Latest News

Makalah Masyarakat Pedesaan Dan Masyarakat Perkotaan



KATA PENGANTAR




 Puji syukur kehadirat Tuhan yg Maha Esa yg telah menawarkan kita banyak sekali macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yg kita jalani ini bakal selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan alam abadi kelak, sehingga semua impian serta harapan yg ingin kita capai menjadi lebih Mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan Setelahnya saya ucapkan kepada  Dosen serta teman-teman sekalian yg telah membantu, baik derma berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan  dalam waktu yg telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian, yg kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya bila ada kritik dan saran  yg membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah saya dilain waktu.

Harapan yg paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yg saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yg ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil pesan yg tersirat dari judul ini ( masyarakat desa dan masyarakat kota ) sebagai pemanis dalam menambah acuan yg telah ada.


Jakarta,    Januari 2007



Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
         A.  Alasan pemilihan judul. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
         B.  Latar Belakang masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN
         A.  Sekilas wacana definisi masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
         B.  Masyarakat desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
         C.  Masyarakat kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
         D.  Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
         E.  Hubungan Desa dan Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.   Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .




BAB I

PENDAHULUAN

 


A.  Alasan pemilihan Judul

Melihat dari banyak sekali aspek yg ada, baik kita lihat setrik pribadi maupun melalui media informasi, baik cetak maupun media elektronik, bahwa betapa fenomena hidup yg ada dipedesaan mulai mengalami pergeseran nilai, norma serta budbahasa istiadat  yg tidak lagi dihiraukan oleh banyak penduduk desa yg ingin merasa kehidupannya berubah, baik ekonomi maupun status sosialnya. Serta fenomena kehidupan perkotaan yg mempunyai motto hidup “supaya tekor asal Tersohor” menjadi sebuah gaya hidup serba boleh, walaupun itu melabrak norma-norma aturan lebih-lebih norma agama.

B.  Latar Belakang Pemilihan Judul

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) yaitu sekelompok orang yg membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi yaitu antara individu-individu yg berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat yaitu suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat yaitu sebuah komunitas yg interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok orang yg hidup bersama dalam satu komunitas yg teratur.
Masyarakat (society) merupakan istilah yg dipakai untuk mengambarkan komuniti insan yg tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi perlaksaan, ia bermaksud sesuatu yg dibentuk - atau tidak dibentuk - oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.

Perkataan society tiba daripada bahasa Latin societas, "perhubungan baik dengan orang lain". Perkataan societas diambil dari socius yg bererti "teman", maka makna masyarakat itu yaitu berkait rapat dengan apa yg dikatakan sosial. Ini bermakna telah tersirat dalam kata masyarakat bahawa ahli-ahlinya mempunyai kepentingan dan matlamat yg sama. Maka, masyarakat selalu dipakai untuk menggambarkan rakyat sesebuah negara.[1]
Walaupun setiap masyarakat itu berbeza, namun trik ia musnah yaitu selalunya sama: penipuan, pencurian, keganasan, peperangan dan juga kadangkala abolisi etnik bila perasaan perkauman itu timbul. Masyarakat yg gres bakal muncul daripada sesiapa yg masih bersama, maupun daripada sesiapa yg tinggal.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris disebut  Society, asal katanya Socius yg berMakna “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, Maknanya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu lantaran ada bentuk – bentuk akhiran  hidup, yg bukan dikarenakan oleh insan sebagai pribadi melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yg merupakan kesatuan[2]
   
B.  Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional)
a.    Pengertian desa/pedesaan
Maksud dengan desa berdasarkan Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa yaitu suatu kesatuan aturan dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri[3]
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yg terdapat ditempat itu (suatu lokasi), dalam korelasi dan pengaruhnya setrik timbal balik dengan lokasi lain.
Sedang berdasarkan Paul H. Landis :Desa yaitu pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a)    mempunyai pergaulan hidup yg saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b)    Ada pertalian perasaan yg sama  tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c)   Caranya berusaha (ekonomi)adalah agraris yg paling umum yg sangat dipengaruhi alam mirip : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yg bukan agraris yaitu bersifat sambilan
Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition Maknanya Adat istiadat dan kepercayaan yg turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yg ditinjau dari banyak sekali segi bahwa, pengertian desa itu sendiri mengandung kompleksitas yg saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yg bergotong-royong desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan orisinil mirip tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, budbahasa istiadat , kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yg mempunyai ciri yg jelas.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat aturan yg mempunyai batas wilayah, yg berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan budbahasa istiadat setempat yg diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan potongan vital bagi keberadaan bangsa Indonesia. Vital lantaran desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yg memperlihatkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yg tak sanggup ditawar dan tak sanggup dipisahkan dari pembangunan bangsa ini setrik menyeluruh.
Memang hampir semua kebijakan pemerintah yg berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, mirip mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, menawarkan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas.
Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yg manfaatnya direguk oleh actor yg melaksanakan pembangunan di desa tersebut : sanggup elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat.[4] Di desa, pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yg ada semenjak tahun 2000 dan setrik teoritis memberi kesempatan pada desa untuk memilih arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan dananyapun lebih untuk pembangunan fisik. Bahkan, di Sumenep (Madura), lantaran kuatnya tugas kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan menjadi proyek para klebun.
 Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yg selama ini terjadi sesungguhnya yaitu “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa yaitu unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) berjulukan Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah kegiatan yg diterapkan hingga kedesa-desa, alangkah baiknya bila menerapkan konsep :”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak kalangan,
tetapi belum dituangkan ke dalam buku yg khusus dan Komplit. Inilah tantangan yg Musti segera dijawab.
b.    Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga spesialis Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yg mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :
a.   Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam perilaku dan perbuatan  tolong menolong, menyatakan simpati terhadap tragedi alam yg diderita orang lain  dan menolongnya tanpa pamrih.
b.    Orientasi kolektif  sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka bakal orang yg tidak sama pendapat, pada dasarnya semua Musti memperlihatkan keseragaman persamaan.
c.    PMaknakularisme  pada dasarnya yaitu semua hal yg ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau lokasi tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yg hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d.    Askripsi  yaitu berafiliasi dengan mutu atau sifat khusus yg tidak diperoleh berdasarkan suatu perjuangan yg tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yg sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.    Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yg tidak terperinci terutama dalam korelasi antara pribadi tanpa ketegasan yg dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk memperlihatkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) sanggup terlihat pada desa-desa yg masih murni masyarakatnya tanpa imbas dari luar.[5]

