RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA ……………
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Cerita Rakyat (Hikayat) dan Puisi
Alokasi Waktu : 4 X 45 ( 2 pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 (Sikap Religius) dan KI-2 (Sikap Sosial) | |
Memiliki perilaku jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi permasalahan, sehingga sanggup menyadari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang dianutnya. | |
KI-3 (Pengetahuan) | KI-4 (Keterampilan_ |
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingintahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah | Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abnormal terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan bisa memakai metoda sesuai kaidah keilmuan |
B. Tujuan Pembelajaran
Dengan penerapan model pembelajara discovery learning (pembelajaran penemuan) siswa sanggup mengidentifikasi karakterisrtik bahasa, membandingkan bahasa, nilai-nilai, dan alur hikayat serta menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan jujur.
C. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan kisah rakyat dan cerpen | 3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat. 3.8.2 Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen 3.8.3 Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen. |
4.8 Mengembangkan kisah rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai. | 4.8.1 Membandingkan alur kisah dalam hikayat dan cerpen. 4.8.2 Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen. |
D. Materi Pembelajaran
1. Faktual : 1. Contoh hikayat Bayan Budiman
Judul Buku : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Pengarang : Suherli, dkk.
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
2. Contoh Hikayat Indera Bangsawan
Judul Buku : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Pengarang : Suherli, dkk
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
3. Contoh Hikayat Si Miskin
4. Cerpen Tukang Pijat Keliling
Judul Buku : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Pengarang : Suherli, dkk.
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
2. Konseptual : 1. karakteristik bahasa hikayat
2. perbandingan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen
3. nilai-nilai dalam teks hikayat
4. nilai-nilai dalam cerpen
3. Prosedural : Langkah-langkah menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
1. Membandingkan alur kisah dalam hikayat dan cerpen.
2. Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.
4. Metakognitif : Menyimpulkan relevansi isi hikayat dan cerpen terhadap kehidupan sehari-hari.
E. Pendekatan/ Metode/ Model
1. Pendekatan : Saintific Learning
2. Metode : Diskusi
3. Model : Discovery Learning
F. Media/ Alat dan Bahan
1. Media/ Alat : Laptop, LCD Projektor
2. Bahan : Teks hikayat dan cerpen
G. Sumber Belajar
1. Buku Teks Kurikulum 2013 (Pusat Perbukuan Nasional)
2. Internet : ttps://indotim.wordpress.com/ceritarakyat-2nusantara/hikayat-simiskin
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan ke-1
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.
3.8.2 Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen.
3.8.3 Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
TAHAP PEMBELAJARAN | LANGKAH-LANGKAH | WAKTU |
Membangun Konteks | Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam sebagai tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan. (PPK) 2. Peserta didik merespon pertanyaan guru wacana bahan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. 3. Peserta didik proaktif mendapatkan informasi wacana keterkaitan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 4. Peserta didik mendapatkan informasi wacana tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan manfaat menguasai bahan pembelajaran. 5. Peserta didik diminta membentuk kelompok beranggotakan lima orang. | 10’ |
Inti Pemodelan Mengonstruksi Bersama | Stimulasi 6. Peserta didik menyimak video Hikayat Puteri Kemuning. (LITERASI) 7. Peserta didik bertanya jawab wacana isi, karakteristik, dan nilai-nilai pada hikayat Puteri Kemuning. | 10’ |
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) 8. Peserta didik membaca hikayat berjudul “Bayan Budiman” dan cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling” dengan cermat. 9. Peserta didik mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat meliputi konjungsi dan kata-kata arkais. | 10’ | |
Data collection (Pengumpulan Data) 10. Peserta didik melaksanakan tanya jawab dengan guru dan sobat mengenai karakteristik bahasa hikayat, perbandingan bahasa dan nilai hikayat dengan cerpen. 11. Peserta didik mencari acuan dari banyak sekali sumber untuk meningkatkan pemahaman wacana karakteristik bahasa hikayat, perbandingan bahasa dan nilai hikayat dengan cerpen.. | 10’ | |
Data Processing (Pengolahan Data) 12. Peserta didik membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen meliputi pengunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian, serta penggunaan majas (gaya bahasa) (HOTS) 13. Peserta didik membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen. | 20 | |
Verification (Pembuktian) 14. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. (4C) 15. Peserta didik lain memberikan balasan mengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikan teman. | 20’ | |
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) 16. Peserta didik menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran mengenai karakteristik hikayat, serta perbandingan bahasa dan nilai-nilai hikayat dengan cerpen. | | |
Mengonstruksi mandiri | 17. Peserta didik melaksanakan konfirmasi dengan guru tentang karakteristik hikayat, serta perbandingan bahasa dan nilai-nilai hikayat dengan cerpen. 18. Peserta didik memberikan refleksi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan. 19. Peserta didik menerima penugasan terstruktur: (HOTS) Peserta didik diminta membaca hikayat Indra Bangsawan untuk kemudian diidentifikasi karakteristik bahasa, perbandingan bahasa hikayat dengan cerpen, dan perbandingan nilai-nilai dalam hikayat dengan cerpen! | 10’ |
