Menjadi orang renta ialah mungkin impian dari setiap insan manusia, dan mungkin juga sudah kodrat kita sebagai seorang manusia. Setelah dengan segala kemampuan kita menuntaskan sekolah maka kita akan berusah mencari dunia pekerjaan, kemudian sesudah dunia pekerjaan kita dapatkan maka dunia gres yang namanya membentuk keluarga akan terlintas dalam benak kita.
Tetapi sesudah melalui tahapan menyerupai yang dipelajari pada statistika, yaitu mengumpulkan, mengolah, menganalisa, menafsirkan kemudian hingga pada suatu hasil yang kita sebut kesimpulan hasil penelitian. Kita sanggup menunjukkan keputusan bahwa seseorang yang menjadi pendamping hidup kita dan membentuk suatu keluarga baru.
Dalam hal membentuk sebuah keluarga tidak ada kata selesai tamat atau selesai dalam hal menjalani perahu sebuah keluarga, alasannya ialah semakin hari "sesuatu" yang di hadapi dalam mengarungi sebuah keluarga iramanya berbeda-beda. Sehingga setiap orang yang sudah 100 tahun berkeluarga pun tetap berguru dalam menjalani sebuah keluarga.
Banyak orang renta keliru dalam hal dunia sekolah atau pendidikan, alasannya ialah banyak orang berpikiran bahwa bila sudah menunjukkan sekolah yang manis dengan kemudahan mantap maka tanggung jawab dalam hal pendidikan sudah selesai atau sudah baik. Padahal bersama-sama tanggung jawab dengan memasukkan bawah umur ke sekolah dengan kualitas "oke" maka tanggung jawab orang renta dalam pendidikan semakin besar. Karena dalam sekolah yang dalam kategori baik maka sekolah akan sangat besar melibatkan orang renta dalam hal dunia sekolah.
Begitu juga dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menganggap perlu diadakannya pendidikan untuk orang tua. "Memang bila sudah menikah, berarti sudah siap menjadi pasangan suami istri. Tapi menjadi orang renta yang mendidik, itu ialah dunia yang berbeda," katanya di depan ratusan siswa dan alumni sekolah Santa Ursula Jakarta tamat Januari lalu, dikutip dari website kemendikbud.
Bukan hanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, pada artikel sebelumnya bahwa kemampuan orangtua dalam bermatematika pengaruhi kemampuan bermatematika anak. Ini juga menerangkan bahwa orang renta itu dalah guru bagi anak-anaknya.
Jadi ketika kita menjadi orang tua, kiprah kita bertambah selain daripada meberi nafkah sehari-hari kita juga harus menunjukkan pendidikan yang terbaik pada bawah umur kita dengan membuat pendidikan yang baik di rumah. Orang renta ialah guru utama dalam mempersiapkan anak mengenal jati diri dan kodratnya. Mengajarkan anak untuk membuat pilihan yang benar dengan kasih dan kesabaran.
Rumah ialah daerah yang paling ideal untuk pembelajaran yang utama. Di mana seorang anak mulai berguru bitrik dan berjalan melangkahkan kaki dilakukan pada awalnya selalu dari rumah. Banyak juga hal lainnya yang diperoleh anak ketika mulai tumbuh kembang dari pemikiran orang tua.
Salah satu pola ialah dongeng keberhasilan seorang Ben Carson dari seorang yang tidak tahu apa-apa berubah drastis menjadi luar biasa berkat didikan seorang Ibu yang kukuh. Inilah pengalamannya menyerupai yang diceritakan di bawah ini:
Ben Carson berkata, "Saya ialah siswa terburuk di seluruh kelas saya di kelas lima." Suatu hari Ben mengerjakan ujian matematika dengan 30 soal. Siswa di belakangnya memperbaikinya dan mengembalikannya. Gurunya, Ibu Williamson, mulai memanggil nama setiap siswa untuk nilainya. Akhirnya, beliau hingga pada giliran Ben. Karena malu, beliau menjawab dengan menggumam. Ibu Williamson, yang bepikir beliau menyampaikan "9", menjawab bahwa untuk Ben nilai 9 dari 30 ialah peningkatan luar biasa. Siswa di belakang Ben kemudian berteriak, "Bukan Sembilan!...Jawabannya tak ada yang benar." Ben menyampaikan serasa beliau ingin menghilang dari permukaan bumi.
Pada ketika yang sama ibu Ben, Sonya, menghadapi kendalanya sendiri. Dia ialah satu dari 24 anak, yang hanya mencapai pendidikan kelas tiga, dan beliau tidak sanggup membaca. Dia menikah di usia 13, bercerai, mempunyai dua anak lelaki, dan membesarkan mereka di pemukiman kumuh di Detroit. Meskipun demikian, beliau sangat sanggup bangkit diatas kaki sendiri dan mempunyai keyakinan yang kukuh bahwa anaknya bisa melaksanakan bagiannya.
