Latest News

Fenomena Gerhana Matahari Total


Gerhana Matahari Total  adalah gerhana yang terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi & Matahari sehingga menutup seluruh cahaya Matahari. Meskipun Bulan berukuran lebih kecil, bayangan Bulan bisa melindungi cahaya Matahari sepenuhnya lantaran Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. ( /search?q=pengertian-gambar-jenis-gerhana-bulan)

Menilik sejarahnya, GMT terkait dengan salah satu peristiwa terpenting dalam perkembangan fisika modern, yakni pembuktian bahwa gravitasi bisa membelokkan cahaya, yang digagas Albert Einstein melalui teori relativitas umum. Begini ceritanya, ibarat disarikan dari buku "Einstein, Kehidupan dan Pengaruhnya Bagi Dunia" karya Walter Isaacson. Pada tahun 1911, Einstein menulis makalah yang berjudul "On the Influence of Gravity on the Propagation of Light." Lima tahun kemudian, tepatnya 1916, Sir Arthur Eddington, Direktur Observatorium Cambridge, mendapatkan salinan makalah tersebut. Dalam makalah itu, Einstein mengatakan, cahaya yang melintas di dekat matahari akan melengkung sekitar 1,7 detik-busur. Pelengkungan itu tak lain lantaran gravitasi matahari. Gravitasi sendiri, sebagaimana didefenisikan Einstein, ialah kelengkungan ruang dan waktu.  Eddington kemudian tergerak untuk membuktikan teori itu sehabis berkonsultasi dengan Sir Frank Dyson, astronom kerajaan Inggris. Cara terbaik untuk mengujinya ialah ketika terjadi GMT. Gerhana terjadi pada 29 Mei 1919. Saat itu, matahari berada di tengah-tengah kelompok bintang berjulukan Hyades. Biasanya pengamat bintang mengenalinya sebagai sentra konstelasi Taurus. Pada awal Maret 1919, Eddington berlayar dari Liverpool bersama dua tim. Satu grup memisahkan diri untuk memasang kamera di kota terpencil Sobral di rimba Amazon Brasil sebelah utara. Grup kedua, yang juga beranggotakan Eddington, berlayar menuju pulau kecil Principe, koloni Portugis, satu derajat di selatan garis khatulistiwa, tepat di lepas pantai Afrika di Samudra Atlantik. Eddington menyiapkan peralatannya di atas tubir jurang setinggi 150 meter di ujung utara pulau.

Gerhana terjadi setelah pukul 15.13 waktu setempat Principe dan berlangsung selama kurang lebih 5 menit. Singkat cerita, Eddington berhasil mendapatkan 16 foto. Sayangnya, foto matahari terganggu oleh keberadaan awan. Beruntung, tim Brasil berhasil mendapatkan foto lebih anggun lantaran cuaca cerah. Hasil penghitungan Eddington kemudian menunjukkan, defleksi mencapai 1,6 busur-detik, beda tipis dari teori Einstein. Pada Semptember 1919, Einstein yang masih tinggal di Jerman mendapatkan surat pemberitahuan hasil observasi Eddington dari rekannya, Hendrik Lorentz. "Eddington menemukan pergeseran bintang di tepi keliling matahari, nilai sementara antara sembilan per sepuluh detik hingga dua kalinya," kata Lorrentz.

Pengumuman resmi karenanya disampaikan Royal Society, isntitut ilmiah paling terhormat di Inggris pada 6 November 1919 di Burlington House. Astronom kerajaan, Sir Frank Dyson, menerima kehormatan memberikan inovasi ini. Katanya, "Setelah mempelajari pelat-pelat tersebut secara cermat, saya siap menyatakan bahwa tak ada keraguan lagi pelat-pelat ini membenarkan prediksi Einstein. Hasil ekspedisi ke Sobra dan Principe hanya meyisakan sedikit keraguan bahwa defleksi cahaya yang tejadi di sekitar matahari dan besarnya sama dengan yang dinyatakan dalam teori relativitas umum Einstein." Penemuan ini menjadi informasi utama di sejumlah media besar, termasuk The Times di London dan New York Times di Amerika Serikat. Dengan cepat, Einstein menjadi pesohor dan diburu reporter dari aneka macam belahan dunia. (
http://teknologi.metrotvnews.com/read/2016/03/07/495299/kisah-gerhana-matahari-total-dan-eksperimen-yang-membua)

