Latest News

Menjadikan Sekolah Menyenangkan

Saat ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Bapak Anies R. Baswedan sangat ulet dalam mengkampanyekan sekolah menjadi menjadi daerah yang menyenangkan. Bahkan dikala penutupan Rembuknas 2015 Bapak Anies kembali memberikan kampanye menyebabkan sekolah yaitu daerah yang menyenangkan.

Pada program penutupan itu dia memberikan bahwa sekolah harus sebagai wahana yang aman, menyehatkan dan menawarkan pilihan tantangan yang bermakna. Para pelaku pendidikan harus bekerja keras dan bekerja sama untuk membuat lingkungan pendidikan sebagai taman.

Bagaimana layaknya taman, yaitu daerah yang menyenangkan dan semua orang terlibat dalam menyebabkan taman agar bisa menjadi daerah yang menyenagkan bagi semua kalangan.

Begitu juga layaknya sekolah, agar menjadi daerah yang menyenangkan semua ikut terlibat. Guru, siswa, orangtua berguru bersama, saling mendukung dan menjadi contoh bagi komunitasnya.

Keterlibatan banyak pihak dalam membuat sekolah sebagai taman diperlukan sanggup membuat pembelajaran yang relevan dengan kehidupan. Sehingga sekolah menjadi representasi kehidupan dan daerah mengaplikasikan ilmu untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Di sekolah juga harus tercipta pembelajaran dengan ragam pilihan tantangan. Dengan begitu masing-masing individu diberikan pilihan dan tantangan pada tingkatan yang sesuai.

Pembelajaran yang bermakna menjadi fokus utama dalam sekolah. Pembelajaran yang bermakna yang mempunyai kegunaan untuk jangka panjang, dengan mengalami pemecahan problem setrik langsung. Dengan beberapa hal diatas sanggup dilakukan maka sekolah menyenangkan itu sanggup terwujud.

Pakar pendidikan Ian Gilbert dalam bukunya Independent Thinking menuliskan daftar 25 pertanyaan yang sanggup dipakai oleh pengelola sekolah dalam meningkatkan iklim pembelajaran yang menyenangkan.
Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
  1. Apakah para siswa menikmati berguru di sekolah itu?
  2. Apakah para guru menikmati mendidik di sekolah itu?
  3. Apakah para siswa merasa tertantang dengan kegiatan-kegiatan di sekolah itu?
  4. Apakah para siswa juga menyebarkan kompetensi, tidak hanya menerima nilai tinggi belaka?
  5. Apakah para siswa juga mempelajari keterampilan dan tidak hanya fakta-fakta pengetahuan?
  6. Apakah nilai-nilai sopan santun juga menjadi fokus dan diteladankan oleh setiap anggota komunitas sekolah?
  7. Apakah terdapat cukup atmosfer inklusif di mana semua siswa dihargai berdasar jati diri mereka dan apa yang mereka bisa?
  8. Apakah isu-isu penting ibarat bullying dan aneka macam aspek sosial dan emosional lain dalam kehidupan sekolah didiskusikan setrik terbuka dan positif?
  9. Apakah kemampuan untuk berpikir sendiri didorong dan dikembangkan bagi seluruh siswa?
  10. Apakah sekolah mempunyai unsur kesenangan dan keriangan?
  11. Apakah aspek-aspek ibarat rasa ingin tahu, kekaguman, keberanian, kegigihan dan ketahanan didorong dan disambut setrik aktif?
  12. Apakah para guru terbuka terhadap ide-ide gres dan tertarik melaksanakan aneka macam atrik bersama – bukan terhadap – para siswa?
  13. Apakah sekolah mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan dan pembelajaran?
  14. Apakah sekolah mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia teknologi pendidikan?
  15. Apakah cita-cita yang tinggi juga disematkan kepada para guru dan pengelola sekolah, ibarat juga disematkan kepada para siswa?
  16. Apakah kepala sekolah “terlihat” dan gampang diajak berinteraksi?
  17. Apakah para siswa disadarkan bahwa mengeluarkan yang terbaik dari diri sendiri tidak harus berarti menjadi lebih baik dari orang lain?
  18. Apakah sekolah terbuka terhadap hal-hal di luar dugaan (yang positif)?
  19. Apakah para siswa diajak berpikir tentang, berinteraksi dengan, dan berusaha berkontribusi pada kehidupan di luar dinding sekolah?
  20. Apakah sekolah sadar bahwa pembelajaran yaitu sesuatu yang bisa dilakukan siswa kapan pun, di mana pun, dan hanya sebagian di antaranya saja yang perlu dilakukan di dalam dinding sekolah?
  21. Apakah komunitas sekolah terbentang hingga keluar dinding sekolah (melibatkan masyarakat)?
  22. Apakah proses berguru mengajar di dalam sekolah memasukkan aneka macam variasi kemungkinan dan kesempatan pembelajaran?
  23. Apakah para siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab terhadap sesuatu dan untuk mengambil keputusan yang berdampak penting?
  24. Apakah hasil pembelajaran yang didapatkan cukup sebagai bekal siswa untuk melangkah ke fase hidupnya berikutnya?
  25. Apakah resepsionis, guru, petugas kebersihan, dan seluruh staf sekolah tersenyum kepada orangtua dan pengunjung sekolah?

Harapan menyebabkan sekolah itu daerah yang menyenangkan baukanlah hanya cita-cita dari seorang menteri saja, kita juga berharap sekolah itu menjadi daerah yang menyenangkan. Menjadikan sekolah menjadi sesuatu yang menyenangkan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, untuk itu mari kita coba paling tidak beberapa dari 25 pertanyaan diatas sudah bisa kita jawab dengan 'baik'. [http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/node/4011]

Siswa kreatif ini bisa memperlihatkan kreativitas dan kemampuannya melalui PBB, mari kita lihat keterampilan kreatif mereka;

0 Response to "Menjadikan Sekolah Menyenangkan"

Total Pageviews