Latest News

Memahami Perbedaan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Tindakan, Dan Pengembangan

Artikel ini sebagai pembuka cakrawala mengenai jenis-jenis penelitian dan perbedaannya. Tidak setiap dilema sanggup dipecahkan dengan banyak sekali jenis penelitian, alasannya setiap dilema mempunyai karakteristik tertentu sehingga dibutuhkan jenis dan model penelitian yang sesuai pula. Untuk itu, pemahaman mengenai banyak sekali jenis penelitian yang ada, paling tidak terhadap golongan besar jenis penelitian, sanggup membantu guru dan siapa saja dalam perjuangan untuk memecahkan dilema yang dihadapinya.

Kita sanggup membedakan empat jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif, penelitian tindakan, dan penelitian pengembangan. Dalam goresan pena ini, penulis menguraikan mengenai empat jenis penelitian. Keempat jenis penelitian tersebut sanggup diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran matematika. Berikut ini deskripsi pokok mengenai keempat jenis penelitian tersebut.

1. PENELITIAN KUANTITATIF
Terdapat miskonsepi berkenaan dengan penelitian kuantitatif bahwa penelitian jenis ini merupakan penelitian yang menggunakan angka-angka atau statistik. Sesungguhnya pernyataan ini tidak salah namun tidak mendeskripsikan dengan sempurna mengenai penelitian kuantitatif. Penelitian jenis lain pun, sanggup menggunakan angka atau pun statistik.

Penelitian kuantitatif berusaha untuk menguji hubungan dua hal [variabel] atau lebih. Hal yang diuji harus berupa variabel dalam arti mempunyai variasi “nilai”, contohnya jenis kelamin [karena ada 2 nilai: pria atau perempuan], tingkat pendidikan [karena sanggup dibedakan lagi menjadi SD, SMP, SMA, dan sarjana], tingkat intelegensi atau IQ [karena dinyatakan dengan skor IQ yang sanggup bervariasi], dan tinggi tubuh [karena sanggup dinyatakan dengan satuan cm yang sanggup bervariasi].

Oleh alasannya sifatnya “pengujian”, maka pada penelitian kuantitatif terdapat apa yang disebut hipotesis, yaitu dugaan sementara hasil kajian teoritis. Dugaan ini akan dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data yang diperoleh dari variabel yang terlibat.

Pada ilmu sosial maupun sains, kadang hubungan dua hal mungkin saja ada walaupun sangat kecil. Oleh alasannya itu, pengujian ada tidaknya hubungan menjadi absurb. Oleh alasannya itu, penelitian kuantitatif dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dua variabel. Kuat tidaknya hubungan ini ditentukan setrik lebih teliti dengan menggunakan statistik, dengan menggunakan istilah taraf signifikansi.

Seringkali variabel-variabel yang diuji hubungannya itu terdapat pada subjek dengan jumlah yang besar, sehingga mustahil atau tidak mudah bila keseluruhan subyek diteliti untuk diambil datanya. Dalam hal ini, dibutuhkan pembatasan subyek penelitian dengan hanya mengambil potongan subjek yang representatif [dapat mewakili]. Untuk tujuan ini, dibutuhkan – sekali lagi – statistik supaya sampel yang dipakai menjamin generalisasi hasil penelitian pada keseluruhan subjek.

Berikut ini beberapa komponen penting dari penelitian kuantitatif yang muncul dalam ajuan dan/atau laporan penelitian.
  • Hipotesis 
  • Statistik inferensial 
  • Populasi dan Sampel 
  • Pengujian syarat penggunaan statistik inferensial 
  • Angka signifikansi 
  • Kajian teori wacana konsep dan hubungan yang ada antar variabel
  • Definisi operasional setiap variabel 
  • Rancangan batasan waktu

Proposal penelitian kuantitatif bersifat lengkap dan cenderung teknis [detil]. Karena itu, bila ajuan penelitian kuantitatif sudah ada, maka idealnya penelitian tsb sanggup dilakukan siapa saja; tidak harus pembuat proposal.

Berikut pola judul penelitian kuantitatif.

