Latest News

Tokoh Sufi Al Hallaj Dengan Pedoman Tasawufnya Al Hulul

TOKOH SUFI AL HALLAJ 

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Tasawuf  merupakan suatu anutan dimana Tuhan mengambil tempat pada insan tertentu yg dipilih-Nya. Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف , ) ialah ilmu untuk mengetahui gimana trik menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk mendapatkan kebahagian yg abadi.
Pembahasan ihwal tasawuf hingga detik ini masih menjadi gosip yg menarik untuk didiskusikan, terutama di kalangan akademisi, meskipun bersama-sama perkembangan tasawuf sudah dimulai sejak  abad pertama dan kedua hijriah, yg mana ajarannya masih bercorak akhlaqi, yakni berupa pendidikan moral dan mental dalam rangka pencucian jiwa dari pengaruh-pengaruh duniawi.
Kemudian memasuki kala ketiga dan keempat, anutan tasawuf berkembang luas, yg Maknanya tidak hanya berkutat pada wilayah pendidikan moral dan mental, bakal tetapi sudah merambah pada pembahasan tingkah laris dan upaya peningkatan, pengWirid atau Bacaan intuitif kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, kefanaan dalam realitas mutlak serta pecapaian kebahagiaan.
Pada abab ini pula mulai bermunculan sufi-sufi besar dengan banyak sekali pengalaman-pengalaman batin yg dialaminya. Sufi-sufi besar tersebut ialah Rabi'ah al Adawiyyah dengan mahabbahnya, Dzu Nun al Misri dengan marifanya, Abu Yazid al Busthami dengan ittihadnya, yg kemudian sosok sufi yg tidak kalah terkenalnya dengan anutan al Hululnya, yakni al Hallaj.
Namun pada makalah ini bakal terfokus pada anutan tasawuf al hulul yg dipelopori oleh al Hallaj, yg disajikan dalam 2 pembahasan yakni, biografi al Hallaj, anutan al hallaj yaitu al hulul.

Rumusan Masalah

Apa itu Tasawuf?
Siapakah Al Hallaj?
Bagaimanakah Ajaran Al Hulul?

Tujuan Penulisan

Untuk memenuhi kiprah mata kuliah Akhlaq Tasawuf
Untuk mengetahui Riwayat Hidup Al Hallaj
Untuk mengetahui Ajaran Sufi Al Hallaj yaitu Al Hulul
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ihwal Al Hallaj dan Al Hulul






BAB II
PEMBAHASAN

 

Riwayat Hidup Al Hallaj

Nama Komplit Al Hallaj ialah Abu al Mughits al Husain ibn Manshur ibn Muhammad al Baidhawi merupakan penggagas anutan tasawuf al Hulul. al Hallaj di lahirkan di kota Thur yg bercorak Arab di tempat Baidhah, Iran tenggara, pada 26 Maret 866M. Di usia sangat muda,  ia mulai mempelajari tata bahasa Arab, membaca Al-Quran dan tafsir serta teologi. Pada tahun 892M, al Hallaj tetapkan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Terhitung al Hallaj melakukan ibadah haji sebanyak 3 kali. Ia pulang dari menunaikan ibadah haji dengan membawa pikiran-pikiran gres ihwal banyak sekali topik mirip ilham Illahi, dan ia mengulas pikiran-pikiran ini dengan para sufi lainnya. Diantaranya ialah Amr al Makki dan juga Junaid al Baghdadi. Usai mengulas pemikirannya dengan sufi-sufi lain, banyak reaksi baik positif maupun negatif yg diterima oleh al Hallaj yg kemudian memberinya keputusan untuk kembali ke Bashrah.

