Latest News

Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Novel


PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMK/MAK
MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK NOVEL
KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN
Kunci jawaban: D
Pembahasan
Soal tersebut menanyakan unsur intrisik dari suatu teks novel. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN 2017/2018, soal tersebut termasuk ke dalam ruang lingkup materi membaca sastra level kognitif pengetahuan dan pemahaman. Kompetensi yang diuji yaitu menentukan belahan novel. 
Unsur intrinsik yang lebih banyak didominasi dalam kutipan novel tersebut ialah penokohan. Isi kutipan tersebut yaitu mengenalkan tokoh saya dan kakakku. Tokoh saya dan kakakku selalu berbeda pendapat. Tokoh saya mempunyai watak suka mengalah. 
RINGKASAN MATERI
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL

A.  Pengertian Novel
Novel bekerjsama merupakan salah satu jenis fiksi. Novel dan dongeng pendek merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel (Burhan Nurgiantoro, 1995: 9).
Herman J. Waluyo (2002: 37) mengemukakan bahwa novel mempunyai ciri: (1) ada perubahan nasib dari tokoh cerita; (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; (3) biasanya tokoh utama tidak hingga meninggal. Pengertian novel, Herman J. Waluyo (2009: 8) menyatakan pendapatnya bahwa secara etimilogis, kata  novel berasal dari kata novellus yang berarti ‘baru’. Jadi, bekerjsama memang novel ialah bentuk karya sastra dongeng fiksi yang paling baru. Berbagai pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa novel atau dongeng rekaan ialah satu genre sastra yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun sebagai sebuah struktur yang secara fungsional mempunyai keterjalinan ceritanya; untuk membangun totalitas makna dengan media bahasa sebagai penyampai gagasan pengarang wacana hidup dan seluk-beluk kehidupan manusia.

B.  Unsur Intrinsik Prosa

Unsur intrinsik (intrinsik) ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang mengakibatkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang yang secara faktual akan dijumpai bila orang membaca karya sastra. Unsur yang dimaksud contohnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Burhan Nurgiantoro, 2007). 
Pembahasan terhadap unsur-unsur intrinsik pembangun dongeng pendek/novel diuraikan sebagai berikut.

1.      Tema

Tema merupakan makna yang dikandung oleh sebuah dongeng Senada dengan pengertian tersebut, Hartoko dan Rahmanto (dalam Burhan Nurgiyantoro  (2007) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya. Tema menjadi pengembangan seluruh dongeng sehingga bersifat menjiwai keseluruhan cerita. Senada dengan pengertian tersebut, Tarigan (1983) menyatakan bahwa tema ialah gagasan utama atau pikiran pokok. 
Tema suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Pengarang karya sastra tidak semata-mata menyampaikan apa yang menjadi inti permasalahan hasil karyanya walaupun kadang kala ada atau terdapat kata-kata, kalimat kunci dalam salah satu belahan karya sastra, dari kalimat kunci pengarang seakan-akan merumuskan apa yang bekerjsama menjadi pokok permasalahan. 
Ada beberapa cara untuk menafsirkan tema berdasarkan Stanton dalam Nurgiayantoro (2007) yakni (1) harus memperhatikan detil yang menonjol dalam dongeng rekaan, (2) tidak terpengaruh oleh detil dongeng yang kontradiktif, (3) tidak sepenuhnya tergantung oleh bukti-bukti implisit, tetapi harus yang eksplisit, (4) tema itu dianjurkan secara terang oleh dongeng yang bersangkutan.

2.    Penokohan
Penokohan merupakan salah satu unsur dalam dongeng yang menggambarkan keadaan lahir maupun batin seseorang atau pelaku. Setiap insan mempunyai abjad yang berbeda-beda. Karena cerpen/novel intinya ialah menceritakan insan dalam berafiliasi dengan dengan lingkungannya, maka setiap tokoh dalam dongeng akan mempunyai watak yang berbeda-beda antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Melalui abjad tokoh dongeng pembaca mengikuti jalannya cerita, sehingga maksud dongeng akan menjadi lebih jelas.
Istilah tokoh merujuk pada orang atau pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering disamakan artinya dengan abjad dan perwatakan. Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Senada dengan pendapat di atas Panuti Sudjiman (1988: 16-23) beropini tokoh ialah individu yang mengalami insiden atau berlakuan dalam banyak sekali insiden dalam cerita. Watak berarti tabiat, sifat kepribadian. Sedangkan penokohan ialah penyajian watak tokoh dan penciptaan gambaran tokoh. 
Jadi yang dimaksud penokohan atau karakteristik ialah ciri-ciri jiwa seseorang tokoh dalam suatu cerita. Seluruh pengalaman yang dituturkan dalam dongeng kita ikuti berdasarkan tingkah laris dan pengalaman yang dipelajari melalui pelakunya. Melalui sikap ilmiah pembaca mengikuti jalannya seluruh dongeng dan berdasarkan karakter, situasi dongeng sanggup dikembangkan.