Pada tanggal 9 maret 2016 kemarin Indonesia mencicipi fenomena alam yang langka, yaitu Gerhana Matahari Total (GMT).  Fenomena tersebut dibilang langka, lantaran peristiwa serupa hadir kembali, setelah 350 tahun.
Bicara soal fenomena langka GMT, sebelumnya Indonesia sudah pernah merasakannya. GMT yang pernah teramati di wilayah Indonesia terjadi pada 11 Juni 1983.  Menurut data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dikutip Jumat 15 Januari 2016, sepanjang era 20, yaitu 1900-1999, telah terjadi 224 gerhana bulan dan 224 gerhana matahari. Dari total gerhana tersebut, sebagian bisa dilihat dari wilayah Indonesia. Salah satu yang langka, yaitu GMT pada 1983.  Menariknya, Lapan menuliskan ada satu GMT yang ibarat dengan GMT 2016. Disebutkan GMT, pada 18 Maret 1988, ibarat dengan GMT pada Maret 2016. Sebab, GMT 1988 melewati wilayah Sumatera hingga Bangka Belitung, sedangkan GMT 2016 juga melewati wilayah tersebut.  Sedangkan bila bicara fenomena gerhana ke depan. Lapan mencatat bakal ada beberapa gerhana yang terjadi. Dalam kurun satu era Indonesia merdeka, yaitu dari 1945-2045, terjadi 33 gerhana matahari, dengan rincian 18 gerhana matahari sebagian, sembilan gerhana matahari total, dan enam gerhana matahari cincin.  Lapan menuliskan untuk kurun waktu 2001-2020, hanya terdapat satu GMT pada 2016, dan dua gerhana matahari cincin yang terjadi pada 2009, dan akan terjadi pada 2019. Semua gerhana ini teramati di Indonesia. Pada tahun 2016 ini ada 11 provinsi yang dilewati gerhana matahari total. Wilayah tersebut ialah Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. (http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/723428-kilas-sejarah-gerhana-matahari-total-di-indonesia)

Bagi beberapa pihak, daya tarik gerhana matahari total 2016 tak berhenti di duduk kasus fenomena langka. Pasalnya, bermacam-macam ritual unik nan langka pun kerap tiba bersama 'aktivitas luar angkasa' tersebut. Bukan hanya warga di belahan dunia lain, masyarakat Indonesia juga punya aneka macam ritual penyambutan gerhana matahari total yang berlangsung pada Rabu (9/3).
Tarian tradisional Mentawai. Meski sempat diguncang gempa pada Rabu (2/3) lalu, pergelaran Turuk Lagai tetap berlangsung. Berpusat di Macaronis Resor di pantai barat daya Desa Silabu, tarian berupa ritual pemanggilan ruh ini dilakukan oleh seorang dukun.
Dolo-dolo. Menengok ke pecahan timur Indonesia, rutual adat dolo-dolo juga digelar, tradisi ini kerap dipertontonkan, baik ketika gerhana matahari mau pun bulan.  Berupa permohonan perlindungan yang akan diakhiri dengan pukulan kentungan secara bersamaan.
Festival 'Battu Rattema'. Berbeda dengan dua ritual di atas, tradisi penyambutan gerhana matahari total 2016 ini memadukan beberapa nuansa, termasuk religius, pendidikan, dan budaya. Dimana melalui tema itu diperlukan sanggup mengedukasi pelajar Makassar untuk sama-sama mencar ilmu memahami fenomena alam yang sangat jarang terjadi ini.

Acara-acara adat yang dilaksanakan diberbagai tempat diindonesia itu ternyata berkaitan dengan mitos yang beredar dimasyarakat Indonesia dan dinegara-negara lainnya. Beberapa negara mempercayai bahwa ketika gerhana terjadi, matahari dimakan atau dicuri. Dalam legenda bangsa Viking disebutkan gerhana matahari terjadi ketika serigala Skoll berhasil menangkap Dewa Matahari atau Sol. Bangsa Viking, yang biasa dikenal berasal dari Norwegia, Swedia, dan Denmark, kemudian diminta membuat kegaduhan dengan memukul panci dan wajan supaya serigala ketakutan serta mengembalikan matahari.
Mitos nyaris serupa dipercayai warga Jawa di Indonesia. Masyarakat Jawa percaya bahwa ketika gerhana matahari terjadi, raksasa Batara Kala atau Rahu menelan matahari lantaran dendam kepada Sang Surya atau Dewa Matahari. Batara Kala merupakan tokoh pewayangan dengan wujud raksasa jahat yang sangat berkuasa.
Ditelannya Matahari oleh Batara Kala disebut sebagai fenomena gerhana oleh mitos masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa ketika fenomena gerhana matahari terjadi, para perempuan hamil harus masuk ke rumah. Para perempuan harus membawa masuk bawah umur dan melindungi bawah umur dari murka Batara Kala.
Di India, warga setempat mempercayai bahwa masakan yang dimasak ketika gerhana matahari terjadi akan menjadi racun dan najis. Karena itu, di beberapa wilayah di India, warga tidak makan ketika gerhana matahari terjadi.
Pada zaman Yunani kuno, gerhana matahari dianggap sebagai menandakan bahwa dewa-dewa sedang marah. Masyarakat kala itu juga percaya bahwa gerhana matahari merupakan menandakan peristiwa akan terjadi.