Pada 906M, ia tetapkan untuk mengemban kiprah mengislamkan orang-orang Turki dan orang-orang kafir. Perjalanan ini berlangsung selama enam tahun dan semakin membuatnya populer di setiap tempat yg dikunjunginya. Jumlah pengikutnya makin bertambah. Dalam perjalanan dan pertemuannya dengan para sufi itu, timbulah pribadi dan pandangan hidupnya sendiri sehingga dalam usia 53 tahun beliau telah menjadi pembitrikan ulama pada waktu itu alasannya ialah paham tasawufnya yg tidak sama dengan para sufi yg lain. Karena pahamnya itu, seorang ulama fiqih terkemuka, Ibn Daud al Isfahani mengeluarkan fatwa yg menyampaikan bahwa anutan al Hallaj ialah sesat. Atas dasar fatwa ini al Hallaj dipenjarakan.
Akhirnya pada tahun 309 H/921 M  diadakanlah persidangan ulama di bawah kerajaan Bani Abbas di masa khalifah al Muktadirbillah. Pada tanggal 18 Zulkaidah 309 H, jatuhlah sanksi kepadanya. Dia dieksekusi bunuh dengan mula-mula dipukul dan dicambuk dengan cemeti, kemudian disalib, setelah itu dipotong kedua tangan dan kakinya, dipenggal lehernya dan ditinggalkan tergantung potongan-potongan badan itu di pintu gerbang kota Baghdad. Kemudian dibakar, dan abunya dihanyutkan ke sungai Dajlah.

Dalam riwayat lain dikatakan, pada Saat beliau di gantung, beliau dipecut seratus kali tanpa mengaduh kesakitan. setelah dipecut, kepalanya dipenggal. Tapi sebelum dipancung, beliau shalat dua rakaat. Kemudian kaki dan tangannya dipotong. Badannya digulung ke dalam tikar bambu, direndamkan ke naftah dan kemudian dibakar kemudian bubuk mayatnya dihanyutkan ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa ke Khurasan untuk selanjutnya ditonton oleh umat Islam.
Farid al Din al Farizi menceritakan proses sanksi mati al Hallaj, segimana dikemukakan oleh Muhammad Gallab, bahwa algojo-algojo menaikkan al Hallaj ke atas menara yg tinggi, kemudian dikerumuni oleh orang banyak yg tiba dari banyak sekali penjuru negeri, dan diperintahkan kepada mereka untuk melempari dengan watu kepadanya. Saat itu beliau selalu mengulang-ulang kalimat yg mengakibatkan beliau dijebloskan ke sanksi mati itu, yaitu Ana Al Haq (Aku ialah yg Maha Benar). Begitulah ajal dari al Hallaj.



Al Hulul

Para ulama maupun sarjana tidak sama pendapat ihwal hakikat anutan hulul al Hallaj ini. Al Taftazani telah berusaha menampilkan beberapa pendapat ihwal hal tersebut. Di dalam kesimpulannya, beliau menyampaikan bahwa al hulul daripada al Hallaj itu bersifat majazi, tidak dalam pengertian yg sesungguhnya. Segimana telah disebutkan di atas, 'Irfan Abd al Hamid Fattah beropini bahwa paham "kesatuan wujud" telah mulai nampak semenjak hadir Abu Yazid al Bustami dengan paham ittihadnya.

Dan paham hulul al Hallaj ini, berdasarkan al Taftazani merupakan perkembangan dan bentuk lain dari paham ittihad yg diajarkan oleh Abu Yazid al Bustami itu. Jika dilihat lebih jauh, bersama-sama antara ittihad dan hulul terdapat perbedaan. Dalam ittihad, diri Abu Yazid al Bustami hancur, dan yg ada hanya diri Allah; sedangkan dalam hulul, diri al Hallaj tidak hancur. Juga, dalam paham ittihad, yg dilihat hanya satu wujud; sedang dalam paham hulul, ada dua wujud, tetapi bersatu dalam satu tubuh.
Menurut al Hallaj, Allah mempunyai dua sifat dasar, yaitu sifat ketuhanan (lahut) dan sifat kemanusiaan (nasut). Demikian pula manusia, di samping mempunyai sifat kemanusiaan (nasut), juga mempunyai sifat ketuhanan (lahut) dalam dirinya. Paham al Hallaj ini sanggup pula dilihat dari tafsirannya mengenai kejadian Adam (Al-Baqarah, ayat 34) yg Maknanya: Dan (ingatlah) Saat Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kau kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur; dan ia termasuk golongan orang-orang yg kafir. (Al-Baqarah : 34).
Menurut al Hallaj, Allah memperlihatkan perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam alasannya ialah pada diri Adam, Allah bermetamorfosis segimana Dia bermetamorfosis (hulul) dalam diri 'Isa AS. Paham bahwa Allah bermetamorfosis dalam diri Adam, berMakna pula Allah mengakibatkan Adam sesuai dengan bentuk-Nya. Dengan kata lain, Adam itu ialah copy dari diri Tuhan.  Paham ini berpangkal dari sebuah hadis yg kuat sangat besar bagi kaum sufi: "Sesungguhnya Allah membuat Adam sesuai dengan bentuk-Nya".