3.         Plot atau Alur
Plot atau alur ialah urutan insiden yang merupakan dasar terciptanya sebuah cerita. Alur sanggup tampak apabila pengarang dalam menyusun dongeng antara tema pesan dan amanat saling berhubungan.
Cerita bergarak dari insiden yang lain, masing-masing peristiwa  itu disusun secara runtut, utuh dan saling berhubungan. Plot merupakan unsure fiksi yang penting, bahkan banyak orang menganggap sebagai unsur yang terpenting. Plot sanggup mempermudah dalam memahami suatu cerita. Tanpa adanya plot pembaca akan kesulitan dalam memahami suatu cerita.
Plot karya fiksi yang kompleks sulit dipahami korelasi alasannya ialah akhir antarperistiwanya, mengakibatkan ceritanya sulit dipahami. Dalam suatu dongeng biasanya dituliskan banyak sekali insiden dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itulah yang disebut alur atau plot. Adapun pengertiannya berdasarkan Panuti Sudjiman (1998: 30) ialah jalinan insiden dalam karya sastra untuk mencapai imbas tertentu, kemudian ia juga menunjukkan batasan bahwa alur ialah rangkaian insiden yang dijalin dan direka secara seksama yang menggerakkan jalan dongeng melalui rumusan ke arah titik puncak dan penyelesaian. 
Penahapan plot sanggup diuraikan sebagai berikut.
Tahapan plot: Awal-tengah-akhir. Tahap awal sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap ini berisi informasi-informasi penting yang berafiliasi dengan banyak sekali hal yang akan dikisahkan berikutnya. Tahap tengah atau tahap pertikaian menampilkan konflik atau kontradiksi yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya. Adapun tahap selesai atau tahap peleraian menampilkan adagan tertentu akhir klimaks. Pada belahan ini, dimunculkan selesai dari cerita. (b) Tahapan plot berdasarkan Richard Summers.Richard Summers membagi plot menjadi lima tahapan yaitu tahap situation (tahap penyituasian) yaitu tahap yang berisi pengenalan tokoh serta situasi yang ada dalam cerita, tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap rising action (tahap peningkatan konflik), tahap climax (klimaks) yaitu titik intensitas puncak konflik yang dialami tokoh, tahap denouement (tahap penyelesaian). 
Dari uraian pendapat yang telah dikemukakan, sanggup dinyatakan bahwa plot mengandung indikator-indikator berikut: (a) plot ialah kerangka atau struktur dongeng yang merupakan jalin-menjalinnya dongeng dari awal hingga akhir, (b) dalam plot terdapat korelasi kausalitas (sebab akibat) dari peristiwa-peristiwa, baik dari tokoh, ruang, maupun waktu. Jalinan alasannya ialah akhir itu bersifat logis (masuk akal/dapat diterima nalar sehat/mungkin terjadi), (c) jalinan dongeng dalam plot dekat kaitannya dengan perjalanan dongeng tokoh-tokohnya, (d) konflik batin pelaku ialah sumber terjadinya plot dan berkaitan dengan tempat, dan waktu insiden cerita, dan (e) plot berkaitan dengan perkembangan konflik antara tokoh antagonis dengan tokoh protagonist.
4.         Latar (setting)
Latar atau biasa disebut dengan setting merujuk pada pengertian tempat¸ korelasi waktu, dan lingkungan sosial daerah terjadinya insiden dalam cerita. Latar menunjukkan kesan realistis kepada pembaca. Latar dibedakan dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Latar daerah merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa, latar waktu berafiliasi dengan masalah kapan insiden terjadi dan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berafiliasi dengan sikap kehidupan sosial masyarakat dalam cerita.
Latar ialah lingkungan fisik daerah aktivitas berlangsung yang meliputi daerah dan dalam waktu serta kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam aktivitas (Henry Guntur Tarigan, 1984: 187). Sesuai pendapat tersebut, Sudjiman (1988: 44) menyampaikan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana terjadinya insiden dalam karya sastra membangun latar cerita. Sedangkan berdasarkan Kenney (1966: 40) latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, hingga kepada perincian sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, ekspresi dominan terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial dan emosional para tokoh.  
5.         Sudut Pandang  (point of view)
Sudut pandang atau point of view adalah cara dan atau pandang yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan banyak sekali insiden yang membentuk dongeng dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, dalam Burhan Nurgiantoro, 1995: 248). Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi, memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat beling mata tokoh dongeng (Burhan Nurgiantoro, 1995: 248).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pada hakikatnya pembagian jenis point of view mempunyai kesamaan yakni: (1) pengarang sebagai saya (gaya akuan), dalam hal ini ia sanggup bertindak sebagai omnicient (serba tahu) dan sanggup juga sebagai limited (terbatas), (2) pengarang sebagai orang ketiga (gaya diaan), dalam hal ini ia sanggup bertindak sebagai omniscient (serba tahu) dan sanggup juga sanggup bertindak limited (terbatas), (3) point of view gabungan, artinya pengarang memakai adonan dari gaya bercerita pertama dan kedua.

