RINGKASAN MATERI KOMPETENSI PEDAGOGIK
PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF DAN PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK
A. Esensi Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran sanggup dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan penerima didik.
Metode Discovery Learning yaitu teori berguru yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai taktik belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery duduk masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam duduk masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan menawarkan kesempatan kepada siswa untuk berguru secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan kegiatan berguru siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi menyerupai ini ingin merubah kegiatan berguru mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus menawarkan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau andal matematika. Bahan asuh tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melaksanakan banyak sekali kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan materi serta menciptakan kesimpulan-kesimpulan.
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan berguru yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, kiprah dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik hingga ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil berguru siswa
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan supaya penerima didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapat ‘peta’ yang akurat wacana arah dan tujuan pembelajaran
PPT Badan Sumber Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.
PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF DAN PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK
I. KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)
KISI-KISI PPG KLIK https://drive.google.com/drive/folders/0B1g6rHUe5ZrudXJmTmRpUGc2OG8A. Esensi Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran sanggup dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan penerima didik.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan pikiran sehat deduktif (deductivereasoning).
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan pikiran sehat deduktif (deductivereasoning).
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, pikiran sehat induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam kekerabatan idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
B. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Observing (mengamati), Questioning (menanya), Mengumpulkan informasi/ eksperimen, Mengasosiasikan/ mengolah informasi, Mengkomunikasikan .
1. Mengamati
Kegiatan Belajarnya mengamati: melihat, membaca, mendengar, menyimak (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang Dikembangkan: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini mempunyai keunggulan tertentu, menyerupai menyajikan media objek secara nyata, penerima didik bahagia dan tertantang, dan gampang pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang usang dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan kalau tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik, sehingga proses pembelajaran mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi penerima didik menemukan fakta bahwa ada kekerabatan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang dipakai oleh guru.
Langkah-langkah Mengamati
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana daerah objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara terang bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data supaya berjalan gampang dan lancar
6. Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil observasi , menyerupai memakai buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Jenis-jenis Pengamatan
Observasi biasa (common observation). Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melaksanakan observasi (complete observer), dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Observasi terkendali (controlled observation). penerima didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.
Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, penerima didik melibatkan diri secara eksklusif dengan pelaku atau objek yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan penerima didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati
2. Menanya
Kegiatan Belajarnya
Mengajukan pertanyaan wacana informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi perhiasan wacana apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang Dikembangkan
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan berguru sepanjang hayat
Guru yang efektif bisa menginspirasi penerima didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada ketika guru bertanya, pada ketika itu pula beliau membimbing atau memandu penerima didiknya berguru dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan penerima didiknya, ketika itu pula beliau mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga sanggup dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
Mengajukan pertanyaan wacana informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi perhiasan wacana apa yang diamati. (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan hipotetik)
3. Mengumpulkan Informasi/ Eksperimen
Kegiatan Belajarnya: Melakukan eksperimen, Membaca sumber lain selain buku teks, Mengamati objek/kejadian, Aktivitas Wawancara dengan narasumber
Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan perilaku teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui banyak sekali cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan berguru dan berguru sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/ Mengolah
Kegiatan Belajarnya
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
Kompetensi yang Dikembangkan
Mengembangkan perilaku jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan Belajarnya : Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnnya.
Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan perilaku jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
CONTOH KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)
Kompetensi Dasar | : | 3. 4 Mengevaluasi teks negoisasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui ekspresi maupun tulisan |
Topik /Tema | : | Seni Bernegosiasi dalam Kewirausahaan |
Sub Topik/Tema | : | PemodelanTeks Negosiasi |
Tujuan Pembelajaran | : | Peserta didik sanggup mengidentifikasi teks perundingan |
Alokasi Waktu | : | 2 x 45 menit |
Tahapan Pembelajaran | Kegiatan |
Mengamati |
|
Menanya |
|
Mengumpulkan informasi |
|
Mengasosiasikan |
|
Mengkomunikasikan |
|
II. MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
A. Definisi/KonsepMetode Discovery Learning yaitu teori berguru yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai taktik belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery duduk masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam duduk masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan menawarkan kesempatan kepada siswa untuk berguru secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan kegiatan berguru siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi menyerupai ini ingin merubah kegiatan berguru mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus menawarkan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau andal matematika. Bahan asuh tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melaksanakan banyak sekali kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan materi serta menciptakan kesimpulan-kesimpulan.
B. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha inovasi merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh lantaran menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa bahagia pada siswa, lantaran tumbuhnya rasa memeriksa dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Metode ini sanggup membantu siswa memperkuat konsep dirinya, lantaran memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun sanggup bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) lantaran mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses berguru menjadi lebih terangsang;
Proses berguru meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa berguru dengan memanfaatkan banyak sekali jenis sumber belajar;
Dapat mengembangkan talenta dan kecakapan individu.
C. Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini mengakibatkan perkiraan bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abnormal atau berfikir atau mengungkapkan kekerabatan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan mengakibatkan frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, lantaran membutuhkan waktu yang usang untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan duduk masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini sanggup buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara berguru yang lama. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, contohnya IPA kurang akomodasi untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa lantaran sudah dipilih terlebih dahulu oleh guru. D. Langkah-Langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan berguru yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, kiprah dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik hingga ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil berguru siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang mengakibatkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, supaya timbul keinginan untuk memeriksa sendiri. Disamping itu guru sanggup memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan acara berguru lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi berguru yang sanggup mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda duduk masalah yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk mengambarkan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau mengambarkan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) banyak sekali informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melaksanakan uji coba sendiri dan sebagainya. d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, kemudian ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melaksanakan pemeriksaan secara cermat untuk mengambarkan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification berdasarkan Bruner, bertujuan supaya proses berguru akan berjalan dengan baik dan kreatif kalau guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, hukum atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan yaitu proses menarik sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua insiden atau duduk masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi E. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian sanggup dilakukan dengan memakai tes maupun non tes.
Penilaian yang dipakai sanggup berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning sanggup memakai tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya memakai penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian sanggup dilakukan dengan pengamatan. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Contoh Tahap Pembelajaran Discovery learning
Satuan Pendidikan: Sekolah Menengan Atas …
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KD: Memahami struktur dan kaidah teks kisah sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan kisah fiksi dalam novel baik melalui ekspresi maupun tulisan.
Indikator:
1) Menentukan struktur teks kisah sejarah;
2) Menentukan kaidah/ciri-ciri bahasa (fitur bahasa) teks kisah sejarah.
B. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Pokok | Kegiatan Pembelajaran |
A. Pemberian Rangsangan (Stimulation) | 1. Peserta didik menyimak tayangan banyak sekali insiden sejarah dunia. 2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sanggup menghadapkansiswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi terhadap pemahaman teks hasil observasi kisah sejarah. 3. Guru mengarahkan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan 4. Siswa membaca tumpuan model teks kisah sejarah berjudul “Sejarah Hari Buruh.”. |
B. Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statement) | 5. 6. Peserta didik mengidentifikasi duduk masalah yang relevan dengan materi bacaan diantaranya diarahkan untuk menanyakan fungsi teks kisah sejarah dan bentuk atau strukturnya, 7. Berdasarkan identifikasi duduk masalah tersebut, siswa menentukan dan merumuskan salah satu di antaranya dalam bentuk hipotesis. |
C. Pengumpulan Data (Data Collection) | 8. Peserta didik membentuk kelompok berguru sesuai isyarat guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik, gender, dan ras (@5 0rang per kelompok). 9. Peserta didik mengidentifikasi siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana insiden yang terjadi pada teks kisah sejarah “Hari Buruh.” 10. Peserta didik menyusun periode sejarah secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu dari insiden sejarah teks “Hari Buruh.” 11. Peserta didik menentukan struktur yang membangun teks “Sejarah Hari Buruh” |
D. Pengolahan Data (Data Processing) | 12. 13. Peserta didik mengolah informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan sebelumnya untuk menentukan unsur-unsur atau struktur teks kisah sejarah. |
E. Pembuktian (Verification) | 14. Guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi sehingga sanggup menemukan konsep wacana struktur teks kisah sejarah. |
F. Menarik Kesimpulan (Generalization) | 15. Peserta didik menciptakan kesimpulan wacana struktur teks kisah sejarah 16. Peserta didik mempresentasikan. |
III. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
A. Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis duduk masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan duduk masalah kontekstual sehingga merangsang penerima didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, penerima didik bekerja dalam tim untuk memecahkan duduk masalah dunia nyata (real world)
B. Kelebihan PBL
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang berguru memecahkan suatu duduk masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar sanggup semakin bermakna dan sanggup diperluas ketika penerima didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
2. Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
3. PBL sanggup meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif penerima didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan sanggup mengembangkan kekerabatan interpersonal dalam bekerja kelompok.
C. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic Concept)Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan supaya penerima didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapat ‘peta’ yang akurat wacana arah dan tujuan pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator memberikan skenario atau permasalahan dan penerima didik melaksanakan banyak sekali kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul banyak sekali macam alternatif pendapat
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari banyak sekali sumber yang sanggup memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud sanggup dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap pemeriksaan mempunyai dua tujuan utama, yaitu: (1) supaya penerima didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan sanggup dipahami.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapat sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya penerima didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini sanggup dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan perilaku (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang meliputi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian simpulan semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan sanggup diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
D. Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan penerima didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru menawarkan penugasan yang sanggup dilakukan di banyak sekali konteks lingkungan penerima didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru menawarkan kesempatan bagi penerima didik untuk berguru diluar kelas. Peserta didik diharapkan sanggup memperoleh pengalaman eksklusif wacana apa yang sedang dipelajari. Pengalaman berguru merupakan acara berguru yang harus dilakukan penerima didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembela
E. Tahapan-Tahapan Model PBL
Fase-Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi penerima didik kepada masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
Memotivasi penerima didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan duduk masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan penerima didik
Membantu penerima didik mendefinisikan dan mengorganisasikan kiprah berguru yang berafiliasi dengan duduk masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Mendorong penerima didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu penerima didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai menyerupai laporan, model dan menyebarkan kiprah dengan teman.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Mengevaluasi hasil berguru wacana materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.
F. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan perilaku (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang meliputi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian simpulan semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan sanggup diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap perilaku dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian sanggup dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan penerima didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan berguru dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara penilaian diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk menawarkan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh sahabat dalam kelompoknya
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Contoh Tahap Pembelajaran Problem Based Learning
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
A.2 Menganalisis teks kisah sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan kisah fiksi dalam novel baik melalui ekspresi maupun tulisan
Indikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui ekspresi maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui ekspresi maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui ekspresi maupun tulisan
B. Langkah-langkah PembelajaranIndikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui ekspresi maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui ekspresi maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui ekspresi maupun tulisan
Tahapan Pokok | Kegiatan Pembelajaran |
A. Orientasi siswa pada Masalah | 1. Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran 2. Peserta didik membaca tumpuan teks kisah sejarah yang kurang baik dan menyimak penjelasan terhadap permasalahan tersebut 3. Peserta didik menawarkan tanggapan dan pendapat terhadap permasalahan tersebut |
B. Mengorganisasi siswa dalam belajar | 4. Peserta didik membentuk kelompok berguru sesuai isyarat guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan gender |
C. Membimbing penyelidikan siswa secara berdikari atau kelompok | 5. Peserta didik membaca teks kisah sejarah yang tidak baik dengan cermat 6. Peserta didik dengan difasilitasi dan dibimbing guru menelaah dan mendiskusikan kelemahan teks kisah sejarah dari segi struktur, kaidah, dan isi |
D. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya | 7. Peserta didik menjawab permasalahan yang telah diidentifikasi, khususnya mengenai kelemahan struktur, kaidah, dan isi teks kisah sejarah 8. Peserta didik mempresentasikan atau menyajikan laporan pembahasan hasil temuan atau hasil diskusi dan penarikan kesimpulan di depan kelas |
E. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah | 9. Peserta didik dalam kelompok lain mengevaluasi atau 10. Menanggapi 11. Peserta didik dengan dibimbing guru melaksanakan simpulan 12. Guru melaksanakan penilaian hasil berguru mengenai materi yang telah dipelajari |
IV. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
A. Definisi/Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) yaitu metoda pembelajaran yang memakai proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melaksanakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan banyak sekali bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode berguru yang memakai duduk masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan gres berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk dipakai pada permasalahan komplek yang dibutuhkan penerima didik dalam melaksanakan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing penerima didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan banyak sekali subjek (materi) dalam kurikulum. Pada ketika pertanyaan terjawab, secara eksklusif penerima didik sanggup melihat banyak sekali elemen utama sekaligus banyak sekali prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan pemeriksaan mendalam wacana sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan perjuangan penerima didik.
B. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Meningkatkan motivasi berguru penerima didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melaksanakan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Membuat penerima didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
Mendorong penerima didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan penerima didik dalam mengelola sumber.
C. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menuntaskan masalah.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak
Banyak pelatih yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pelatih memegang kiprah utama di kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
Peserta didik yang mempunyai kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
Ada kemungkinan penerima didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan penerima didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang sanggup memberi penugasan penerima didik dalam melaksanakan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah pemeriksaan mendalam. Pengajar berusaha supaya topik yang diangkat relevan untuk para penerima didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan penerima didik. Dengan demikian penerima didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi wacana hukum main, pemilihan acara yang sanggup mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan banyak sekali subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan materi yang sanggup diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan penerima didik secara kolaboratif menyusun jadwal acara dalam menuntaskan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) menciptakan timeline untuk menuntaskan proyek, (2) menciptakan deadline penyelesaian proyek, (3) membawa penerima didik supaya merencanakan cara yang baru, (4) membimbing penerima didik ketika mereka menciptakan cara yang tidak berafiliasi dengan proyek, dan (5) meminta penerima didik untuk menciptakan penjelasan (alasan) wacana pemilihan suatu cara.