C.  Masyarakat Perkotaan
a.   Pengertian Kota
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yg majemuk mirip pendapat beberapa andal berikut ini.
               i.       Wirth
Kota yaitu suatu pemilihan yg cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yg heterogen kedudukan sosialnya.
ii.   Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya sanggup memenuhi sebagian besar keperluan ekonominya dipasar lokal.         

iii.  Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yg berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat setrik umum sanggup dikatakan mempunyani ciri-ciri fundamental yg sama. Pengertian kota sanggup dikenakan pada lokasi atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta sanggup disebut  Kota,[6] lantaran memang gaya hidupnya yg cenderung bersifat individualistik. Marilah kini kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yg diantaranya mempunyai ciri-ciri  :
a).   Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yg lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yg bersifat emosional atau yg menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yg bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b).   Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri Musti sanggup mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yg mempunyai korelasi kekeluargaan dengan kita oleh lantaran itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c).   Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yg berlaku umum, oleh lantaran itu anutan rasional merupakan dasar yg sangat penting untuk Universalisme.


d).   Prestasi
 Mutu atau prestasi seseorang bakal sanggup mengakibatkan orang itu diterima  berdasarkan kepandaian atau keahlian yg dimilikinya.
e).   Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, Maknanya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
b.    Ciri-ciri masyarakat Perkotaan 
Ada beberapa ciri yg menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
               i.       Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan lantaran memang kehidupan yg cenderung kearah keduniaan saja.
              ii.       Orang kota pada umumnya sanggup mengurus dirinya sendiri tanpa Musti berdantung pada orang lain (Individualisme).
            iii.       Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yg nyata.
            iv.       Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
              v.       Jalan kehidupan yg cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yg teliti sangat penting, intuk sanggup mengejar keperluan-keperluan seorang individu.
            vi.       Perubahan-perubahan tampak nyata  dikota-kota, alasannya yaitu kota-kota biasanya terbuka dalam mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar.






D.  Perbedaan antara desa dan kota

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut bergotong-royong tidak mempunyai korelasi dengan pengertian masyarakat sederhana, lantaran dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, niscaya ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita sanggup membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yg masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yg mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yg sangat tidak sama, bahkan kadang kala dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut sanggup diungkapkan setrik singkat berdasarkan Poplin (1972) sebagai berikut:  
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Kota
Perilaku homogen
Perilaku yg dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
Perilaku yg berorientasi pada tradisi dan status
Isolasi sosial, sehingga statik
Kesatuan dan keutuhan kultural
Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
Kolektivisme
Perilaku heterogen
Perilaku yg dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
                                                      Perilaku yg berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
Mobilitas sosial, sehingga dinamik
Kebauran dan diversifikasi kultural
Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular                                    Individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai korelasi yg lebih erat dan lebih mendalam ketimbang korelasi mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri kekerabatan sosial yg ada di desa itu, yaitu pertama-tama, korelasi kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, bakal tetapi inti pekerjaan penduduk yaitu pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja[7].
Golongan orang-orang bau tanah pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang bakal selalu meminta pesan tersirat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yg dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di lokasi pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yg sanggup dipergunakan  sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yg ada Mudah mudahan bakal sanggup mengurangi kesulitan dalam memilih apakah suatu masyarakat sanggup disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1)    jumlah dan kepadatan penduduk
2)    lingkungan hidup
3)    mata pencaharian
4)    corak kehidupan sosial
5)    stratifiksi sosial
6)    mobilitas sosial
7)    pola interaksi sosial
8)    solidaritas sosial
9)    kedudukan dalam hierarki sistem manajemen nasional

 