6.         Gaya
Gaya sanggup diartikan sebagai gaya pengarang dalam bercerita atau gaya bahasa yang dipakai pengarang dalam karyanya. Keduanya saling berhubungan, yaitu gaya seorang pengarang dalam bercerita akan terlihat juga dalam bahasa yang digunakannya (Jabrohim, 1986: 528).
Gaya bahasa ialah ekspresi personal keseluruhan respon pengarang terhadap persitiwa-peristiwa melalui media bahasa seperti: jenis bahasa yang digunakan, kata-katanya, sifat atau ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat-kalimatnya.
Menurut Waluyo dan Nugraheni (2008) gaya pengarang satu dengan yang lainnya berbeda. Oleh lantaran itu, bahasa karya sastra bersifat ideocyncratic artinya sangat individual. Perbedaan gaya itu disebabkan lantaran perbedaan pemikiran dan kepribadian. Gaya bercerita juga berfungsi untuk membentuk kesatuan (unity) dari karya sastra.
Gaya ialah cara khas pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin dalam cara pengarang menyusun dan menentukan kata-kata, tema, memandang tema, atau meninjau persoalan, pendeknya gaya mencerminkan pribadi pengarang. Hal ini sesuai dengan pendapat yakob Sumardjo (1984: 37) yang menyatakan bahwa hasil karya sastra ialah potret pengarangnya. Gaya pengarangnya ialah beling bening jiwanya. Pengarang yang religious akan tampak pada karya sastranya. Pengarang yang matang pengalaman akan menampakkan pandangannya yang matang wacana kehidupan ini. Dengan mempelajari gaya pengarang akan sanggup memahami pribadi pengarang daripada membaca biografi yang ditulis orang lain. 
Gaya pengarang termasuk di dalamnya pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, bentuk paragraf, panjang pendeknya, serta setiap pemakaian aspek bahasa oleh pengarang. Namun, gaya bahasa (majas) sanggup diartikan penggunaan kata-kata kiasan dan perbandingan yang sempurna untuk melukiskan suatu maksud guna membentuk plastik bahasa. Gaya bahasa sanggup dibagi menjadi bahasa perbandingan, penegas, pertentangan, dan pertautan/sindiran. Jadi, gaya bahasa itu merupakan cara seseorang untuk mengungkapkan suatu pengertian dalam kata, kelompok kata, dan kalimat.

7.         Amanat
Amanat ialah suatu fatwa watak yang ingin disampaikan pengarang. Panuti Sujiman (1988: 51) menyatakan bahwa amanat ialah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Menurut Suharianto (1982: 71) amanat sanggup disampaikan secara tersurat dan tersirat. Tersurat, artinya pengarang memberikan pribadi kepada pembaca melalui kalimat, baik itu berupa keterangan pengarang atau pun berbentuk obrolan pelaku. Seorang pengarang dalam karyanya tidak hanya sekedar ingin memgungkapkan gagasannya tetapi juga mempunyai maksud tertentu atau pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan tertentu itulah yang disebut amanat. 
Amanat dalam sebuah karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan wacana nilai-nilai kebenaran dan banyak sekali hal yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat dalam dongeng biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berafiliasi dengan hal tertentu yang bersifat praktis, yang sanggup diambil dan ditafsirkan lewat dongeng yang bersangkutan oleh pembaca. 
Berdasarkan uraian mengenai amanat di atas, terang bahwa amanat ialah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca yang terdapat dalam karya fiksi baik secara tersurat maupun tersirat.