Pada suatu hari terjadilah satu titik balik dalam kehidupan beliau dan kedua putranya. Dia menyadari bahwa orang sukses yang kepadanya beliau bekerja mempunyai perpustakaan di mana mereka membaca. Setelah bekerja beliau pulang ke rumah dan mematikan televisi yang sedang ditonton oleh Ben dan saudara lelakinya. Pada pada dasarnya beliau berkata: Kalian terlalu banyak menonton televisi. Mulai kini kalian sanggup menonton tiga aktivitas seminggu. Di waktu luang kalian akan pergi ke perpustakaan untuk membaca dua buku setiap ahad dan melaporkan kepada ibu. Anak-anak lelaki itu terkejut. Ben menyampaikan beliau tidak pernah membaca satu buku pun seumur hidupnya kecuali ketika disuruh melakukannya di sekolah. Mereka memprotes, mengeluh dan juga berargumen, namun itu sia-sia. Kemudian Ben berpikir, "Ibu telah membuat hukuman. Saya tidak suka aturan itu, namun tekadnya untuk melihat kami berkembang mengubah jalan hidup saya."
Dan betapa hebat perubahannya. Di kelas tujuh, beliau ialah siswa yang terbaik di kelasnya. Dia melanjutkan ke Universitas Yale dengan beasiswa, kemudian sekolah medis Johns Hopkins, di usia 33 beliau menjadi kepala bedah saraf anak dan jago bedah populer di dunia. Bagaimana mungkin? Terutama alasannya ialah ibunya yang sederhana, yang tidak mempunyai banyak dalam hidup, menyebarkan pemanggilannya sebagai orang tua.
Diadaptasi oleh Steffie Subandriyo dari artikel "ParentsThe Prime Gospel Teachers of Their Children". Semoga dongeng atau tips ini menunjukkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita.
Lihat bagaimana bawah umur SMAN 2 Lintongnihuta mencoba memberikan pesan Menjauhi Resiko Seks Bebas melalui fragmen sederhana;
Tetapi sesudah melalui tahapan menyerupai yang dipelajari pada statistika, yaitu mengumpulkan, mengolah, menganalisa, menafsirkan kemudian hingga pada suatu hasil yang kita sebut kesimpulan hasil penelitian. Kita sanggup menunjukkan keputusan bahwa seseorang yang menjadi pendamping hidup kita dan membentuk suatu keluarga baru.
Dalam hal membentuk sebuah keluarga tidak ada kata selesai tamat atau selesai dalam hal menjalani perahu sebuah keluarga, alasannya ialah semakin hari "sesuatu" yang di hadapi dalam mengarungi sebuah keluarga iramanya berbeda-beda. Sehingga setiap orang yang sudah 100 tahun berkeluarga pun tetap berguru dalam menjalani sebuah keluarga.
Banyak orang renta keliru dalam hal dunia sekolah atau pendidikan, alasannya ialah banyak orang berpikiran bahwa bila sudah menunjukkan sekolah yang manis dengan kemudahan mantap maka tanggung jawab dalam hal pendidikan sudah selesai atau sudah baik. Padahal bersama-sama tanggung jawab dengan memasukkan bawah umur ke sekolah dengan kualitas "oke" maka tanggung jawab orang renta dalam pendidikan semakin besar. Karena dalam sekolah yang dalam kategori baik maka sekolah akan sangat besar melibatkan orang renta dalam hal dunia sekolah.
Begitu juga dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menganggap perlu diadakannya pendidikan untuk orang tua. "Memang bila sudah menikah, berarti sudah siap menjadi pasangan suami istri. Tapi menjadi orang renta yang mendidik, itu ialah dunia yang berbeda," katanya di depan ratusan siswa dan alumni sekolah Santa Ursula Jakarta tamat Januari lalu, dikutip dari website kemendikbud.
Bukan hanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, pada artikel sebelumnya bahwa kemampuan orangtua dalam bermatematika pengaruhi kemampuan bermatematika anak. Ini juga menerangkan bahwa orang renta itu dalah guru bagi anak-anaknya.
Rumah ialah daerah yang paling ideal untuk pembelajaran yang utama. Di mana seorang anak mulai berguru bitrik dan berjalan melangkahkan kaki dilakukan pada awalnya selalu dari rumah. Banyak juga hal lainnya yang diperoleh anak ketika mulai tumbuh kembang dari pemikiran orang tua.
