Latest News

Kenali Dan Pahami Citra Anak Usia Prasekolah

Memasukkan anak ke sekolah yaitu sebuah langkah kecil yang berdampak besar bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Selain akan berguru hal-hal baru, belum dewasa akan memasuki lingkungan yang gres serta teman-teman gres dan kenalan gres yang selama ini hanya didaptkan di lungkungan rumah. Karena langkah sederhana ini berdampak sangat besar sehingga para orang bau tanah sangat hati-hati dalam menentukan sekolah anak, apalagi belum dewasa kini tampaknya berkembang lebih cepat dari umurnya sehingga orang bau tanah sering salah tafsir dalam menentukan kelas yang akan dimasuki anak-anak.

Untuk itu mari kita kenali citra anak usia pra sekolah, mudah-mudahan sanggup menambah pengetahuan kita ihwal perkembangan belum dewasa kita dirumah dan kita sanggup menentukan sekolah yang pas untuk anak.

Gambaran Umum Anak Usia Prasekolah
Anak usia dini yaitu masa-masa yang butuh perhatian dan kasih sayang total dari kedua orangtuanya. Apabila anak diasuh dengan pola asuh demokratis maka tumbuh kembang anak akan lebih baik.

Karena kalau pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anaknya demokratis yang selalu memberikannya kebebasan beraktivitas tetapi tetap diarahkan orangtuanya, anak akan cenderung bebas melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam dirinya tetapi bertanggungjawab akan akhir yang akan diterima kelak, pemberani, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, tidak tergantung kepada orangtuanya, dan riang gembira.

Sebaliknya kalau pola asuh orangtua kepada anaknya adikara anak akan cenderung takut untuk melaksanakan sesuatu untuk perkembangannya yang lebih baik lantaran apapun kegiatan anak selalu dikekang dan orangtua terlalu takut membebaskan anaknya beraktivitas. Anak akan cenderung penakut, tidak percaya diri, tergantung kepada orangtua, cenderung pendiam, pemurung, tidak gampang tersenyum, dan tidak gembira.

Beberapa hebat psikologi pendidikan memberikan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, memulainya harus dari pendidikan anak usia dini, oleh lantaran itu penting mempelajari pola perkembangan anak.

Kebanyakan waktu anak diisi oleh banyak sekali kegiatan untuk mengembangkan potensi dirinya, yang cenderung bersifat akademis ibarat sekolah, les atau bimbingan belajar. Ada juga orangtua yang mengikutsertakan anak ke banyak sekali les di luar bidang akademis, tapi mungkin tidak sesuai dengan minat anak, maka tidak heran kalau banyak anak yang tertekan lantaran tuntutan orangtua. Padahal yang mereka butuhkan yaitu bermain.

Bermain yaitu salah satu trik bagi anak untuk berguru dan mencicipi pengalaman yang baru. Bermain akan mengasah kecerdasan mental, fisik, maupun sosial anak dalam memahami nilai-nilai kehidupan.

Biarkan anak menentukan permainannya, sanggup dengan permainan yang tidak diarahkan (bebas), di sini anak berguru untuk bernegosiasi, bekerja sama, mengembangkan dan menuntaskan konflik. Bisa permainan yang diputuskan sendiri oleh anak, di sini anak berguru untuk memutuskan suatu pilihan, bergerak sesuai “iramanya” sendiri, menentukan minatnya, berperan penuh untuk mencapai tujuannya. Setrik fisik pun anak di lebih aktif dan lebih sehat.

1. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah yaitu masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti penting dan berharga lantaran masa ini merupakan pondasi bagi masa depan anak. Masa ini anak mempunyai kebebasan untuk berekspresi tanpa adanya suatu hukum yang menghalangi dan membatasinya.

Pengertian anak usia prasekolah (Silalahi : 2005) yaitu “anak usia 4-6 tahun dimana pada masa ini anak telah mencapai kematangan dalam banyak sekali macam fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional”. Selain itu, imajinasi intelektual dan cita-cita anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada usia ini.