  • “Hubungan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep matematika pada siswa Sekolah Menengah Pertama ABC, Kabupaten XYZ” atau “Korelasi ….” 
  • “Pengaruh jenis kelamin dan IQ terhadap kemampuan komunikasi matematis pada siswa Sekolah Menengan Atas ABC, kota XYZ” 
  • “Perbedaan efektivitas model pembelajaran PQR dan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan prestasi mencar ilmu matematika siswa SD ABC kabupaten XYZ”, atau “Komparasi prestasi mencar ilmu matematika siswa SD ABC kabupaten XYZ antara model pembelajaran PQR dan model pembelajaran konvensional”. 
  • “korelasi kausal antara kemampuan berkomukasi lisan, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan matematis, IQ, dan tingkat keuletan [adversity] siswa” [studi terhadap siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota PQR]
2. PENELITIAN KUALITITIF
Jika penelitian kuantitatif berusaha untuk menguji besar lengan berkuasa lemahnya hubungan dua atau lebih variabel, maka penelitian kualitatif berusaha untuk menemukan penjelasan mengenai suatu fenomena. Dengan demikian, penelitian kualitatif gotong royong ingin menemukan atau mengkonstruksi suatu teori terkait suatu fenomena.

Untuk memperoleh klarifikasi terhadap suatu fenomena tersebut maka dalam penelitian kualitatif, ranah subjek penelitian dibatasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan peneliti untuk membangun teori. Jadi, permasalahan lebih bersifat kasuistik. Lebih dari itu, alasannya permasalahan tidak terlalu terang setrik teknis, maka instrumen penelitian yang paling utama yakni peneliti sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam perjuangan menemukan balasan dari permasalahan, peneliti dalam proses observasi dan pengumpulan data, sanggup saja memunculkan instrumen gres untuk memperoleh data yang lebih valid.

Apakah hasil penelitian kualitatif tidak sanggup digeneralisir pada subjek yang lain? Dalam analisisnya, kita tidak menggunakan analisis sampel, alasannya memang seluruh populasi [jika memungkinkan] menjadi subjek dalam penelitian kualitatif. Namun demikian, bila terdapat permasalahan yang sama dengan karakteristik yang sama pada subjek lain, maka hasil penelitian kualitatif ini sanggup pula menjadi alternatif solusi dalam menjelaskan fenomena pada subjek lain tersebut.

Berikut ini beberapa komponen penting dari penelitian kualitatif yang muncul dalam ajuan dan/atau laporan penelitian.
  • Setting penelitian [sejelas-jelasnya, alasannya lebih bersifat kasuistik] 
  • Proses validasi bersifat triangulasi [untuk satu aspek diperoleh data dengan trik/instumen berbeda-beda, dari sumber berbeda-beda, dan waktu berbeda-beda, kemudian dibandingkan mana yang valid]. 
  • Instrumen utama yakni peneliti sendiri. 
  • Tidak ada rancangan batasan waktu [batasnya yakni jikalau data yang diperoleh kembali menawarkan kesimpulan yang masih sama] Kajian teori yang telah ada atau berafiliasi dengan masalah.
Proposal penelitian kualitatif lebih ringkas dibanding ajuan penelitian kuantitatif, alasannya yang perlu disampaikan pada ajuan hanyalah perumusan dilema serta setting penelitian yang jelas, sementara kajian teori dan instumentasi [alat pengambil data] dinyatakan setrik global. Ini dikarena penelitian kualitatif mencari “ilmu” gres dengan pertanyaan utama “mengapa” dan “bagaimana” sehingga tidak banyak yang diketahui, sementara penelitian kuantitas hanya menguji “ilmu” gres [hipotesis] dengan pertanyaan utama “apakah”.

Berikut pola judul penelitian kualitatif.
  • “Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya mencar ilmu siswa ranking 10 besar Sekolah Menengah Pertama XYZ Kota PQR”. 
  • “Studi analisis penyebab keberhasilan SD KLM menjuarai olimpiade tingkat nasional dalam 4 tahun terakhir”. 
  • “Miskonsepi konsep bulat pada siswa kelas V SD KLM, Kota PQR”. 
  • “Deskripsi kemampuan siswa Sekolah Menengah Pertama sekota PQR dalam memahami dan mengaplikasikan konsep geometri”.

