebih mudah dipahami dan lezat dibaca. Sumber : /search?q=contoh.resensi.buku /search?q=contoh.resensi.buku |
Setelah mencermati teks tersebut isilah kolom berikut.
No. | Aspek Kebahasaan | Fakta dalam Teks |
1. | Pemakaian kata (baku dan tidak baku | |
2. | Penerapan struktur kalimat | |
3. | Penggunaan konjungsi | |
4. | Penggunaan kata (denotatif dan konotatif) |
- Menyusun sebuah resensi dengan memerhatikan hasil perbandingan beberapa teks resensi.
Carilah sebuah buku novel di perpustakaan kemudian buatlah sebuah resensi sesuai dengan sistematika dan struktur yang dicontohkan di belahan depan.
Sebagai teladan sesudah memahami isi dan menganalisis strukturnya, lengkapilah kolom berikut.
Judul Buku: ..........................................
No. | Struktur Resensi | Uraian/Isi Struktur |
1. | Judul Resensi | |
2. | Identitas Buku | |
3. | Pendahuluan | |
4. | Inti/ Isi Resensi | |
5. | Keunggulan | |
6. | Kekurangan | |
7. | Penutup |
4. Mengkonstruksi sebuah resensi dari buku kumpulan dongeng pendek atau novel yang sudah dibaca.
Cermatilah contoh resensi berikut, selanjutnya buatlah resensi sesuai dengan sistematika dan struktur yang telah dipelajari.
Hafalan Shalat Delisa (Ganti cover) Oleh: Tere Liye ISBN : 9789793210605 Rilis : 2010 Penerbit : Republika Bahasa : Indonesia |
Bencana Tsunami di Aceh yang terjadi pada selesai tahun 2004, menjadi latar kisah dalam buku ini. Menceritakan ihwal seorang anak; Alisa Delisa yang sedang berjuang untuk menghafal bacaan shalat. Delisa, anak perempuan 6 tahun tinggal di Lhok Nga bersama ummi dan ketiga saudaranya yang kesemuanya perempuan. Kakak tertuanya Cut Fatimah, abang keduanya kembar, Cut Aisyah dan Cut Zahra. Abi mereka bekerja di sebuah kapal asing yang berlayar keliling dunia, biasanya pulang ke Lhok Nga setiap 3 bulan sekali, sehingga ketika tidak berada di rumah, Abi hanya berkomunikasi melalui telepon dengan ummi dan anak-anaknya.
Sudah menjadi tradisi dalam keluarga tersebut, setiap bawah umur yang sudah hafal bacaan shalatnya, maka ia berhak untuk mendapatkan hadiah berupa kalung emas seberat 2 gram yang bisa dipilih sendiri di toko emas langganan, milik Ko Acan. Demikian juga dengan Delisa. Delisa sangat bahagia sewaktu diajak untuk menentukan kalung yang akan menjadi hadiahnya. Ketika berada di toko tersebut, kebetulan Ko Acan, yang sudah kenal baik mengusulkan untuk menentukan kalung dengan hiasan abjad D, D berarti Delisa. Delisa setuju. Namun ternyata pilihan tersebut sedikit menimbulkan masalah ketika diketahui salah satu kakaknya, Aisyah. Karena merasa kalung Delisa lebih bagus, Aisyah merajuk dan cemburu kenapa kalung Delisa lebih bagus dari kalung miliknya. Setelah diberikan pengertian oleh Ummi dan sudaranya risikonya Aisyah bisa menerimanya. “Jangan pernah lihat hadiah dari bentuknya… Lihat dari niatnya.. –Kalau kau lihat hadiah dari niatnya, Isya Allah hadiahnya terasa lebih indah…” (hal. 33).
Setiap sore, selepas pulang sekolah Delisa mencar ilmu mengaji di muenasah di bersahabat rumahnya, mencar ilmu dengan ustadz Rahman bersama dengan teman-teman seumurannya. Abi juga menjanjikan untuk membelikan sepeda jikalau Delisa sudah hafal bacaan shalatnya, sehingga makin semangatlah Delisa menghafal, Aisyah membantunya dengan memperlihatkan “jembatan keledai” yang memudahkan untuk bisa menghafal. Setiap habis bermain sore di pantai, Delisa mencar ilmu naik sepeda dengan Tiur, sobat seumurannya yang kebetulan mempunyai sepeda.
Suatu hari, Ustadz Rahman pernah menyampaikan pada bawah umur didiknya; Aku mengasihi Ummi lantaran Allah. “Nah, coba kalian katakan kepada Ummi masing-masing, nanti kalau Umminya hingga menangis, Ustadz beri hadiah..” (hal. 55). Dua hari kemudian, Delisa mengatakannya sesaat sesudah melaksanaan shalat subuh berjamaah, dengan memeluk Umminya. Ummi hingga menangis demi mendegar putrinya membisikkan kata-kata tersebut, kemudian kakak-kakaknya ikut memeluk dan mengakatan kalimat yang sama sambil menangis. Ketika bertemu lagi dengan Ustadz Rahman, Delisa meminta hadiah yang dijanjikan, yang ternyata berupa coklat. Hadiah tersebut tak sengaja diketemukan oleh Aisyah, tapi ketika ditanya ihwal kenapa Ustadz Rahman hingga memperlihatkan hadiah, Delisa enggan menyampaikan insiden yang sebenarnya. “Delisa akan dongeng deh…Tetapi besok-besok ceritanya” Sayang, ternyata besok-besok itu ialah misteri Allah yang tidak mengijinkan Delisa untuk terus berkumpul dan bertemu dengan saudara-saudaranya, juga Ummi yang sangat dikasihinya..