Paham al-Hallaj ini lebih terang kelihatan dalam gubahan syairnya :
Maha Suci Zat yg menyatakan nasut-Nya
dengan lahut-Nya, yg cermerlang seiring bersama
lalu dalam makhluk-Nya pun tampak nyata
bagai si peminum dan si pemakan tampak sosok-Nya
hingga semua makhluknya melihat-Nya
bagaikan bertemunya dua kelopak mata.

Dengan demikian, berdasarkan paham tasawuf al Hallaj, dalam diri insan terdapat sifat ke-Tuhanan, dan dalam diri Tuhan terdapat sifat kemanusiaan. Karena itu persatuan antara Tuhan dengan insan bisa terjadi dan persatuan itu mengambil bentuk hulul.

supaya insan sanggup bersatu itu, ia Musti terlebih dahulu menghilangkan sifat-sifat kemanusian melalui fana'. Jika sifat-sifat kemanusiaan itu telah hilang dan yg tinggal hanya sifat ke-Tuhanan dalam dirinya, di situlah gres Tuhan sanggup mengambil tempat (hulul) dalam dirinya dan Saat itu roh Tuhan dan roh insan bersatu dalam badan manusia.

Maksud dengan hulul di situ, ialah penyatuan sifat ke-Tuhanan dengan sifat kemanusiaan. Atau dengan kata lain, sesuai dengan terminologi yg dipergunakannya, hululnya lahut dalam nasut. Juga, berdasarkan al Hallaj, pada hulul terkandung kefana'an total kehendak insan dalam kehendak Illahi, sehingga setiap tindakan insan berasal dari Allah. Manusia, menurutnya, "segimana beliau tidak mempunyai asal tindakannya, begitu juga beliau tidak mempunyai tindakannya".

Dengan trik inilah, berdasarkan al Hallaj seorang sufi bisa bersatu dengan Tuhan. Kaprikornus Saat al Hallaj berkata: Ana al Haq (Aku ialah yg Maha Benar) bukanlah roh al Hallaj mengucapkan kata itu, tetapi roh Tuhan yg mengambil tempat dalam dirinya. Dengan kata lain, bahwa al Hallaj bersama-sama tidak mengaku dirinya Tuhan. Hal ini pernah pula beliau tegaskan: "Aku ialah diam-diam yg Maha Benar, dan bukanlah yg Maha Benar itu aku, Aku hanya dari yg benar, maka bedakanlah antara saya".

Thoulk seorang pemerhati al Hallaj menginterpretasikan bahwa beliau Saat menyatakan penyatuan berada dalam keadaan fana'. Atau bisa juga dikatakan sebagai trik al-Hallaj untuk menghadapi para fuqaha (ahli fikih) pada masa itu.








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف , ) ialah ilmu untuk mengetahui gimana trik menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk mendapatkan kebahagian yg abadi.
Al Hallaj merupakan Sufi besar dan ternama di zamannya. Dan al Hallaj ialah penggagas anutan al Hulul, suatu anutan yg menyatakan bahwa Tuhan menentukan badan insan untuk bersemayam jikalau insan tersebut bisa menghilangkan sifat-sifat kemanusiannya (nasut). Sebab insan mempunyai sifat dasar ketuhanan (lahut) begitu juga dengan Tuhan yg mempunyai sifat kemanusiaan di samping sifat Ketuhanan-Nya.
Dan al Hulul juga merupakan pengembangan dari mahabbah yg dipelopori Rabiah al Adawiyyah dan juga bentuk lain dari ittihad Abu Yazid, nanum yg membedakan ialah Saat Abu Yazid bersatu dengan Tuhan (sedang mencapai tingkatan ittihad), maka yg terlihat hanya satu yakni Tuhan dan diri Abu Yazid seolah menghilang atau hancur, dan proses ini terjadi dengan trik Abu Yazid naik ke langit. Sementara al Hallaj Saat mencapai tingkatan hulul, ia tidak hilang atau hancur, melainkan dua wujud yg bersatu dalam satu tubuh. Dan proses ini tercadi dengan trik Tuhan yg turun ke bumi untuk bersemayam di dalam badan al Hallaj.



 

0 Response to "Tokoh Sufi Al Hallaj Dengan Pedoman Tasawufnya Al Hulul"

Total Pageviews