3. PENELITIAN TINDAKAN
Seringkali dalam melaksanakan pekerjaan terkait profesi tertentu, kita menemukan dilema yang menghambat pekerjaan. Untuk itu, dibutuhkan suatu tindakan untuk memecahkan dilema yang menghambat itu atau untuk memperbaiki kinerja. Namun, dibutuhkan rasional dalam menentukan tindakan yang tepat, serta dibutuhkan perbaikan yang terus menerus supaya tindakan tersebut benar-benar memecahkan masalah.

Analoginya, ketika kita mengalami sakit, maka dibutuhkan tindakan pengobatan yang sempurna contohnya dengan meminum obat, namun supaya proses penyembuhan berjalan optimal maka dibutuhkan pengobatan obat setrik terus menerus [dalam dasisi tertentu] hingga kita benar-benar sembuh dari penyakit tersebut.

Hal yang sama juga terjadi pada proses pembelajaran di sekolah. Bila terdapat dilema dalam pembelajaran di kelas, misalnya, maka diupayakan untuk mengadakan suatu tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Tindakan yang dipilih harus dipertimbangkan setrik matang supaya dilema sanggup teratasi. Tentu dibutuhkan lebih dari sekali perlakuan tindakan supaya dilema benar-benar sanggup teratasi.

Tentu saja dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, terdapat beberapa dilema yang dijumpai. Oleh alasannya itu, harus dipilih satu dilema yang benar-benar penting dan genting untuk dipecahkan lebih dahulu. Lalu, terhadap dilema tersebut dicari dan dipilih tindakan yang telah dikaji setrik teoritis dan di antara pilihan tindakan lain maka tindakan yang terpilih benar-benar lebih memungkinkan untuk memecahkan dilema pembelajaran.

Seperti telah dianalogikan dengan minum obat di atas, maka tindakan dalam pendidikan juga memuat siklus tindakan dalam arti terus terjadi pengulangan tindakan yang sama namun dengan perbaikan pada trik melaksanakan tindakan sehingga dilema yang dihadapi sanggup terpecahkan.

Oleh alasannya itu, keberadaan “hipotesis” masih diperdebatkan dalam penelitian tindakan. Sesungguhnya, apa yang disebut “hipotesis” – bila sanggup disebut demikian – dalam penelitian tindakan yakni “trik melaksanakan tindakan” yang untuk PTK [penelitian tindakan kelas] biasanya dinyatakan dalam RPP [Rencana Pelaksanaan Pembelajaran] pada siklus pertama.

Namun sesuai dengan sifatnya, maka hipotesis untuk penelitan tindakan dibentuk untuk setiap siklusnya. Jadi, jikalau sebuah penelitian tindakan memuat 3 siklus, maka terdapat 3 buah hipotesis, di mana hipotesis yang terakhirlah yang sanggup memecahkan masalah.

Bagaimana dengan sampel? Dalam penelitian tindakan tidak mengenal sampel, alasannya semua subjek yakni populasi penelitian. Karena itu, pula tindakan yang berhasil pada sebuah penelitian tindakan di sekolah tertentu, tidak sanggup digeneralisir untuk setiap sekolah, alasannya setting di mana tindakan itu dilaksanakan turut mempengaruhi hasil.

Berikut ini beberapa komponen penting dari penelitian tindakan yang muncul dalam ajuan dan/atau laporan penelitian.

  • Setting subjek dan objek yang mempunyai masalah. 
  • Tahap-tahap pelaksanaan tindakan [setiap siklus; khusus ajuan hanya siklus pertama]
  • Kajian teori wacana tindakan yang dipilih, terutama mengenai kelebihannya. 
  • Rancangan atrik dalam satu siklus 
  • Kriteria keberhasilan [“titik jenuh” ketika siklus sanggup dihentikan]

Berikut pola judul penelitian tindakan.
  • “Peningkatan keterampilan menggunakan alat ukur pada siswa Kelas V SD ABC dengan model pembelajaran XYZ”. 
  • “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ABC dengan Lomba Kompetensi Siswa bergambar untuk meningkatkan kemampuan siswa Sekolah Menengah Pertama XYZ dalam memecahkan dilema matematika”.
  • “Upaya mengurangi kenakalan siswa ketika proses pembelajaran dengan menerapkan tindakan edukatif model eksekusi bernyanyi hitungan matematika pada siswa kelas V SD PQR”.
  • “Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan motivasi mencar ilmu pada siswa kelas XI Sekolah Menengan Atas PQR dengan menggunakan kuis dan teka-teki matematika”.
4. PENELITIAN PENGEMBANGAN
Jika pada penelitian tindakan, perjuangan untuk memecahkan dilema dengan melaksanakan suatu “tindakan”, maka pada penelitian pengembangan atau R&D [research and development] dibentuk suatu “instrumen atau alat”. Kemunculan instrumen atau alat ini dalam penelitian pengembangan bisa berawal dari sebuah masalah, bisa pula berasal dari adanya kelemahan dari alat atau intrumen yang sudah ada.