            Dengan begitu banyaknya mitos yang beredar perihal GMT, bagaimana kita sebagai umat yang beragama terutama bagi yang beragama islam menyikapinya ?  Hal pertama yang sebaiknya dilakukan oleh setiap muslim terkait peristiwa gerhana matahari adalah: mentadabburi kebesaran dan kekuasaan Allah. Matahari dan bulan merupakan dua makhluk Allah yang sangat dekat dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya dua makhluk tersebut dengan begitu teraturnya merupakan ketetapan dan hukum Allah. Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan memperlihatkan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Dengan melihat peristiwa unik tersebut, seharusnya akan menguatkan dan menebalkan keyakinan kita kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Agung, lantaran landasan utama agama Islam ialah kemurnian tauhid dengan mengimani dan mengagungkan Allah, termasuk dalam menjelaskan fenomena alam ibarat gerhana. Yang Kedua, tidak mengaitkan peristiwa gerhana matahari dengan kepercayaan gaib yang tidak berdasar dan tidak diajarkan dalam Islam. Islam ialah agama yang membebaskan insan dari kungkungan takhayyul dan khurafat yang kontra produktif terhadap perkembangan peradaban manusia. Kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis hanya akan melemahkan masyarakat lantaran membuat mereka takut, khawatir dan meragukan sesuatu yang tidak wujud dan tidak rasional. Yang ketiga mengingat Allah, berdoa dan beristighfar. Semoga dengan adanya GMT sanggup meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita.

Perisiwa GMT juga pasti membawa dampak. Baik itu positif maupun negative. Daerah- tempat yang merupakan sentra untuk melihat gerhana matahari total menjadi tujuan para pemburu gerhana matahari total. setiap orang berharap mengabadikan setiap proses perubahan tersebut, apa lagi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung dengan alat canggih dan murah yang bisa dimiliki yaitu handphone, Sehingga semua orang mempunyai kesempatan untuk mengabadikan peristiwa tersebut.  Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu tempat yang menjadi sentra untuk melihat gerhana total yang cukup lama, dikunjungi oleh orang-orang dari aneka macam tempat di Indonesia dan aneka macam Negara, secara otomatis membawa berkah tersendiri bagi tempat dan masyarakat tempat tersebut, lantaran sanggup dijadikan momentum untuk meningkatkan sumber pendapatan. Namun perlu menjadi perhatian kita bersama bahwa peristiwa gerhana matahari total tersebut akan membawa efek negative juga bagi kita terutama pada kesehatan sehingga masyarakat perlu menerima informasi yang baik dan benar perihal efek negative bagi kesehatan.  Saat terjadi gerhana matahari, cahaya matahari memang tertutup oleh bulan, sehingga cahaya disekitar alam menjadi redup, meskipun cahaya matahari itu tertutup, pancaran cahayanya tak berkurang sedikitpun, hanya ukurannya saja yang menyusut. Gerhana matahari sanggup mengganggu pada indra penglihatan, menatap/melihat eksklusif dengan mata telanjang sanggup memperabukan mata dan berujung pada kebutaan. Ada pecahan mata kita ibarat diagframa pada kamera, yang bisa melebar dan menyempit, namanya pupil.  Pupil ini berfungsi untuk menyaring jumlah cahaya yang memasuki mata. Kalau suasana sekitar kita gelap, maka diameter pupil mata kita membesar hingga 8 mm. bila disiang hari yang terang, biasanya diameter pupil mata kita mengecil hingga dengan 2 mm. bila mata kita melihat cahaya yang sangat terang, pupil bisa mengecil hingga 1,6 mm. Pada ketika kita mendongak ke atas menatap matahari, yang terjadi ialah pupil mata kita belum sempat bereaksi. Akibatnya cahaya matahari yang masuk ke mata berlebihan sehingga membuat mata kita bisa menjadi buta. Makara sebaiknya sebelum, ketika dan sehabis proses gerhana, kita tidak menatap matahari secara langsung. Faktanya pupil mata insan tak bisa menghalangi pancaran cahaya matahari yang begitu terang. Menurut para andal bila dihitung, cahaya eksklusif dari matahari itu harus dilemahkan 50 ribu kali supaya bisa diterima oleh pupil mata manusia. Kalau tak dilemahkan, orang yang melihat eksklusif kearah matahari besar kemungkinannya buta total. Menggunakan Ipone untuk foto selfi atau pun memakai kamera biasa, memakai pelindung ibarat kacamata belum cukup untuk melindungi mata dari kerusakan, bila ingin berfoto selfi sebaiknya memakai beling mata khusus yang bisa menghalangi sinar matahari serta mencegah penyakit mata macula, yakni kerusakan pada inti retina akhir radiasi matahari.  Para ilmuwan kesehatan mengimbau jangan melaksanakan selfie ketika gerhana matahari total. Sebab itu akan berdampak eksklusif terhadap mata dengan resiko permanen. Salah satunya sanggup menimbulkan terjadinya solar maculopathy atau penghancuran sentra retina, disebabkan radiasi matahari. jadi intinya tidak ada sistim kondusif untuk melihat secara langsung, tapi melihat melalui video atau foto yang telah diambil melalui ponsel tidak manimbulkan bahaya. Namun banyak orang mencoba melaksanakan aneka macam cara untuk melihat fenomena gerhana yang berdasarkan mereka kondusif dan benar.Sebenarnya metode tersebut tidak kondusif contohnya melihat gerhana matahari total dengan beling hitam biasa, film foto, film rontgen, padahal alat-alat tersebut ialah alat-alat yang tidak kondusif dalam melihat gerhana matahari total.