2. Pertemuan ke-2
4.8.1 Membandingkan alur kisah dalam hikayat dan cerpen.
4.8.2 Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.
TAHAP PEMBELAJARAN | LANGKAH-LANGKAH | WAKTU |
Membangun Konteks | Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam sebagai tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan. 2. Peserta didik merespon pertanyaan guru wacana bahan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. 3. Peserta didik proaktif mendapatkan informasi wacana keterkaitan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 4. Peserta didik mendapatkan informasi wacana tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan manfaat menguasai bahan pembelajaran. 5. Peserta didik diminta bergabung kembali dengan kelompok yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya. | 10’ |
Inti Pemodelan Mengonstruksi Bersama | Stimulasi 6. Peserta didik membaca hikayat berjudul “Hikayat Si Miskin” 7. Peserta didik mengidnetifikasi alur hikayat tersebut. | 10’ |
Kegiatan Inti Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) 8. Peserta didik membandingkan alur hikayat dengan cerpen | 10’ | |
Data collection (Pengumpulan Data) 9. Peserta didik mencari acuan dari banyak sekali sumber untuk meningkatkan pemahaman wacana penggunaan alur pada hikayat dan cerpen. 10. Peserta didik melaksanakan tanya jawab dengan guru dan sobat wacana cara menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen. | 10’ | |
Data Processing (Pengolahan Data) 11. Peserta didik menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen dengan mengubah alur, bahasa, dan gaya bahasa pada hikayat dengan tetap mempertahankan isi dan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat. | 30 | |
Verification (Pembuktian) 12. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. 13. Peserta didik lain memberikan balasan mengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikan teman. | 20’ | |
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) 14. Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai penceritaan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen. | | |
Mengonstruksi mandiri | 15. Peserta didik melaksanakan konfirmasi dengan guru tentang penceritaan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen 16. Peserta didik memberikan refleksi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan. 17. Peserta didik menerima penugasan tidak terstruktur: Peserta didik diminta mencari sebuah hikayat dari banyak sekali sumber kemudian mengubah isi hikayat tersebut menjadi cerpen dengan tetap memperhatikan isi dan nilai-nilai dalam hikayat tersebut. | 10’ |
I. Penilaian
- Penilaian Sikap
a. Teknik penilaian : Observasi : perilaku religiius dan perilaku sosial
b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c. Instrumen evaluasi : jurnal (terlampir)
2. Pengetahuan
Jenis/Teknik tes : tertulis
Bentuk tes : uraian
a. Tertulis
b. Penugasan
c. Instrumen Penilaian (terlampir)
- Keterampilan
a. Teknik/Bentuk Penilaian : Praktik
b. Bentuk : Produk cerpen
c. Instrumen Penilaian : (terlampir)
Mengetahui, …………………………..
Kepala Sekolah Guru Mapel,
…………………….. ……………………………..
Lampiran 1
Materi Pembelajaran
1. Faktual
CONTOH HIKAYAT
Hikayat Bayan Budiman
Judul : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Penulis : Suherli, dkk.
Penulis : Suherli, dkk.
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
HIKAYAT BAYAN BUDIMAN
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa usang sehabis ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak pria yang diberi nama Khojan Maimun Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga hingga umur Khojan Maimun lima belas tahun.
Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, kemudian di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, kemudian minta izinlah beliau kepada istrinya. Sebelum beliau pergi, berpesanlah beliau pada istrinya itu, bila ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, lantaran fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata. Hatta beberapa usang di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda kemudian melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang wanita tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar hukum Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya hingga mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab ibarat tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan kini pergi, lantaran sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala insan di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini yaitu ibarat hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.”
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan kisah tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud biar ia sanggup memperlalaikan wanita itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga hingga 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah beliau menyuruh Bibi Zainab meneruskan rancangannya itu, tetapi beliau berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja sanggup menyelamatkan nyawanya tetapi juga sanggup menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga sanggup menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara kisah bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya wacana seekor anak monyet yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan menangkap anak monyet itu untuk mengubati anaknya.
Cerpen Tukang Pijat Keiling
Judul : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Penulis : Suherli, dkk.
Penulis : Suherli, dkk.
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
TUKANG PIJAT KELILING
oleh Sulung Pamangguh
Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus mengenai keahlian Darko dalam memijat. Standar tukang pijat pada layaknya. Namun, keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami menemukan ketenangan di wajahnya yang menciptakan kami senantiasa merasa dekat. Mungkin oleh lantaran itu kami terus membicarakannya Entah darimana asalnya, tiada seorang warga pun yang tahu. Tiba-tiba saja datang ke kampung kami dengan pakaian tampak lusuh. Kami sempat menganggap beliau yaitu pengemis yang diutus kitab suci. Dia bertubuh jangkung tetapi terkesan membungkuk, barangkali lantaran usia. Peci melingkar di kepala. Jenggot lebat mengitari wajah. Tanpa mengenakan kacamata, menciptakan matanya yang hampa terlihat lebih suram, beliau memberikan pijatan dari rumah ke rumah. Kami melihat mata yang bagai selalu ingin memejam, hanya selapis putih yang terlihat.
Kami pun ingin tau ingin mencicipi pijatannya. Maklum, tak ada tukang pijat di kampung kami, apalagi yang keliling. Biasanya kami saling pijat memijat dengan istri di rumah masing-masing, itu pun hanya sekadarnya. Kami harus menuju ke dukun pijat di kampung sebelah bila ingin mencicipi pijatan yang sungguh-sungguh atau mengurut tangan kaki kami yang terkilir.
Hampir kebanyakan warga di kampung kami ini yaitu buruh tani. Hanya beberapa orang yang mempunyai sawah, sanggup dihitung dengan ingatan. Setiap hari kami harus menumpahkan tenaga di ladang. Dapat dibayangkan keletihan kami bila malam menjelang. Tentulah kehadiran Darko menciptakan kampung kami lebih menggeliat, makin bergairah.
Setiap malam, dengan membawa minyak urut, beliau menyusur dari gang ke gang kampung guna menjemput pelanggan. Kakinya bagai digerakkan tanah, beliau begitu saja melangkah tanpa proteksi tongkat. Tidak pernah menabrak pohon atau jatuh ke sungai. Memang, tangannya kerap meraba-raba udara ketika melangkah, ibarat sedang menatap keadaan.
Barangkali penglihatan Darko terletak di telapak tangannya. Dia akan berhenti ketika seseorang memanggilnya. Melayani pelanggannya dengan nrimo dan sama rata, tanpa pernah memandang suatu apa pun. Serta yang menciptakan kami semakin hormat, tidak pernah sekali pun beliau mematok harga. Dengan biaya murah, bahkan terkadang hanya dengan mengganti sepiring nasi dan teh panas, kami bisa mendapatkan kenikmatan pijat yang tiada tara. Kami menikmati bagaimana tangannya menekan lembut tiap jengkal tubuh kami. Kami mencicipi urat syaraf kami yang perlahan melepaskan kepenatan bagai menemukan kesejukan gres sehabis seharian ditimpa kelelahan. Pantaslah bila terkadang ada pelanggan yang tertidur ketika sedang dipijat. Selain itu, Darko mempunyai pembawaan perilaku yang ramah, tidak mengherankan bila orang- orang kampung segera merasa akrab dengan dirinya.