C.    Unsur Ekstrinsik Prosa (Novel/Cerpen)
1)         Latar Belakang Masyarakat 
Pengaruh latar belakang masyarakat kepada pembuatan cerpen itu sangatlah berpengaruh, Pemahaman untuk itu sanggup berupa antara lain ialah kondisi politik, idiologi negara, kondisi sosialnya, dan juga kondisi keekonomian masyarakat. Ada beberapa latar belakang yang mensugesti penulis, diantaranya adalah: a) Ideologi Negara, b) Kondisi Politik, c). Kondisi Sosial, dan d). Kondisi ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat.
2)         Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang itu terdiri dari, biografi pengarang tersebut bagaimana, kondisi psikologis pengarang bagaimana, serta aliran sebuah sastra yang dimiliki penulis sangatlah mensugesti terhadap terbentuknya sebuah cerpen. a). Riwayat hidup sang penulis, Riwayat hidup sang penulis berisi wacana biografi sang penulis secara keseluruhan. Faktor ini akan mensugesti jalan pikir penulis atau sudut pandang mereka wacana suatu cerpen yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kadang-kadang faktor ini mensugesti gaya bahasa dan genre khusus seorang penulis cerpen, b). Kondisi psikologis. Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang penulis dikala menulis cerita. Mood atau psikologis seorang penulis ikut mensugesti apa yang ada di dalam dongeng mereka, contohnya bila mereka sedang murung atau bangga mereka akan menciptakan suatu dongeng murung atau bangga pula.
3)        Aliran sastra penulis 
Aliran sastra merupakan agama bagi seorang penulis dan setiap penulis mempunyai aliran sastra yng berbeda-beda. Hal ini sangat kuat jug terhadap gaya penulisan dan genre dongeng yang biasa diusung oleh sang penulis di dalam karya-karyanya.
Sumber: 
Wibowo, Hari dkk. 2017. Teori dan Genre Sastra Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bahasa


BACA RINGKASAN MATERI DAN PEMBAHASAN SOAL:

1.      Menentukan isi teks anekdot


2.      Menentukan makna kata/istilah


3.      Membandingkan isi teks


4.      Menentukan interpretasi teks anekdot


5.      Menentukan urutan teks eksposisi


6.      Melengkapi teks eksplanasi


7.      Menggunakan kata penghubung


8.      Menggunakan pronomina/kata ganti


9.      Menggunakan kata bentukan


10.  Membaca matriks/tabel


11.  Menggunakan tanda baca


12.  Memvariasikan kata


13.  Mengurutkan teks prosedur


14.  Menentukan inti kalimat


15.  Menentukan isi teks negosiasi


16.  Melengkapi teks negosiasi


17.  Menentukan kalimat santun dalam teks negosiasi


18.  Mengurutkan insiden dalam cerpen


19.  Menentukan watak tokoh cerita


20.  Menentukan amanat cerita


21.  Menentukan latar cerita


22.  Menentukan majas dalam cerpen


23.  Menentukan makna ungkapan


24.  Menentukan makna peribahasa


25.  Menentukan kalimat sumbang/tidak padu dalam teks


26.  Menentukan tema pantun


27.  Melengkapi pantun


28.  Menentukan isi teks biografi


29.  Mengidentifikasi kata baku dan tidak baku


30.  Menentukan fungsi teks biografi


31.  Menggunakan konjungsi dengan sempurna


32.  Memakai tanda baca dengan tepat


33.  Menentukan kata tidak baku dalam teks


34.  Menyunting kalimat


35.  Menentukan struktur teks ulasan film


36.  Menggunakan kata bentukan dengan tepat


37.  Kalimat simpleks dan kompleks


38.  Unsur intrinsik teks drama


39.  Ide pokok paragraf


40.  Meringkas teks


41.  Perbaikan penggunaan tanda baca


42.  Kalimat simpulan


43.  Tanggapan logis terhadap isi teks


44.  Ungkapan dalam teks iklan


45.  Teks Ulasan film


46.  Melengkapi teks petunjuk kerja/teks prosedur


47.  Penggunaan ejaan yang tidak tepat


48.  Opini penulis dalam tajuk rencana


49.  Fakta dan opini


50.  Unsur Intrinsik dan ekstrinsik novel


BACA JUGA

KISI-KISI UJI COBA UN 2017/2018 BAHASA INDONESIA SMK/MAK


0 Response to "Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Novel"

Total Pageviews