Latest News

Lima Alasan Kita Perlu Menyelamatkan Diri Dan Keluarga Dari Program Televisi Di Indonesia

Dapat bacaan anggun wacana program televisi Indonesia yang semakin mengkhawatirkan dari komunitas dunia maya (komunitas dunia maya dimana rata-rata sesama anggota tidak saling kenal). Meskipun komunitas dunia maya, tetapi tidak semua yang dibitrikkan yakni hal-hal yang maya. Salah satu hal baik yang didiskusikan pada komunitas yakni 5 alasan kita perlu menyelamatkan diri dari program televisi di Indonesia.

Siaran televisi yakni satu aspek yang tidak pernah sanggup lepas dari kehidupan orang Indonesia. Tayangan televisi menjadi hiburan yang paling praktis dan paling murah untuk diakses oleh semua kalangan. Sayangnya, kualitas tayangan televisi Indonesia semakin hari tampak semakin memburuk.

Meskipun awalnya sekadar sarana untuk menghibur, namun tidak sanggup dipungkiri bahwa gaya hidup masyarakat sangat bergantung pada televisi. Banyak sekali dampak negatif tayangan televisi yang mempengaruhi hidup masyarakat. Berikut beberapa alasan mengapa Anda harus meninggalkan program TV di Indonesia.

1. Sinetron Penuh Adegan Bully
Bully atau tindak kekerasan yakni hal yang sangat masuk akal terjadi dalam sinetron Indonesia. Sulit rasanya menemukan sinentron cerdik balig cukup akal yang di dalamnya tidak terdapat agresi saling caci-maki bahkan saling serang setrik fisik.

Banyak cerdik balig cukup akal yang salah tanggap dan justru merasa bully itu yakni tindakan keren, hanya alasannya yakni adegan itu dilakukan oleh seleb dalam sinetron.

Bully tidak hanya mencakupi serangan fisik, namun juga ekspresi atau kata-kata. Kita tentu sudah biasa mendengar kata cacian dan makian keluar di tayangan sinetron. Dan kata-kata semacam itulah yang ditiru oleh remaja, atau mirisnya, anak-anak.

2. Infotainment Ditayangkan Seharian Penuh
Infotainment yakni sebuah tayangan informasi yang memuat serba-serbi kehidupan selebritis. Di dalamnya, kita sanggup menemukan gosip terbaru para selebritis, mulai dari yang melahirkan, bercerai, berselingkuh,hubungan sampai tersangkut perkara hukum. Semua dipertontonkan seperti itu penting untuk diketahui masyarakat luas.

Berita yang tidak terkonfirmasi kebenarannya pun diberitakan seperti hal itu yakni sebuah fakta. Infotainment tidak hadir ibarat sinetron yang hanya tayang pada malam hari. Infotainment hadir mulai dari pagi, siang, sampai jelang malam hari. Jarang sekali ada wangsit faktual yang sanggup kita ambil dari infotainment. Kebanyakan, para seleb yang hadir di infotainment hanya untuk mengumbar harta atau sensasi.

3. Atrik Berita Digunakan untuk Menggiring Opini Publik

Di Indonesia teradapat sejumlah stasiun televisi yang khusus menayangkan program berita. Namun, sayangnya, isu yang mereka sajikan seringkali tidak netral dan mengandung muatan politik. Bahkan, banyak dari program isu hanya dipakai sebagai sarana menggiring opini publik wacana seorang tokoh/politisi.

Berita yang kita terima tidak lagi netral. Isu yang diangkat oleh suatu televisi, sanggup jadi hanya untuk menjatuhkan tokoh yang mempunyai kekerabatan dengan televisi lain. Kita hanya dijadikan sasaran pencitraan dan seni administrasi politik dari sebagian kalangan.
4. Penebar Sensasi Lebih Disorot dari pada yang mencetak prestasi
Banyak orang-orang berprestasi di Indonesia. Baik di bidang seni, pengetahuan dan teknologi, bersama-sama banyak anak bangsa yang berprestasi. Namun, isu wacana prestasi tampaknya tidak diminati oleh masyarakat. Kita justru lebih suka hal-hal berbau sensasi.

Tidak heran kalau para selebriti berlomba-lomba ‘bersandiwara’ dan membuat skenario sensasi. Artis A mendadak berpatrikn dengan artis B dan belakangan diketahui bahwa mereka tergabung dalam sebuah produksi film. Hal-hal settingan semacam itu sudah jadi hal yang lumrah di pertelevisian indonesia.

5. Profesionalitas Dinomor-duakan
Setiap muncul isu sedih atau bencana, di situlah jurnalisme Indonesia memperlihatkan kebobrokannya. Stasiun televisi sering kali memperlihatkan gambar-gambar kurang manusiawi berupa mayit korban. Tayangan tersebut disiarkan tanpa proses sensor. Hingga mayit yang sedang dalam kondisi mengenaskan pun dijadikan tontonan.

Padahal, dalam undang-undang jurnalisme telah dijelaskan bahwa stasiun TV atau media masa dihentikan menayangkan tubuh/mayat korban setrik vulgar alasannya yakni hal itu akan menyakiti hati para keluarga korban.

Namun demi rating, tampaknya peraturan itu diabaikan. Dan kesalahan jurnalisme semacam ini telah dilakukan berulang-ulang. Kita harus belajar pada jurnalisme di Jepang. Negara tersebut hampir tiap tahun dilanda peristiwa alam besar dan menewaskan ribuan nyawa. Namun, tidak sekali pun mereka pernah menampilkan mayit bergelimpangan atau orang-orang yang terluka. Karena memang itulah budbahasa jurnalisme yang harus dijunjung tinggi.

Dengan lima pertimbangan tersebut, mungkin Anda akan lebih bijak dalam menentukan waktu dan program menonton TV Indonesia. Apalagi dalam menentukan tayangan yang memberi manfaat kepada Anda atau tidak. Untuk melihat komunitas yang dimaksud di awal kisah sanggup kunjungi Komunitas g plus.

Apabila Anda punya pendapat komplemen wacana program televisi di negara kita tercinta ini, mari beropini dan memperlihatkan komentar. Paling tidak kita punya impian yang sama yaitu perbaikan pada kualitas program televisi.

Mari kita dukung Revolusi Mental, untuk perubahan yang lebih baik. Video ilustrasi berikut mungkin sanggup mengajak kita untuk ikut berubah;

0 Response to "Lima Alasan Kita Perlu Menyelamatkan Diri Dan Keluarga Dari Program Televisi Di Indonesia"

Total Pageviews