            Gerhana matahari total yang terjadi tanggal 9 Maret 2016, memberi manfaat sosial - ekonomi bagi Indonesia.  pertama, masyarakat dari seluruh lapisan (atas, menengah dan bawah) tumpah ruah di aneka macam lokasi yang disiapkan dan tidak disiapkan untuk menyaksikan gerhana matahari total. Gerhana matahari telah dijadikan sebagai event untuk nonton bareng. Selain nonton bareng melintasnya gerhana matahari total, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indonesia juga menyiapkan 100 program untuk menyambut para wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman).  Jadi para wisatawan tersebut tidak akan merasa jenuh

Di dalam nonton bareng tersebut, diperoleh manfaat sosial ibarat terbangunnya kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Ketiga, gerhana matahari total di 11 kota di Indonesia dan gerhana matahari di hampir seluruh Indonesia, telah mengakibatkan turis manca negera membajiri Indonesia. Kehadiran mereka di aneka macam kota di Indonesia, membawa rezeki bagi masyarakat yang berprofesi pedagang, mempunyai restoran, penginapan, hotel, distributor perjalanan, taksi, pesawat terbang dan sebagainya. Keempat, turis lokal juga membanjiri aneka macam tempat yang akan mengalami gerhana matahari, sehingga ekonomi bergerak dinamis dan membuat pemerataan dalam bidang ekonomi.  Sedangkan bagi negara, gerhana matahari menyumbangkan devisa yang cukup banyak dari kehadiran turis manca negara serta pajak dari aneka macam kegiatan yang terkait gerhana matahari.

Gerhana Matahari Total (GMT) bukan hanya menarik bagi kaum awam, tetapi juga andal metafisika, dan religius. Fenomena alam yang terjadi 350 tahun sekali itu juga menjadi momen penting bagi ilmuwan dan intelektual ibarat Astronomi, ilmu bintang, atau ilmu yang melibatkan pengamatan dan klarifikasi peristiwa yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.


Banyak manfaat pendidikan yang didapat oleh masyarakat Indonesia maupun wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menggelar workshop bersama Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) dalam rangka menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi pada 9 Maret 2016. Kegiatan dilangsungkan di Graha Teknologi Palembang, selasa (8/3). Edukasi diberikan melalui pembuatan dan penggunaan teropong dengan prinsip kerja lubang jarum. Teropong ini merupakan salah satu alat yang berfungsi supaya sanggup melihat pergerakan terjadinya GMT secara terang tanpa merusak mata lewat pantulan yang diproyeksikan melalui lubang jarum. Teknik ini dipakai pada jaman dahulu sebelum ditemukannya optik lensa ibarat sekarang. Antusiasme para akseptor terlihat dari banyaknya akseptor yang menyimak tata cara pembuatan secara serius sekaligus nampak banyak akseptor yang berebut untuk mendapatkan materi teropong lubang jarum. Hal ini sanggup membangkitkan kreatifitas dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bekerjasama dengan keingintahuan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan kreatifitas di bidang fotografi. Semoga melalui gerhana matahari total di Indonesia memperlihatkan keberkahan dan kemajuan untuk seluruh bangsa Indonesia.

0 Response to "Fenomena Gerhana Matahari Total"

Total Pageviews