4. Memonitor penerima didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melaksanakan monitor terhadap acara penerima didik selama menuntaskan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi penerima didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi acara penerima didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibentuk sebuah rubrik yang sanggup merekam keseluruhan acara yang penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian stSaudarar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing penerima didik, memberi umpan balik wacana tingkat pemahaman yang sudah dicapai penerima didik, membantu pengajar dalam menyusun taktik pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada simpulan proses pembelajaran, pengajar dan penerima didik melaksanakan refleksi terhadap acara dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini penerima didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menuntaskan proyek. Pengajar dan penerima didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada alhasil ditemukan suatu temuan gres (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
D. Sistem PenilaianPenilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu kiprah yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu pemeriksaan semenjak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek sanggup dipakai untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan penerima didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan penerima didik dalam menentukan topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan penerima didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan bantuan guru berupa petunjuk dan proteksi terhadap proyek penerima didik.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK
Rancangan Pembelajaran Berbasis Projek
A. Identitas Model
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengan Atas ……
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 pertemuan)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.2 Memproduksi teks kisah sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan kisah fiksi dalam novel yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik secara ekspresi maupun tulisanmaupun tulisan
Indikator:
1) Menentukan langkah-langkah menyusun teks kisah sejarah
2) Menyusun teks kisah sejarah
C. Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran | Kegiatan Pembelajaran |
A. Penentuan Proyek | 1. Peserta didik menentukan hari atau insiden bersejarah sebagai topik yang akan dikembangkan menjadi teks kisah bersejarah |
B. Perancangan Langkah-langkah Penyelesaian Proyek | 2. Peserta didik dibimbing guru mendiskusikan hukum main dan pemilihan acara yang sanggup mendukung pelaksanaan proyek 3. Peserta didik mendiskusikan sumber/bahan/alat pendukung pelaksanaan proyek 4. Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai penilaian dalam kelompok masing masing, penerima didik mendiskusikan dan perencanaan proyek berupa penentuan fase insiden bersejarah |
C. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek | 5. Peserta didik menciptakan time line pemilihan dan penyiapan proyek 6. Peserta didik mendiskusikan deadline untuk menuntaskan proyek menyusun teks kisah sejarah 7. Peserta didik mendiskusikan dan menciptakan jadwal atau waktu pelaksanaan penyelesaian setiap fase persitiwa dalam teks kisah sejarah yang akan ditulisnya |
D. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru | 8. Peserta didik mengidentifikasi dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan fase insiden yang menjadi objek untuk penulisan teks kisah sejarah 9. Peserta didik mengonsultasikan permasalahan atau hambatan dalam menuntaskan penulisan teks kisah sejarah 10. Peserta didik memperbaiki hasil goresan pena berdasarkan hasil konsultasi |
E. Penyusunan Laporan dan Presentasi /Publikasi Hasil Proyek | 11. Peserta didik membaca kembali teks kisah sejarah yang sudah ditulis dan memperbaiki kalau masih terjadi kesalahan dengan mengacu pada point-point penilaian yang disepekati pada tahap perencanaan 12. Peserta didik menempelkan teks kisah sejarah yang sudah dibuatnya di daerah yang sudah disediakan (tempat menyerupai bentuk pameran) 13. Peserta didik melaksanakan kegiatan shopping model,yaitu mengunjungi, membaca, dan menanggapi teks kisah sejarah kelompok lain. |
F. Evaluasi Proses dan Hasil Proyek | 14. Peserta didik melaksanakan refleksi terhadap acara dan hasil kiprah proyek yang sudah dilaksanakan. 15. Peserta didik mengemukakan pengalamannya selama menuntaskan kiprah proyek penerima didik mendengarkan umpan balik terhadap proses yang telah dilaksanakan dan produk yang telah dihasilkan. |
Sumber Pustaka :
Ariani, Farida dkk. 2016. Model Pembelajaran . Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanPPT Badan Sumber Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.
BAHAN PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPG 2018
1. 100 SOAL PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPG KOMPETENSI PEDAGOGIK
2. PEMBAHASAN/RINGKASAN MATERI PEDAGOGIK: KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
3. PEMBAHASAN/RINGKASAN MATERI PEDAGOGIK: PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN TEORI PEMBELAJARAN
4. PEMBAHASAN/RINGKASAN MATERI PEDAGOGIK: RANCANGAN PEMBELAJARAN
5. PEMBAHASAN/RINGKASAN MATERI PEDAGOGIK: PENILAIAN DAN PTK
0 Response to "Persiapan Ujian Seleksi Ppg 2018: Ringkasan Bahan Kompetensi Pedagogik"