Dia suka pula menceritakan kisah lucu di sela pijatannya. Meskipun begitu, kami tetap tidak tahu asal usulnya dengan jelas. Bila kami menanyakannya, beliau selalu menyampaikan bahwa dirinya berasal dari kampung yang jauh di kaki gunung. Kemudian kami ketahui, bila malam hampir tandas, Darko kembali ke daerah pemakaman di ujung kampung. Di antara sawah-sawah melintang. Sebuah daerah pemakaman yang muram, menegaskan keterasingan. Di sana terdapat sebuah gubuk yang menyimpan keranda, gentong, serta peralatan penguburan lain yang tentu saja kotor lantaran hanya diharapkan bila ada warga meninggal. Di keranda itulah Darko tidur, memimpikan apa saja. Dia selalu mensyukuri mimpi, meskipun percaya mimpi tak akan mengubah apa-apa. Sudah berhari-hari beliau tinggal di sana.
Tak sanggup kami bayangkan bagaimana aroma mayat yang membubung ke udara lewat tengah malam, menggenang di dadanya, menyesakkan pernapasan. Kami lantas menyarankan supaya menginap di masjid saja. Namun beliau tolak. Katanya kini masjid sedang berada di ujung tanduk. Entahlah, beliau lebih menentukan tinggal di pemakaman, membersihkan kuburan siapa saja. Seminggu kemudian orang-orang kampung gusar. Pak Lurah mengumumkan bahwa masjid kampung satu-satunya yang berada di jalan utama, akan segera dipindah ke permukiman berimpitan rumah-rumah warga dengan alasan biar kami lebih dekat menjangkaunya. Supaya masjid senantiasa dipenuhi jemaah.
Namun, berhamburan kabar Pak Lurah akan mengorbankan tanah masjid dan sekitarnya ini kepada orang kota untuk sebuah proyek pasar masuk kampung.Tentu saja merupakan daerah yang strategis daripada di pelosok permukiman, harus melewati gang yang meliuk-liuk dan becek ibarat garis nasib kami. Di ketika ibarat itu kami justru teringat Darko. Ucapannya terngiang kembali, mengendap ke indera pendengaran kami bagai tiba dari keterasingan yang kelam. Kami mulai bertanya-tanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi? Sejauh ini kami hanya saling memendam di dalam hati masing- masing wacana dugaan bahwa Darko mempunyai kejelian menangkap hari lusa.
Namun belakang layar ketika sedang dipijat, Kurit, seorang warga kampung yang populer suka ceplas-ceplos, meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko hanya tersenyum sambil gelengkan kepala berkali-kali instruksi kerendahan hati, seakan berkata bahwa beliau tidak bisa melaksanakan apa-apa selain memijat. Namun Kurit terus mendesak. Akhirnya seusai memijat, Darko pun menuruti permintaannya.
Dengan perilaku yang hening beliau mulai mengusap telapak tangan Kurit, menatapnya dengan mata terpejam, kemudian berkata; Telapak tangan yaitu pertemuan antara kesedihan dan kebahagiaan. Entahlah apa maksudnya, Kurit kali ini hanya membisu saja, mendengarkan dengan takzim.
”Ada kekuatan tersimpan di telapak tanganmu.” Kurit serius menyimaknya masih dalam keadaan berbaring.
”Tetap dirawat pertanianmu, rezeki akan terus membuntuti,” tambahnya. Kurit mengangguk, masih tanpa ucap. Setelah merasa tak ada lagi sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Berjalan kembali menapaki malam yang lengang. Langkahnya begitu terang terdengar, ukiran telapak kakinya pada tanah menimbulkan bunyi yang gemetar. Sementara Kurit terus menyimpan ucapan Darko, berharap akan menjadi kenyataan.
***
Siang hari. Darko selalu duduk berlama-lama di celah gundukan-gundukan tanah yang berjajar. Seperti sedang mencicipi udara yang semilir di bawah pohon-pohon tua. Menangkap suara burung-burung yang melengking di kejauhan. Menikmati aroma semak-semak. Mulutnya bergerak, ibarat sedang merapalkan doa. Mungkin beliau mendoakan mereka yang di alam kubur sana. Dan bila ada warga meninggal, Darko kerap membantu para penggali kubur. Meski sekadar mengambil air dari sumur, supaya tanah lebih gampang digali. Begitulah, ketika siang hari kami tak pernah melihat Darko keliling kampung.