2. Ciri-Ciri Anak Usia Prasekolah
Snowman (Patmonodewo, 2003:32) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (4-6 tahun) yang biasanya ada di TK. Ciri-ciri yang dikemukakan mencakup aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

Ciri Fisik Anak Usia Prasekolah
Penampilan maupun gerak-gerik usia prasekolah gampang dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya (Patmonodewo, 2003:32). Ciri-ciri fisik anak usia prasekolah sanggup dikemukakan sebagai berikut:
  1. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah mempunyai penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan guru.
  2. Setelah anak melaksanakan banyak sekali kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup. Seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
  3. Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh lantaran itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melaksanakan kegiatan yang rumit misalnya, mengikat tali sepatu.
  4. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.
  5. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak.
  6. Walaupun anak lelaki lebih besar, dan anak wanita lebih terampil dalam kiprah yang bersifat praktis, khususnya dalam kiprah motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengeritik anak lelaki apabila ia tidak terampil. Jauhkanlah dari sikap membandingkan lelaki dan perempuan.

Ciri Sosial Anak Usia Prasekolah
Anak prasekolah biasanya gampang bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Ciri-ciri sosial anak usia prasekolah sanggup dikemukakan sebagai berikut:
  1. Umumnya anak pada tahapan ini mempunyai satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini biasanya cepat berganti. Mereka umumnya sanggup cepat mengikuti keadaan setrik sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.
  2. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi setrik baik, oleh lantaran itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
  3. Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.


Parten (Patmonodewo, 2003:33), melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, sanggup membedakan beberapa tingkah laris sosial:
  • Tingkah laris ‘unoccupied’: Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melaksanakan kegiatan apa pun.
  • Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh sahabat yang ada di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling bitrik.
  • Tingkah laris ‘onlooker’. Anak menghasilkan waktu dengan mengamati. Kadang memberi komentar ihwal apa yang dimainkan anak yang lain, tetapi tidak berusaha untuk tidak main bersama.
  • Bermain paralel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan trik yang tidak saling bergantung.
  • Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak ada kiprah tertentu, masing-masing anak bermain dengan triknya sendiri-sendiri.
  • Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinnya, masing-masing anak melaksanakan kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, contohnya main toko-tokoan atau perangperangan.

  1. Anak usia prasekolah biasanya mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap murka sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
  2. Iri hati pada anak usia prasekolah sering terjadi. Mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
Ciri Kognitif Anak Usia Prasekolah
  1. Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa, sebagian dari mereka bahagia bitrik, khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbitrik, sebagian dari mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
  2. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.
Ainsworth dan Wittig serta Shite dan Wittig (Patmonodewo, 2003:35) menjelaskan trik mengembangkan semoga anak sanggup bermetamorfosis kompeten dengan trik sebagai berikut:

  • Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
  • Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
  • Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan pengalaman dalam banyak hal.
  • Berikan kesempatan dan dorongan untuk melaksanakan banyak sekali kegiatan setrik mandiri.
  • Doronglah semoga anak mau mencoba mendapatkan keterampilan dalam banyak sekali tingkah laku.
  • Tentukan batas-batas tingkah laris yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
  • Kagumilah apa yang dilakukan anak.
  • Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

3. Karakteristik Anak Usia Prasekolah
Perkembangan Motorik
Pada dikala anak mencapai tahapan prasekolah (4-6 tahun) ada ciri yang terang berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah. Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang tubuh dan keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya usia, perbandingan antar belahan tubuh akan berubah.

Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam polapola. Perkembangan lain yang terjadi pada anak prasekolah, umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada selesai masa prasekolah.

Gigi yang permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah mencapai ukuran orang remaja pada dikala anak mencapai usia prasekolah.

Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Motorik agresif merupakan gerakan yang terjadi lantaran adanya koordinasi otot-otot besar, ibarat ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan naik. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, ibarat ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya.

Ciri khas perkembangan motorik anak prasekolah yang telah penulis sarikan (Dewi : 2005) yaitu :
  1. Anak mempunyai kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu bisa mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang. Keterampilan koordinasi motorik agresif terbagi atas tiga kelompok yaitu keterampilan lokomotorik (berlari, melompat, menderap, meluncur, berguling, berhenti, berjalan sesudah berhenti sejenak, menjatuhkan diri, dan mengelak), keterampilan nonlokomotorik (menggerakan anggota tubuh dengan posisi tubuh membisu ditempat, berayun, berbelok, mengangkat, bergoyang, merentang, memeluk, melengkung, memutar dan mendorong), dan keterampilan memproyeksi, menangkap dan mendapatkan (dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola, menendang bola, melambungkan bola, memukul dan menarik).
  2. Anak mempunyai motivasi instrinsik sehingga tidak mau berhenti melaksanakan kegiatan fisik baik yang melibatkan gerakan motorik halus maupun motorik kasar.
Perkembangan Kognitif
Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif yaitu pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi kognitif merupakan tingkah laku-tingkah laris yang menjadikan orang memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif memperlihatkan perkembangan dari trik anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan banyak sekali trik berpikir untuk menuntaskan banyak sekali duduk kasus sanggup dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.

