“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan alasannya yakni kepercayaan dan mengharap pahala dari Allah maka bakal diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760)
Melanjutkan pembahasan mengenai Puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan Keliru satu rukun Islam. Puasa memiliki berbagai Keistimewaan-Keistimewaan, antara lain:
1. Puasa Ramadhan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan alasannya yakni kepercayaan dan mengharap pahala dari Allah maka bakal diampuni dosanya yang telah lalu.”[1]
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
“Keluarga, harta dan anak sanggup menjerumuskan seseorang kedalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu bakal terhapus dengan shalat, puasa, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).”[2]
2. Pintu nirwana ar-Rayyan bagi yang berpuasa
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di nirwana ada suatu pintu yang disebut ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa bakal masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak bakal memasukinya. Nanti orang yang berpuasa bakal diseru: “Mana orang yang berpuasa?” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak bakal memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka bakal tertutup dan Setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.”[3]
Dalam riwayat lain dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فِى الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُونَ
“Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.”[4]
3. Pahala puasa dibalas eksklusif oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ .
“Setiap amal anak Adam yakni untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang bakal membalasnya.”[5]
4. Puasa yakni perisai dari segala keburukan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ .
“Puasa yakni perisai. Apabila Keliru seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak langgar maka katakanlah: ‘Saya sedang berpuasa’.”[6]
5. Bau lisan seorang yang berpuasa lebih harum dari minyak kasturi pada hari kiamat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ .
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bersama-sama anyir lisan orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah (pada hari kiamat) dari minyak kasturi.”[7]
6. Seorang yang berpuasa bakal mendapat dua kegembiraan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ .
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira alasannya yakni puasanya.”[8]
7. Puasa yakni jalan meraih taqwa
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian semoga kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”[9]
8. Puasa yakni perisai dari api neraka
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
”Puasa yakni perisai yang sanggup melindungi seorang hamba dari siksa neraka.”[10]
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Barangsiapa melaksanakan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melaksanakan ketaatan pada Allah), maka Allah bakal menjauhkannya dari api neraka sejauh perjalanan 70 tahun.”[11]
9. Puasa sanggup menawarkan syafa’at bagi seorang yang menjalankannya
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan al-Qur’an itu bakal menawarkan syafa’at kepada seorang hamba pada hari selesai zaman kelak. Puasa bakal berkata: “Wahai Rabbku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat kesudahannya perkenankan saya untuk menawarkan syafa’at kepadanya.” Dan al-Qur’an pula berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, kesudahannya perkenankan saya untuk memberi syafa’at kepadanya.” Beliau bersabda: “Maka syafa’at keduanya diperkenankan.”[12]
10.Orang yang berpuasa do’anya mustajab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa hingga ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizhalimi.”[13]
Dalam hadits di atas terdapat sebuah kode bahwa disunnahkan bagi seseorang yang sedang berpuasa untuk memperbanyak berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala meminta kebaikan bagi dirinya dan keluarganya di dunia maupun di akhirat, serta mendo’bakal kebaikan bagi kaum muslimin, alasannya yakni pada ketika itu yakni waktu yang mustajab.
11. Puasa yakni obat pengekang syahwat
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda! Barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka menikahlah. Karena itu lebih bakal menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah alasannya yakni puasa itu bagai obat pengekang baginya.”[14]
Demikian klarifikasi mengenai Keistimewaan puasa Ramadhan. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menambahkan ilmu kepada kita serta menawarkan kita kekuatan dan kesabaran dalam mengamalkan puasa Ramadhan sehingga kita bisa meraih Keistimewaan-Keistimewaan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
[1] HR. al-Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760
[2] HR. al-Bukhari no. 3586 dan Muslim no. 144
[3] HR. al-Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152
[4] HR. al-Bukhari no. 3257
[5] HR. al-Bukhari no. 1904
[6] HR. al-Bukhari no. 1771
[7] HR. al-Bukhari no. 1771
[8] HR. al-Bukhari no. 1771
[9] QS. al-Baqarah [2] : 183
[10] HR. Ahmad no. 15200
[11] HR. al-Bukhari no. 2840
[12] HR. Ahmad no. 6626
[13] HR. at-Tirmidzi no. 3598
[14] HR. al-Bukhari no. 5066 dan Muslim no. 1400
Referensi
- al-Qur’an al-Kariim
- al-Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. al-Musnad. 1416 H. Dar al-Hadits Kairo.
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ism’ail al-Ju’fi al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
0 Response to "Keistimewaan Puasa Ramadhan"