Salah satu pola ialah dongeng keberhasilan seorang Ben Carson dari seorang yang tidak tahu apa-apa berubah drastis menjadi luar biasa berkat didikan seorang Ibu yang kukuh. Inilah pengalamannya menyerupai yang diceritakan di bawah ini:
Ben Carson berkata, "Saya ialah siswa terburuk di seluruh kelas saya di kelas lima." Suatu hari Ben mengerjakan ujian matematika dengan 30 soal. Siswa di belakangnya memperbaikinya dan mengembalikannya. Gurunya, Ibu Williamson, mulai memanggil nama setiap siswa untuk nilainya. Akhirnya, beliau hingga pada giliran Ben. Karena malu, beliau menjawab dengan menggumam. Ibu Williamson, yang bepikir beliau menyampaikan "9", menjawab bahwa untuk Ben nilai 9 dari 30 ialah peningkatan luar biasa. Siswa di belakang Ben kemudian berteriak, "Bukan Sembilan!...Jawabannya tak ada yang benar." Ben menyampaikan serasa beliau ingin menghilang dari permukaan bumi.
Pada ketika yang sama ibu Ben, Sonya, menghadapi kendalanya sendiri. Dia ialah satu dari 24 anak, yang hanya mencapai pendidikan kelas tiga, dan beliau tidak sanggup membaca. Dia menikah di usia 13, bercerai, mempunyai dua anak lelaki, dan membesarkan mereka di pemukiman kumuh di Detroit. Meskipun demikian, beliau sangat sanggup bangkit diatas kaki sendiri dan mempunyai keyakinan yang kukuh bahwa anaknya bisa melaksanakan bagiannya.
Pada suatu hari terjadilah satu titik balik dalam kehidupan beliau dan kedua putranya. Dia menyadari bahwa orang sukses yang kepadanya beliau bekerja mempunyai perpustakaan di mana mereka membaca. Setelah bekerja beliau pulang ke rumah dan mematikan televisi yang sedang ditonton oleh Ben dan saudara lelakinya. Pada pada dasarnya beliau berkata: Kalian terlalu banyak menonton televisi. Mulai kini kalian sanggup menonton tiga aktivitas seminggu. Di waktu luang kalian akan pergi ke perpustakaan untuk membaca dua buku setiap ahad dan melaporkan kepada ibu. Anak-anak lelaki itu terkejut. Ben menyampaikan beliau tidak pernah membaca satu buku pun seumur hidupnya kecuali ketika disuruh melakukannya di sekolah. Mereka memprotes, mengeluh dan juga berargumen, namun itu sia-sia. Kemudian Ben berpikir, "Ibu telah membuat hukuman. Saya tidak suka aturan itu, namun tekadnya untuk melihat kami berkembang mengubah jalan hidup saya."
Dan betapa hebat perubahannya. Di kelas tujuh, beliau ialah siswa yang terbaik di kelasnya. Dia melanjutkan ke Universitas Yale dengan beasiswa, kemudian sekolah medis Johns Hopkins, di usia 33 beliau menjadi kepala bedah saraf anak dan jago bedah populer di dunia. Bagaimana mungkin? Terutama alasannya ialah ibunya yang sederhana, yang tidak mempunyai banyak dalam hidup, menyebarkan pemanggilannya sebagai orang tua.
Orang renta sebagai guru utama teladan bagi anak dan bukan orang lainOrang renta sebagai guru utama dalam mempersiapkan anak mengenal jati diri dan kodratnya. Mengajarkan anak untuk membuat pilihan yang benar dengan kasih dan kesabaran. Jadikan rumah Anda sebagai daerah yang paling ideal untuk menunjukkan landasan yang berpengaruh bagi masa depan anak.
Ajarkan anak Anda untuk menggunakan waktu dengan bijakSeperti halnya Sonya Carson, terkadang Anda akan perlu memaksakan sebuah kehendak dengan kasih namun tetap kukuh untuk membatasi waktu anak Anda menonton televisi. Juga acap kali perangkat elektronik lainnya menyita kehidupan anak. Arahkan anak Anda untuk kegiatan yang lebih produktif, biasanya pada awalnya anak akan menolak disertai keluhan, namun menyerupai Sonya Carson Anda perlu terus gigih melanjutkannya. Suatu hari anak Anda akan memahami dan menghargai apa yang telah Anda lakukan.
Lakukan kiprah Anda sebagai ayah/ibu yang terbaik bagi anakJadilah teladan bagi anak Anda dengan sering membaca buku, anak akan mengikuti pola yang dilihatnya. Ajaklah ke toko buku atau perpustakaan yang erat dengan rumah Anda, buku ialah jendela dunia. Anda ialah guru utama dalam mempersiapkan putra/i Anda menjadi yang terbaik. Ketahuilah ayah/ibu, kiprah Anda ini mulia dan akan terus berlanjut hingga tamat zaman.
Diadaptasi oleh Steffie Subandriyo dari artikel "ParentsThe Prime Gospel Teachers of Their Children". Semoga dongeng atau tips ini menunjukkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita.
Lihat bagaimana bawah umur SMAN 2 Lintongnihuta mencoba memberikan pesan Menjauhi Resiko Seks Bebas melalui fragmen sederhana;
0 Response to "Bagaimana Menjadi Orang Renta Yang Merupakan Guru Terbaik Bagi Anak-Anak"