E.  Hubungan Desa-kota, korelasi pedesaan-perkotaan.

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yg terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yg masuk akal diantara keduanya terdapat korelasi yg erat. Bersifat ketergantungan, lantaran diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi keperluan warganya bakal materi bahan pangan mirip beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga bernafsu bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya yaitu pekerja pekerja musiman. Pada dikala animo tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melaksanakan pekerjaan apa saja yg tersedia.
“Interface”, sanggup diMaknakan adanya lokasi perkotaan yg tumpang-tindih dengan lokasi perdesaan, nampaknya masalah tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, akomodasi pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yg mempertemukan keperluan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi setrik alami yaitu yg kuat bakal menang, lantaran itu dalam korelasi desa-kota, makin besar suatu kota makin kuat dan makin memilih kehidupan perdesaan.
Setrik teoristik, kota Mengubah atau paling menghipnotis desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang ekspansi lokasi perkotaan dengan Mengubah atau mengambil lokasi perdesaan. Ini terjadi di semua lokasi perkotaan dengan besaran dan kecepatan yg beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota gres mirip contohnya Batam dan banyak kota gres sekitar Jakarta Mengubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yg sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yg bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat korelasi desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh lantaran itulah banyak sekali permasalahan dan gagasan yg dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yg memang bakal mengkota.
Keliru satu bentuk korelasi antara kota dan desa yaitu :

a). Urbanisasi dan Urbanisme

Dengan adanya korelasi Masyarakat Desa dan Kota  yg saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah gres yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau sanggup pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).[8]
b)    Sebab-sebab Urbanisasi
1.)   Faktor-faktor yg mendorong penduduk desa untuk meninggalkan lokasi kediamannya (Push factors)
2.)   Faktor-faktor yg ada dikota yg menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
·         Hal – hal yg termasuk push factor antara lain :
a.    Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b.    Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c.    Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh budbahasa istiadat yg ketat sehingga mengakibatkan suatu trik hidup yg monoton.
d.    Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e.    Kegagalan panen yg dikarenakan oleh banyak sekali hal, mirip banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
·         Hal – hal yg termasuk pull factor antara lain :
a.    Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota  banyak pekerjaan dan lebih Mudah untuk mendapatkan penghasilan
b.    Dikota lebih banyak kesempatan untuk membuatkan perjuangan kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c.    Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih Mudah didapat.
d.    Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yg lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e.    Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yg ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yg rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Manusia menjalani  kehidupan didunia ini tidaklah sanggup hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam Maknaan butuh derma dan pertolongan orang lain , maka dari itu insan disebut makhluk sosial, sesuai dengan Firman Allah SWT yg Maknanya : “ Wahai manusia! Sungguh Kami telah membuat kau dari seorang pria dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling mengenal ( bersosialisasi ).....” (Al-Hujurat :13 ). Oleh lantaran itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong  atau sumber kekuatan untuk mencapai impian kehidupan yg harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yg kita saksikan kini ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial,  yg kaya makin Kaya dan yg Miskin tambah gulung tikar , mutu pendidikan yg masih rendah, orang Mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya lantaran hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yg kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yg terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata masalah yg tidak jauh beda ada didesa, yg kita sangka yaitu tempat yg aman, tenang  dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan kota yg serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, lantaran masyarakat desa yg berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa imbas urbanisasi menjadikan sumber daya insan yg produktif di desa menjadi berkurang yg membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung tertinggal.


B.  Saran - saran
      Pembangunan Areal perkotaan seharusnya berbanding lurus dengan pengembangan wilayah desa yg kuat besar terhadap pembangunan kota. Masalah yg terjadi di kota tidak terlepas lantaran adanya masalah masalah yg terjadi di desa, kurangnya sumber daya insan yg produktif jawaban urbanisasi menjadi masalah yg pokok untuk diselesaikan dan paradigma yg sempit bahwa dengan mengadu nasib dikota maka kehidupan menjadi senang dan sejahtera menjadi masalah serius.  Problem itu tidak bakal menjadi masalah serius apabila pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa tertinggal dengan membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus mengalirnya investasi dari kota dan juga menerapkan desentralisasi otonomi lokasi yg menawarkan keleluasaan kepada seluruh lokasi untuk membuatkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa saling mendukung dalam segala aspek kehidupan.





DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari
Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa saya. Jakarta:Kompas
_______, 1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta: Yudistira


[1] http://ms.wikipedia.org/wiki/Masyarakat

[2] Sosiologi 3 SMU 1994, hal. 68
[3] Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, 2003, Hal.241
[4] Kompas, Minggu 12 November 2006 (Jangan bunuh desa saya) oleh Marwanto

[5] Sosiologi 3 SMU 1994, hal. 70
[6] H..E Kosim, STBA Yapari Bandung, 1996, Hal. 97
[7] Rr. Tjahjani Busono, MS Barliana, dan Johar Maknun, Perubahan Sosial di Desa Asal Migran Tenaga Kerja Wanita, Hal. 2-3

[8] H.E Kosim, STBA Yapari Bandung, 1996, Hal. 99

0 Response to "Makalah Masyarakat Pedesaan Dan Masyarakat Perkotaan"

Total Pageviews