Barangkali beliau lebih menentukan menyepi dalam hening pemakaman. Ada saja sesuatu
yang beliau kerjakan. Bahkan yang mungkin tidak begitu penting sekalipun. Mencabuti rerumputan liar di permukaan tanah makam, mengumpulkan dedaunan yang awut-awutan dengan sapu lidi kemudian membakarnya. Padahal, lihatlah betapa daun-daun tidak akan pernah berhenti menciumi bumi. Dia begitu tangkas melaksanakan itu semua, seakan memang tak pernah ada problem dengan penglihatannya.
Kurit membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya kini lebih besar dan segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang yang memang tak menentu. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya. Kabar wacana ramalannya pun bagai udara, beredar di perkampungan.
Kini hampir setiap malam selalu saja ada yang membutuhkan jasanya. Para perempuan, yang biasanya lebih menyukai pijatan suami, mulai menunggu giliran. Entah karena memang butuh mengendorkan otot yang tegang atau sekadar ingin mengetahui ramalannya. Mungkin dua-duanya. Bila kebetulan kami menjumpainya di jalan dan minta diramal tanpa pijat sebelumnya, Darko tidak akan bersedia melakukannya. Katanya, beliau hanya memberikan jasa pijat, bukan ramalan. Di warung wedang jahe, orang-orang terus membicarakannya. Mereka saling menceritakan ramalan masing-masing.
”Akan tiba kepadaku putri kecil pembawa rezeki.”
”Eh, beliau juga bilang, sebentar lagi akan habis masa penantianku,” kata wanita pemilik warung dengan nada berbunga-bunga. Ia hampir layu menunggu lamaran. ”Dia menyarankan supaya saya beternak ayam saja,” seseorang menambahi. Begitulah, dengan sangat berkobar-kobar kami menceritakan ramalan masing-masing. Setiap lamunan kami habiskan untuk berharap. Menunggu dengan keyakinan mengucur ibarat curah keringat kami yang terus menetes sepanjang hari.
Sungguh tak sanggup kami pungkiri. Tak sanggup kami sangkal, segalanya benar-benar terjadi. Talim dianugerahi bayi wanita yang sehat dari rahim istrinya. Tak usang jelang itu, Surtini si perawan renta mendapatkan lamaran seorang duda dari kampung sebelah. Sementara Tasrip bergembira mendapati ternak ayamnya gemuk dan lincah. Disusul dengan kejadian-kejadian serupa. Kejelian Darko dalam meramal semakin diyakini orang- orang kampung. Ketepatannya membaca nasib ibarat seorang petani memahami gerak musim-musim. Pak Lurah pun merasa terusik mendengar kabar yang dari hari ke hari semakin meluap itu. Ia sebelumnya memang belum pernah mencicipi pijatan Darko. Ia lebih menentukan pijat ke kampung sebelah yang bersertifikat, menurutnya lebih pantas dipercayai.
Malam itu belakang layar Pak Lurah memanggil Darko ke rumahnya. Seusai dipijat, dengan bunyi penuh wibawa ia meminta diramalkannya nomer togel yang akan keluar besok malam. Seperti biasa, Darko hanya menggeleng sambil tersenyum. Namun Pak Lurah terus mendesak, bahkan sedikit memohon. Darko membisu beberapa jenak. Kemudian, dengan sangat terang beliau pun menyebutkan angka sejumlah empat kali diikuti gerak jari-jari tangannya. Kali ini Pak Lurah yang tersenyum, besar hati melintasi raut mukanya. Seperti biasa, sehabis merasa tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Membiarkan tubuhnya diterpa angin malam yang lembab.
***
Orang-orang kampung kini mulai gelisah. Sudah dua malam kami tidak menjumpai Darko keliling kampung. Kami hanya bisa menduga dengan kemungkinan-kemungkinan. Sementara Pak Lurah kian geram, merasa dilecehkan.
Mendapati nomer togel pemberiannya tak kunjung tembus. Esoknya, di suatuJumat yang cerah, Pak Lurah mengumpulkan beberapa warga—terutama yang lelaki—guna memindahkan perlengkapan penguburan ke tengah permukiman. Katanya, tanah kuburan semakin sesak, membutuhkan lahan luang yang lebih. Sesampainya di sana, kami tetap tidak menjumpai Darko. Di gubuk itu, kami tidak juga menemukan jejak peninggalannya. Dengan memendam perasaan getir kami merobohkan daerah tinggalnya. Dalam hati kami masih sempat bertanya.
Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi?
Kamar Malas, Januari 2012
Sumber: Koran Kompas Minggu, 1 Ju li 2012
Lampiran 2
Materi Konseptual
1. Hikayat disajikan dengan memakai bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri bahasa yang mayoritas dalam hikayat adalah banyak memakai konjungsi hampir pada setiap awal kalimat. Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih renta dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang dipakai yaitu bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang dipakai atau bahkan sudah aneh tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.
Contoh makna kata arkais
Arkais | Makna Kamus |
beroleh | Mendapat |
Titah | kata, perintah |
Buluh | tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu; aur |
Mahligai | Tempat kediaman raja atau putri-putri raja. |
Ditoreh | |
Cembul | Tempat tembakau yang terbuat dari logam |
Inang | Perempuan yang merawat anak tuannya. |
2. Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, seting, gaya bahasa, dan alur. Kaidah bahasa yang mayoritas dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Hikayat juga banyak memakai gaya bahasa untuk memperindah kisah yang disampaikan.
1. Majas
Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk menciptakan kisah lebih menarik dibandingkan memakai bahasa yang bermakna lugas. Ada banyak sekali jenis majas yang dipakai baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering dipakai dalam cerpen maupun hikayat yaitu majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.
Mekipun sama-sama memakai gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang dipakai dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.
Perhatikan penggunaan majas antonomasia dalam kepingan hikayat berikut ini.
Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.
Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan teladan majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam kepingan novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel garcia marquez berikut ini.
Materi Prosedural
Dalam menceritakan kembali isi hikayat menjadi cerpen, langkah-langkah dalam penyusunan resensi adalah:
a. Membandingkan penggunaan alur hikayat dan cerpen,
b. Mengubah alur kisah dari alur berbingkai menjadi alur tunggal,
c. Menggunakan bahasa Indonesia ketika ini
d. Menggunakan gaya bahasa yang sesuai
e. Mengubah isi hikayat menjadi cerpen dengan mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
Materi Metakognitif
Relevansi antara isi hikayat dan cerpen terhadap kehidupan sehari-hari.
Lampiran 3
1. Kisi-kisi Soal
Instrumen Penilaian Pertemuan 1
a) Sikap
1) Jurnal Penilaian Sikap Spiritual
a) Nama Satuan Pendidikan : Sekolah Menengan Atas N 1 Cepogo
b) Tahun Pelajaran : 2017/2018
c) Kelas/Semester : X/ Semester 2
d) MataPelajaran : Bahasa Indonesia
No | Waktu | Nama | Kejadian/ Perilaku | Butir Sikap | Sikap dominanPositif /Negatif | |||
Ketaatan beribadah | Perilaku syukur | Sikap berdoa | Sikap mengikuti kegiatan keagamaan | |||||
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
2) Penilaian Sikap Sosial
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : X/ 2
Materi Pokok : Mereplikasi isi buku ilmiah yang dibaca dalam bentuk resensi.
No | Nama Siswa | Aspek Penilaian Perilaku | Jumlah Skor | Nilai | |||||
Nasionalisme | Integritas | Jujur | Mandiri | Tanggung Jawab | | ||||
1. | | | | | | | | | |
2. | | | | | | | | | |
3. | | | | | | | | | |
4. | | | | | | | | | |
5. | | | | | | | | | |
Keterangan:
Skor tiap aspek 1-4
Skor Maksimal = 20
N = Jumlah Skor X 100 =………
Skor Maksimal
b) Penilaian Pengetahuan
b.1 Kisi-kisi Soal
Indikator Pencapaian Kompetensi | Teknik Penilaian | Bentuk Penilai-an | HOTS / LOTS | Instrumen | No |
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat 3.8.2 Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa 3.8.3 Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen. | Tes tertulis Tes tertulis Tes tertulis | Uraian Uraian Uraian | HOTS HOTS HOTS | Bacalah “Hikayat Bayan Budiman” pada buku teks dan tunjukkan karakteristik bahasa hikayat tersebut, meliputi: a. konjungsi b. kata arkais c. majas Bacalah cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling”, kemudian bandingkan bahasa yang dipakai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen tersebut! Bandingkan nilai-nilai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen “Tukang Pijat Keliling”! | 1 2 3 |
b.2 Soal
1. Bacalah “Hikayat Bayan Budiman” pada buku teks dan tunjukkan karakteristik bahasa hikayat tersebut, meliputi:
a. konjungsi
b. kata arkais
c. majas
2. Bacalah cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling”, kemudian bandingkan bahasa yang dipakai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen tersebut!
