Mengapa berbagai akun yang mendukung Ahok di media umum menjelang Pilgub DKI lalu? Rupanya itu tak terlepas dari hasil kerja buzzer yang jumlahnya cukup banyak.
Apa saja yang mereka lakukan? Seorang mantan buzzer Ahok mengaku, sedikitnya ada 10 hal yang mereka lakukan sampai ia sendiri sekarang merasa jijik dengan apa yang mereka perbuat.
1. Dibayar 4 juta per bulan
Alex, demikian nama buzzer Ahok yang ditemui Kate Lamb, jurnalis The Guardian, di Jakarta. Ia mengaku dibayar Rp 4.134.000 per bulan. Timnya yang terdiri dari pendukung Ahok dan mahasiswa juga mendapat bayaran serupa.
2. Jumlah Buzzer cukup banyak
Tim Alex terdiri dari 20 orang. Itu hanya satu tim. Belum termasuk tim-tim lain baik diketahui atau tidak diketahui oleh Alex.
3. Minimal 11 akun
Tim sebanyak itu, masing-masing orang disyaratkan minimal memiliki 11 akun. Yakni 5 akun Facebook, 5 akun Twitter dan 1 akun Instagram.
4. Pakai foto palsu
Seluruh akun itu harus kelihatan menyerupai akun betulan. Namun bergotong-royong semua akun itu ialah palsu. Mereka mencomot foto dari Google, akun media umum milik orang lain, bahkan berdasarkan ratifikasi Alex, terkadang foto teman sendiri.
Mayoritas foto yang dipakai ialah foto wanita cantik. Sehingga selain untuk menarik perhatian, juga mempropagandakan bahwa Ahok didukung banyak perempuan.
5. 60-120 twit/status per hari per orang
Setiap buzzer Ahok diwajibkan mengunggah 60-120 materi per hari melalui 11 akun media umum masing-masing.
6. 2.400 twit per hari per tim
Setiap satu tim yang terdiri dari 20 orang tersebut diwajibkan berkicau di Twitter minimal sebanyak 2.400 kicauan per hari. Bisa dibayangkan, betapa ramainya jagat Twitter dengan bunyi mendukung Ahok.
7. Di atas tim ada tim
Alex mengaku, di atas timnya ada tim lain yang mengendalikan. Tim di atas tim Alex itulah yang menggerakkan, mengomando dan menurunkan materi utama untuk diunggah di media sosial. Mulai dari pasokan konten sampai tagar harian.
8. Bermarkas di Menteng
Alex dan buzzer Ahok lainnya didoktrin untuk merahasiakan tempatnya bekerja. Kepada The Guardian, Alex hanya menyebut bahwa markas mereka di Menteng.
9. Front office konten positif, back office konten negatif
Di Keliru satu rumah glamor di Menteng itu, bab depan ialah tim official yang tugasnya mengunggah konten kasatmata ihwal Ahok. Namun yang tidak diketahui publik, di ruang belakang ialah para buzzer yang tugasnya memproduksi konten negatif.
10. Merasa jijk sendiri
Kini Alex merasa jjik terhadap dirinya sendiri yang menghalalkan segala Caranya untuk menyerang lawan demi memenangkan orang yang membayarnya. [Ibnu K/Tarbiyah]
0 Response to "Ini 10 Legalisasi Dosa Buzzer Ahok"