Piaget Patmonodewo, 2003:28) menjelaskan perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahapan praoperasional, tahapan kongkret operasional dan tahapan formal operasional.


Tahapan-tahapan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan pengalaman anak.
Ciri khas perkembangan kognitif anak prasekolah yang telah penulis sarikan (Dewi : 2005) yaitu :
  1. Anak sudah bisa menggambarkan objek yang setrik fisik tidak hadir, ibarat anak bisa menyusun balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, dan menggambar.
  2. Anak tidak bisa memahami prespektif atau trik berpikir orang lain (egosentris), ibarat ketika menggambar anak memperlihatkan gambar ikan dari sudut pengamatannya.
  3. Anak belum bisa berpikir kritis ihwal apa yang ada dibalik suatu kejadian, ibarat anak tidak bisa menjawab alasan mengapa menyusun balok ibarat ini.
Perkembangan Bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bitrik, sanggup diwujudkan dengan tanda arahan tangan atau anggota tubuh lainnya yang mempunyai hukum sendiri yang bermetamorfosis komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas.

Dalam membitrikkan perkembangan bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibitrikkan (Patmonodewo, 2003 : 29), yaitu:
  1. Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbitrik. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan bitrik terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbitrik sangat bersahabat hubungannya tapi keduanya berbeda.
  2. Terdapat dua tempat pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) memperlihatkan kemampuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bitrik dan tulisan) memperlihatkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.
  3. Komunikasi diri atau bitrik dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbitrik dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada dikala merencanakan menuntaskan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.
Anak prasekolah biasanya telah bisa mengembangkan keterampilan bitrik melalui percakapan yang sanggup memikat orang lain. Mereka sanggup menggunakan bahasa dengan banyak sekali trik, antara lain dengan bertanya, melaksanakan obrolan dan menyanyi.

Ciri khas perkembangan bahasa anak prasekolah (Dewi : 2005) adalah:
  1. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak sanggup menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
  2. Telah menguasai 90% dari fonem (satuan suara terkecil yang membedakan kata ibarat kemampuan untuk merangkaikan suara yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis (tata bahasa, misal saya memberi makan ikan” bukan ”ikan saya makan beri”) bahasa yang digunakan.
  3. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah sanggup mendengarkan orang lain berbitrik dan menanggapi pembitrikan tersebut.
  4. Sudah sanggup mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
  5. Lingkup kosakata yang sanggup diucapkan anak mencakup warna, ukuran, bentuk, rasa, aroma, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar dan halus)
  6. Mampu menjadi pendengar yang baik.
  7. Percakapan yang dilakukan telah menyangkut banyak sekali komentar terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
  8. Sudah sanggup melaksanakan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.
Perkembangan Psikososial
Merupakan perkembangan yang membahas ihwal perkembangan kepribadian manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan kepribadian.


Ciri khas perkembangan psikososial anak prasekolah (Dewi:2005) adalah:
  1. Sudah sanggup mengontrol perilakunya sendiri.
  2. Sudah sanggup mencicipi humoris (misalnya, ikut tertawa ketika orang remaja tertawa atau ada hal-hal yang lucu).
  3. Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung hingga usia 5 tahun.
  4. Keinginan untuk berbohong mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk melakukannya.
  5. Perasaan humor berkembang lebih lanjut.
  6. Sudah sanggup mempelajari mana yang benar dan yang salah.
  7. Sudah sanggup menenangkan diri
  8. Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering berperilaku ibarat boss (atasan), medominasi situasi, akan tetapi sanggup mendapatkan nasehat.
  9. Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali.
  10. Anak sudah sanggup memperlihatkan sikap marah.
  11. Sudah sanggup membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan sudah sanggup mendapatkan peraturan dan disiplin.

Jika ingin file setrik lengkap sanggup di download pada File UPI

Punya anak atau saudara yang duduk di dingklik SD atau SMP, coba berikan permainan tangram siapa tahu ia suka. Hasil kreativitas anak dari permainan tangram sanggup diliha pada video berikut;

0 Response to "Kenali Dan Pahami Citra Anak Usia Prasekolah"

Total Pageviews