3. Bandingkan nilai-nilai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen “Tukang Pijat Keliling”!
b.3 Kunci Jawaban dan Skor Penilaian Soal Pengetahuan
No | Rambu-rambu Jawaban | Skor |
1 | Karakteristik bahasa: a. Konjungsi Maka, lalu, dan hatta b. Arkais Sebermula, hatta, hubaya-hubaya c. Majas Majas asosiasi: “karena fitnah di dunia amat lagi tajam dari pada senjata.” Majas personifikasi: “burung itu bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insyafterhadap perbuatannya yang menunggu suaminya Khojan Maimun. | 30 |
2 | a. Bahasa dalam hikayat: menggunakan bahasa Melayu kuno, banyak kata arkais, dan memakai majas (gaya bahasa) b. Bahasa dalam cerpen Menggunakan bahasa Indonesia ketika ini, banyak kata arkais, dan jarang memakai majas (gaya bahasa) | 40 |
3 | Baik hikayat maupun cerpen sama-sama mengandung nilai-nilai. Namun nilai-nilai dalam hikayat lebih banyak dibandingkan dengan nilai dalam cerpen. | 30 |
Skor Maksimal | 100 |
Penilaian Keterampilan
c.1 Soal Penugasan/ Projek
Indikator Pencapaian Kompetensi | Teknik Penilaian | Bentuk Penilaian | HOTS / HOTS | Instrumen | No |
4.8.1 Membandingkan alur kisah dalam hikayat dan cerpen. 4.8.2 Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen. | Tes tertulis Tes tertulis | Uraian Uraian | HOTS HOTS | Buatlah tabel yang berisi perbandingan alur kisah dalam hikayat dan cerpen! Ceritakan kembali isi hikayat ke dalam entuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai! | 3 4 |
c.2 Soal
1. Buatlah tabel yang berisi perbandingan alur kisah dalam hikayat dan cerpen!
2. Ceritakan kembali isi hikayat ke dalam entuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai!
c.3 Lembar Penilaian Presentasi
LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : X / MIPA dan IPS
Kompetensi : Menyampaikan perbandingan alur kisah dalam hikayat dan cerpen
No | Nama Siswa | Kinerja Presentasi | Jml Skor | Nilai | |||||
Presentasi | Isi Laporan | ||||||||
Kelan caran | Keba hasaan | Keleng kapan | Kesesu aian | Kelogisan | Sistematis | ||||
1. 1 | | | | | | | | | |
2. 2 | | | | | | | | | |
3. | | | | | | | | | |
4. | | | | | | | | | |
5. | | | | | | | | | |
Keterangan pengisian skor
4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang
Nilai = Jumlah Skor Diperoleh / Skor Maksima (24) X100
c.4 Lembar Penilaian Produk
LEMBAR PENILAIAN HASIL MENCIPTA RESENSI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : X /
Kompetensi : ...............................................
No | Nama | Penilaian Hasil Mencipta Resensi | Jum Skor | Nilai | |||||||||||||
Unsur | Struktur/ Kaidah | Tata penulisan | Pemilihan Judu | ||||||||||||||
Judul resensi | Identitas buku | Sinopsis buku | Macam/jenis buku | Keunggulan buku | Kelemahan buku | Kemanfaatan | Judul | Identitas | Pembukaan | Isi | Penutup | ||||||
1 | | | | | | | | | | | | | | | | | |
2 | | | | | | | | | | | | | | | | | |
Keterangan pengisian skor
Nilai tiap aspek : 1- 5
Skor Maksimal : 70
Nilai
0 Response to "Rpp Kelas X Semester 1 Bahasa Indonesia Teks Dongeng Rakyat Dan Puisi Kd 3.8 Dan 4.8 Lengkap Ppk, 4C, Literasi, Hots"