26 Desember 2004, jadwal Delisa untuk mengikuti ujian hafalan shalat. Ujian itu dilaksanakan di hari Ahad pagi, supaya tidak mengganggu jam mencar ilmu regular bawah umur kelas satu Ibtidaiyah. Satu persatu bawah umur yang mengikuti ujian dipanggil oleh Ibu Guru Nur, guru penguji untuk ujian hafalan shalat anak-anak. Saat giliran Delisa, perlahan-lahan Delisa mengucapkan kalimat-kalimat bacaan shalat, namun bersamaan dengan itu, alam bergejolak, menghentak bumi Aceh, meluluh lantakkan semua benda tanpa kecuali. Hingga akhirnya, air tiba tak terduga yang meratakan semua bangunan, beribu-ribu insan tak berdaya dalam aliran dan genangannya. Demikian juga dengan Delisa.. Namun, ternyata, Allah masih memperlihatkan Delisa kesempatan, dalam nafasnya yang masih tersisa.. Akankah Delisa sanggup meneruskan kembali hafalan shalatnya?
Khusyuk – Fokus
Shalat ialah tiang agama dalam Islam. Oleh karenanya, perlu diajarkan sedari dini, biar bawah umur mengenal agamanya. Sangat beruntung jikalau sekiranya, orang bau tanah bisa mempunyai bawah umur yang shaleh dan shalehah, yang mau mencar ilmu agama sedari kecil, menurut, dan tanpa penolakan. Jika mengingat bawah umur jaman sekarang, tentunya orang bau tanah mempunyai tantangan yang lebih besar, lantaran dengan hadirnya teknologi, anak-anak kadang cenderung untuk lebih menentukan bermain game, nonton tv dibandingkan dengan mencar ilmu membaca buku atau mencar ilmu mengaji Al-Qur’an. Oleh karenanya, kiprah orang bau tanah sangat diharapkan untuk membentuk mereka, utamanya dalam proses bawah umur yang serba ingin tahu di masa pertumbuhannya.
Kisah Delisa ini, lebih untuk memberi contoh pada orang tua, bahwa bawah umur harus diberikan teladan, terutama oleh orang tuanya, sehingga mereka punya contoh nyata. Dan keteguhan Delisa untuk menghafal bacaan shalatnya, juga salah satu contoh untuk terus fokus jikalau mengerjakan sesuatu perkara. Demikian juga jikalau mengerjakan shalat, maka harus fokus, sehingga bisa khusyuk dalam shalat.
Fokus dalam sesuatu perkara, akan menjadikan kita bisa mencapai tujuan, dan maksimal dalam mengerjakannya, tidak terombang-ambing oleh perkara-perkara yang lain yang menimbulkan kasus tersebut tidak tuntas dan kadang malah terbengkalai. Fokus, akan mengantarkan kita untuk bisa menentukan mana yang prioritas, dan mana yang bukan prioritas.
Kita akan banyak mencar ilmu ihwal kehidupan dari Delisa. Kisah yang ditulis oleh Tere Liye ini juga telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Bencana akan selalu mengingatkan kita ihwal besarnya kekuasaan Allah SWT. Bahwasanya, kita sebagai insan yang masih bisa menghirup udara hari ini, berbuatlah yang terbaik, lantaran kita tidak pernah tahu, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu hari esok, ataukah tidak. Buku ini juga banyak mengajarkan ihwal makna hidup sederhana, ikhlas, tulus, bekerja keras, dan senantiasa bersyukur. ***
Cheers..@eviwidi
Tuliskan kembali resensi yang telah disusun dalam berikut.
Judul Buku: Hafalan Shalat Delisa
No. | Struktur Resensi | Uraian/Isi Struktur |
1. | Judul Resensi | |
2. | Identitas Buku | |
3. | Pendahuluan | |
4. | Inti/ Isi Resensi | |
5. | Keunggulan | |
6. | Kekurangan | |
7. | Penutup |
Keterangan
(1) Fakta yang dimaksud berupa contoh teks sesuai dengan tuntutan KD-nya; bisa menciptakan sendiri atau mengutip dari sumber tertentu.
(2) Konsep yang dimaksud berupa pengertian. Jika jenis teksnya itu berupa teks dongeng inspiratif; artikan maksud dari teks itu. Jika teksnya berupa puisi, artikan pula konsep dari puisi itu.
(3) Prinsip yang dimaksud berupa ciri-ciri teks yang dimaksud berdasarkan fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaaanya.
(4) Prosedur yang dimaksud berupa cara siswa untuk menguasai teks yang dimaksud sesuai dengan tuntutan masing-masing KD-nya.
Penerapan dalam Pembelajaran:
Pendekatan Pedagogik Genre
Langkah-langkah | Penjelasan |
a. Membangun konteks | |
b. Pemodelan | |
c. Kerjasama kelompok | |
d. Aktivitas individual |
(Supriyadi)
BACA JUGA
RPP DAN MATERI PEMBELAJARAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI (SMA/SMK)
1. RPP TEKS PROPOSAL (KD 3.12, 4.12, 3.13, 4.13)
2. RPP TEKS KARYA ILMIAH (KD 3.14, 4.14, 3.15, 4.15)
3. RPP TEKS RESENSI (KD 3.16, 4.16, 3.17, 4.17)
4. RPP TEKS DRAMA (KD 3.18, 4.18, 3.19, 4.19)
5. RPP TEKS ULASAN BUKU FIKSI (KD 3.20, 4.20)
0 Response to "Rpp Teks Resensi Kelas Xi Semester 2 Kd 3.16, 4.16, 3.17, 4.17"