Contohnya pada pembelajaran matematika topik berdiri ruang di mana siswa mengalami kesulitan memahami irisan bidang terhadap berdiri ruang, maka salah satu alternatif yakni dengan membuat sebuah alat peraga yang sanggup membantu siswa.

Contoh lain, telah ada instrumen berupa rubrik penyekoran untuk soal tes berbentuk uraian, namun dirasakan terdapat beberapa kelemahan, contohnya ada beberapa aspek yang belum ada atau membutuhkan waktu yang cukup usang untuk melaksanakan penyekoran dengan rubrik itu. Karena itu dibentuk model rubrik penyekoran yang lain, yang sanggup mengatasi kelemahan pada model rubrik penyekoran yang sudah ada.

Mirip dengan penelitian tindakan yang dibutuhkan “siklus tindakan” hingga dilema sanggup dipecahkan, maka pada penelitian pengembangan juga dibutuhkan “siklus prototipe” supaya diperoleh spesifikasi intrumen/alat yang sanggup memenuhi harapan atau mengatasi dilema yang ada. Kedua jenis penelitian intinya menggunakan kerangka metodologi yang hampir sama, bedanya pada penelitian tindakan yang dimunculkan yakni tindakan [aksi] sedang pada penelitian pengembangan yakni alat [instrumen].

Sedikit berbeda dengan penelitian tindakan, maka alat atau instrumen yang telah lolos uji pada penelitian pengembangan, perlu disosialisasikan dan bahkan dikomersialkan.
Berikut ini beberapa komponen penting dari penelitian pengembangan yang muncul dalam ajuan dan/atau laporan penelitian.

  • Ulasan bahwa tidak ada alat yang sanggup memecahkan dilema atau alat yang sudah ada belum sanggup memecahkan masalah.
  • Rancangan atau protipe alat [setiap siklus; pada ajuan hanya prototipe awal] 
  • Rancangan biaya terkait pembuatan alat [jika berbiaya besar] 
  • Kriteria keberhasilan. 
  • Kajian teori wacana fungsi dari alat dan prosedur atau materi penyusun prototipe. 
  • Rancangan atrik dalam satu siklus pengujian prototipe. 
  • Kriteria keberhasilan [“titik jenuh” saaat siklus uji coba sanggup dihentikan]

Berikut pola judul penelitian pengembangan.
  • “Pengembangan alat peraga XYZ untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami konsep hitung pecahan”. 
  • “Pengembangan instrumen evaluasi matematika yang berbasis unjuk kerja dan portofolio pada siswa SD” 
  • “Pengembangan model pembelajaran kooperatif KLM yang meningkatkan pemahaman konsep matematika dan keterampilan pemecahan masalah”. 
  • “Pengembangan sistem penerimaan siswa gres Sekolah Menengan Atas PQR untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas siswa gres serta efisiensi keterlibatan sumber daya sekolah”

Dari karakteristik keempat jenis penelitian di atas, terang bahwa tidak semua jenis penelitian sanggup dipilih oleh guru dalam memecahkan masalahnya dalam pembelajaran. Karakter penelitian tindakan mengindikasikan bahwa guru lebih bersahabat dengan penelitian tindakan, khususnya penelitian tindakan kelas [PTK].

Ini dikarenakan setiap hari guru melaksanakan proses pembelajaran yang tentu mempunyai banyak kendala dan permasalahan. Namun tidak menutup kemungkinan, bila guru juga sanggup melaksanakan penelitian kuantitatif, termasuk pula penelitian kualitatif dan penelitian pengembangan dalam skala terbatas. [Sumardyono, M.Pd]

Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, mungkin video berikut sanggup membantu kita dalam penerapan kuriulum 2013;

0 Response to "Memahami Perbedaan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Tindakan, Dan Pengembangan"

Total Pageviews